“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” – Ir. Soekarno.
ppmindonesia.com.Jakarta – Pada Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) NTB pada 27-28 Februari, tercatat setidaknya 10 anak muda yang mengikuti pelatihan ini.
Semoga semangat yang tercermin dalam kalimat Bung Karno tersebut dapat menjadikan PPM NTB sebagai wadah lahirnya kader-kader militan dalam menghadapi ketimpangan sosial yang kian nyata akibat ketidakhadiran negara dalam kehidupan masyarakat yang semakin terpinggirkan. Hal ini diungkapkan oleh Mas Pupun Purwana, Presidium Nasional Pusat Peranserta Masyarakat (PPM).
Mas Lalu Gafar Ismail turut mengingatkan kembali semangat para perintis PPM Nasional, sejak awal harus tetap dijaga. Ia mengenang sebuah slogan, “Bila satu hari itu 28 jam, maka pasti aku pakai semua.” seraya bertanya, “Dapatkah semangat ini diikuti oleh kader-kader pemberdayaan di NTB?” Ucapan ini kemudian dipertegas oleh Mas Pupun Purwana, “Sayang hanya 24 jam.” Slogan ini menggambarkan dedikasi penuh dalam pemberdayaan masyarakat.
Kader Muda dan Keterlibatan Senior
Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta, di mana lebih dari 50% di antaranya adalah anak-anak muda. Fakta ini menunjukkan bahwa generasi milenial masih memiliki kepedulian tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.
Menurut Mas Pupun, kehadiran mereka sungguh luar biasa. Keberhasilan pelatihan ini juga tidak lepas dari peran senior-senior PPM NTB yang turut aktif membantu dalam pelaksanaan kegiatan, di antaranya Lalu Gafar Ismail, Lalu Khalid Tarmizi, Burhan Said, Abdurahman Sembahulun, Lalu Agus Sarjana, Ahmad Wijdan, Moh Yamin, dan Musa al Hady.
Metode Pelatihan yang Aplikatif dan Implementatif
Antusiasme peserta tetap tinggi hingga akhir pelatihan, meskipun beberapa peserta sempat izin, mereka tetap kembali hadir pada sesi berikutnya. Banyak peserta menyatakan bahwa pelatihan ini sangat berbeda dari pelatihan lain yang pernah mereka ikuti.
Menurut Basuki Raharjo, “Pelatihan ini lebih aplikatif, partisipatif, dan implementatif sesuai dengan kebutuhan serta tantangan di lapangan.”
Lebih dari itu, para peserta bukanlah “botol kosong” melainkan “botol yang penuh,” artinya mereka telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia pemberdayaan masyarakat.
Sebagian besar peserta telah puluhan tahun berkecimpung dalam pendampingan dan pemberdayaan, sehingga pelatihan ini lebih berfokus pada penguatan kapasitas dan strategi implementasi di lapangan.
Pendekatan Berkelanjutan: Dari Pelatihan ke Implementasi
Pelatihan ini dirancang tidak hanya dalam bentuk kelas selama dua hari, tetapi juga mencakup implementasi program di masyarakat selama tiga bulan dengan bimbingan dan pendampingan dari PPM NTB. Setelah tiga bulan, peserta akan mengikuti pelatihan tahap kedua untuk melakukan evaluasi.
Selanjutnya, program akan berlanjut dengan pendampingan selama 12 bulan guna memastikan keberlanjutan dan dampak nyata di lapangan.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) tetap relevan di era milenial dan generasi Z. Hal ini sekaligus membantah anggapan bahwa PPM sudah ketinggalan zaman atau tidak lagi relevan.
Sebaliknya, konsep Qaryah Thayyibah yang menjadi landasan utama PPM tetap relevan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat melalui sistem yang seimbang, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Relevansi Konsep PPM dengan Kebijakan Pemerintah
Konsep segitiga Qaryah Thayyibah (Desa Sejahtera) yang menjadi pilar pemberdayaan masyarakat dalam PPM berorientasi pada masyarakat yang sejahtera dan mandiri (Madani).
Menariknya, konsep “Masyarakat Madani” kini juga menjadi slogan yang digunakan oleh negara Malaysia untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri.
Dalam konteks pemerintahan saat ini, Presiden Prabowo Subianto dalam lebih dari 100 hari kepemimpinannya telah menunjukkan keberpihakan pada kemandirian rakyat melalui berbagai kebijakan, seperti:
- Mendorong kemandirian dan kedaulatan pangan.
- Pembentukan koperasi desa Merah Putih sebagai sarana penyediaan kebutuhan petani.
- Penghentian ekspor minyak mentah dan listrik demi kepentingan nasional.
Hal ini menandakan bahwa kader-kader pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam mendukung kebijakan pemerintahan saat ini.
Sayangnya, selama puluhan tahun masyarakat hanya diberikan bantuan tanpa adanya kader yang mampu mengimplementasikannya secara efektif. Hanya PPM yang memiliki konsep pemberdayaan partisipatif yang tidak dimiliki oleh organisasi lain, ujar Burhan Said.
Masa Depan Kaderisasi PPM
Pada penutupan pelatihan, Mas Pupun Purwana menyampaikan bahwa pelatihan kader ini akan menjadi semangat bagi pengurus PPM di berbagai wilayah.
Dengan semangat yang sama, diharapkan kader-kader PPM dapat terus berkembang dan membawa perubahan nyata bagi masyarakat di berbagai daerah.
Pelatihan ini bukan sekadar agenda, tetapi merupakan bagian dari gerakan panjang yang bertujuan menciptakan kader pemberdayaan masyarakat yang kompeten, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan zaman. (emha)