Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Segitiga Qaryah Thayyibah: Metodologi PPM dalam Pemberdayaan Masyarakat

191
×

Segitiga Qaryah Thayyibah: Metodologi PPM dalam Pemberdayaan Masyarakat

Share this article
segitiga qaryah thayyibah (ppm.doc)

ppmindonesia.com, JakartaPusat Peranserta Masyarakat (PPM) bukan sekadar organisasi sosial, tetapi merupakan gerakan yang berlandaskan nilai-nilai Islam dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Salah satu metodologi utama yang digunakan dalam pendekatan PPM adalah Segitiga Qaryah Thayyibah (QT = N + S + E), yang menekankan keseimbangan antara Nilai (N), Sosial (S), dan Ekonomi (E) dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Metodologi ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga telah teruji secara praktik dalam berbagai program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PPM. Segitiga Qaryah Thayyibah bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, mandiri, dan berdaya secara spiritual, sosial, dan ekonomi.

Qaryah Thayyibah: Konsep Masyarakat yang Baik dalam Islam

Secara bahasa, Qaryah Thayyibah (قرية طيبة) berarti “kampung yang baik”. Konsep ini bersumber dari Al-Qur’an, yang menggambarkan masyarakat ideal sebagai masyarakat yang memiliki keseimbangan antara spiritualitas, sosial, dan ekonomi.

Konsep ini juga dapat dikaitkan dengan QS. Saba’ (34:15):

“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat tinggal mereka, yaitu dua kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah rezeki (yang diberikan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu adalah) negeri yang baik (Qaryah Thayyibah) dan Tuhan yang Maha Pengampun.’”

Dari ayat ini, terdapat dua elemen utama yang membentuk Qaryah Thayyibah:

  1. Kondisi kehidupan yang baik dan sejahtera (keharmonisan sosial dan ekonomi).
  2. Hubungan yang erat dengan Tuhan (nilai-nilai spiritual).

PPM mengembangkan konsep ini dalam bentuk Segitiga Qaryah Thayyibah, di mana kesejahteraan masyarakat hanya bisa dicapai jika tiga aspek utama (Nilai, Sosial, dan Ekonomi) berjalan secara seimbang dan saling menguatkan.

Segitiga Qaryah Thayyibah: Pilar Pemberdayaan Masyarakat

A. Nilai (N) – Spiritualitas dan Hubungan dengan Tuhan

Aspek Nilai (N) berkaitan dengan akidah, akhlak, dan etika yang menjadi landasan utama dalam membangun masyarakat. Tanpa spiritualitas yang kuat, pembangunan sosial dan ekonomi akan kehilangan arah dan mudah terjerumus pada kepentingan sesaat.

Dalam PPM, aspek ini diwujudkan melalui:

  • Pendidikan akhlak dan etika masyarakat.
  • Penanaman nilai-nilai tauhid dalam setiap aktivitas sosial dan ekonomi.
  • Kesadaran bahwa segala perjuangan harus berorientasi pada ridha Allah.

Konsep ini juga berlandaskan pada QS. Ali Imran (3:110):

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena) kamu menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

Masyarakat yang berpegang teguh pada nilai-nilai ilahiah akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan, karena mereka memiliki kesadaran bahwa kehidupan dunia hanyalah bagian dari perjalanan menuju akhirat.

B. Sosial (S) – Keseimbangan dalam Interaksi Antar Manusia

Aspek Sosial (S) menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Sebuah masyarakat tidak akan maju jika hubungan antarindividu didominasi oleh konflik, ketidakadilan, atau ketimpangan sosial.

PPM membangun platform sistem sosial (ijtima’iyah) yang berfokus pada:

  • Penguatan solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat.
  • Pemberdayaan komunitas berbasis kebersamaan dan keadilan sosial.
  • Pendidikan kepemimpinan bagi kader masyarakat.

Dalam pendekatan PPM, masyarakat tidak hanya diberikan bantuan, tetapi juga dilatih untuk menjadi aktor perubahan di lingkungannya masing-masing. Ini sejalan dengan prinsip “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”, di mana setiap individu memiliki tanggung jawab untuk membangun keadilan sosial.

C. Ekonomi (E) – Kemandirian dalam Kehidupan Duniawi

Aspek Ekonomi (E) berkaitan dengan bagaimana masyarakat mengelola sumber daya secara adil dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan tanpa nilai spiritual dan sosial cenderung menghasilkan eksploitasi, ketimpangan, dan ketidakadilan.

PPM membangun sistem ekonomi (iqtishadiyah) yang menekankan:

  • Kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal.
  • Pemberdayaan petani, nelayan, dan pelaku UMKM.
  • Ekonomi berbasis keadilan dan keberlanjutan

Salah satu contoh nyata dari penerapan ini adalah pembinaan kelompok tani jagung dan sayuran di Sembalun, di mana para petani tidak hanya diberikan pelatihan teknis, tetapi juga dibantu dalam pengelolaan pascapanen dan pemasaran hasil pertanian.

Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Jumu’ah (62:10):

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”

Ayat ini menunjukkan bahwa usaha ekonomi harus dilakukan dengan tetap menjaga kesadaran spiritual, sehingga keseimbangan antara dunia dan akhirat tetap terjaga.

Implementasi Segitiga Qaryah Thayyibah dalam Program PPM

Dalam pelaksanaan program, PPM menerapkan dua pendekatan utama:

A. In-Class Training (Pelatihan di Dalam Kelas)

Peserta pelatihan diberikan pemahaman tentang konsep Qaryah Thayyibah, pentingnya keseimbangan Nilai, Sosial, dan Ekonomi, serta strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.

A. Out-Class Training (Pendampingan di Lapangan)

Setelah mendapatkan pelatihan di dalam kelas, peserta kemudian diterjunkan ke masyarakat untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari. Pendampingan ini dilakukan selama tiga bulan, kemudian dievaluasi dan dilanjutkan dengan pemantauan selama 12 bulan.

Dengan metodologi ini, diharapkan akan terbentuk desa-desa sejahtera mandiri, di mana masyarakat tidak hanya memiliki ekonomi yang kuat, tetapi juga memegang teguh nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial dan spiritual mereka.

Segitiga Qaryah Thayyibah

Segitiga Qaryah Thayyibah (QT = N + S + E) adalah metodologi unik yang dikembangkan oleh PPM untuk menciptakan masyarakat yang berdaya secara spiritual, sosial, dan ekonomi.

  • Aspek Nilai (N) mengajarkan pentingnya kesadaran spiritual dalam setiap aktivitas.
  • Aspek Sosial (S) menekankan pentingnya kebersamaan dan keadilan dalam masyarakat.
  • Aspek Ekonomi (E) mengajarkan strategi kemandirian dan keberlanjutan ekonomi.

Dengan menerapkan metodologi ini, PPM berusaha menciptakan masyarakat yang tidak hanya sejahtera secara ekonomi, tetapi juga kuat dalam nilai dan kebersamaan, sehingga mampu menjadi bagian dari “Khairu Ummah” (Umat Terbaik) sebagaimana yang diamanahkan dalam Al-Qur’an. (acank)

 

Example 120x600