ppmindonesia.com. Mataram– Pelatihan kader pengembangan masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) Nusa Tenggara Barat di Pondok Pesantren Harmoni Thohir telah sukses dilaksanakan hingga 27 Februari 2025.
Pelatihan ini diikuti oleh beragam elemen masyarakat, mencerminkan semangat kolaborasi dalam membangun kemandirian.
Peserta berasal dari kelompok petani jagung, lembaga advokasi masyarakat lingkungan hutan, advokasi masyarakat tanah ulayat Sembalun, kelompok pemuda pemberdayaan petani kopi Situs Coffee Sembalun, hingga perwakilan dari kalangan pendidik.
Pelatihan ini dirancang dengan pendekatan komprehensif, menggabungkan pembelajaran di dalam kelas (in-class) dan di luar kelas (out-class).
Dalam sesi in-class, peserta diajak untuk merombak paradigma berpikir, memperluas wawasan, dan keluar dari pola pikir monoton dan pasif.
Mereka didorong untuk berpikir kreatif dan memiliki mental pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan permasalahan di masyarakat.
Salah satu konsep utama yang diperkenalkan adalah segitiga Qariyah Thayyibah (QT = N + S + E), yang menekankan keseimbangan antara Nilai (N), Sosial (S), dan Ekonomi (E). Nilai merujuk pada hubungan manusia dengan Tuhan, tercermin dalam pengabdian dan penerapan nilai-nilai akhlak dan etika.
Sosial menyoroti peran manusia sebagai makhluk sosial, dan Ekonomi berkaitan dengan kecukupan kebutuhan materi. Konsep ini menjadi landasan metodologi PPM dalam mencetak kader pengembangan masyarakat yang siap terjun ke lapangan.
Sesi workshop in-class menghasilkan pembentukan tiga kelompok kerja yang berfokus pada:
1.Pertanian Kacang Panjang: Pengembangan demplot tanaman kacang panjang seluas 1 hektar.
2.Pertanian Jagung: Pembinaan petani jagung dari pra-panen hingga pasca-panen, dengan fokus pada solusi pengeringan jagung pipil untuk meningkatkan kualitas.
3.Pertanian Sayur Mayur Sembalun: Pengelolaan lahan ulayat di lereng Gunung Rinjani seluas 30 ha, yang telah kembali ke masyarakat adat Sembalun setelah sengketa hukum.
Setelah pembekalan orientasi, ideologi, metodologi pengembangan masyarakat, kekhalifahan, dan Qariyah Thayyibah, peserta melanjutkan pelatihan out-class melalui pendampingan selama tiga bulan, diikuti evaluasi dan pelatihan lanjutan, serta pendampingan dan pemantauan selama 12 bulan.
Pada akhir penutupan dilakukan Pelatihan Kader Pengembangan ini dilakukan sesi pelantihan Kepengurusan Pusat Peranserta Masyarakat (PPM NTB) oleh Presidium PPM Nasional Mas Pupun Purwana.
Harapan dari pelatihan ini adalah terbentuknya desa sejahtera mandiri, melalui kader-kader yang mampu menerapkan konsep Qariyah Thayyibah dan memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. (acank)