ppmndonesia.com, Jakarta – Dalam surah Al-Hasyr ayat 18, Allah SWT menyerukan kepada orang-orang beriman untuk “memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok” (maa qaddamat lighodin). Seruan ini bukan sekadar anjuran, melainkan perintah yang mengandung makna mendalam tentang pentingnya perencanaan dan antisipasi dalam menjalani kehidupan. “Lighodin” atau “hari esok” tidak hanya merujuk pada kehidupan akhirat, tetapi juga mencakup masa depan duniawi yang penuh dengan ketidakpastian.
Konsep “maa qaddamat lighodin” mengajak kita untuk merenungkan setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil hari ini, karena dampaknya akan kita rasakan di masa depan. Dalam konteks perencanaan hidup, hal ini berarti kita harus memiliki visi yang jelas tentang tujuan hidup, menetapkan skala prioritas, dan membuat rencana yang matang untuk mencapainya. Ini mencakup perencanaan keuangan, pendidikan, karir, dan bahkan hubungan sosial.
Dalam bidang ekonomi, “maa qaddamat lighodin” mengamanatkan pentingnya pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ayat ini mendorong kita untuk membangun sistem ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga memperhatikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.
Konsep ini sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang menekankan keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan.
Salah satu implementasi nyata dari “maa qaddamat lighodin” dalam ekonomi adalah melalui zakat dan sedekah. Zakat dan sedekah bukan hanya sarana untuk membersihkan harta, tetapi juga mekanisme untuk mendistribusikan kekayaan secara adil dan mengurangi kesenjangan sosial.
Dengan menyisihkan sebagian harta untuk membantu mereka yang membutuhkan, kita tidak hanya mempersiapkan diri untuk akhirat, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih sejahtera dan harmonis.
Selain itu, konsep ini juga mendorong kita untuk berinvestasi dalam pendidikan dan penelitian, yang merupakan fondasi bagi kemajuan ekonomi dan sosial. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan teknologi yang inovatif, kita dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat daya saing bangsa.
Namun, “maa qaddamat lighodin” bukan hanya tentang perencanaan materi. Lebih dari itu, ayat ini mengajak kita untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan moral. Ini berarti kita harus senantiasa meningkatkan kualitas ibadah, memperbanyak amal saleh, dan menjauhi perbuatan dosa.
Dengan demikian, kita tidak hanya mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia, tetapi juga untuk kehidupan akhirat yang abadi.
Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan ketidakstabilan ekonomi, konsep “maa qaddamat lighodin” menjadi semakin relevan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi jangka panjang, dan kita harus bertanggung jawab untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dengan memahami dan mengamalkan makna “maa qaddamat lighodin,” kita dapat membangun kehidupan yang lebih bermakna, sejahtera, dan berkelanjutan, baik di dunia maupun di akhirat.