ppmindonesia.com.Jakarta – “Wahuwa ma’akum ainama kuntum” (Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada) adalah untaian kata yang terpatri dalam Surah Al-Hadid (57:4), sebuah janji yang menggetarkan hati dan menenangkan jiwa. Lebih dari sekadar pernyataan, kalimat ini adalah cerminan dari kehadiran Allah yang abadi, sebuah realitas yang meliputi setiap sudut kehidupan manusia.
Untuk memahami kedalaman makna ini, kita perlu menyelami lautan hikmah yang terhampar dalam ayat-ayat Al-Qur’an lainnya. Dalam Surah Qaf (50:16), Allah menegaskan kedekatan-Nya yang tak terbayangkan, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Ayat ini bukan sekadar metafora, melainkan sebuah penegasan bahwa Allah hadir dalam setiap denyut nadi, setiap bisikan hati, dan setiap gejolak pikiran manusia.
Kebersamaan Allah bukanlah sekadar kehadiran fisik, melainkan sebuah kehadiran yang menyeluruh, meliputi pengawasan, ilmu, dan kasih sayang-Nya. Dalam Surah Al-Baqarah (2:216), Allah mengingatkan keterbatasan manusia dalam memahami hikmah di balik setiap kejadian, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Ayat ini menegaskan bahwa Allah, dengan ilmu-Nya yang sempurna, selalu membimbing manusia menuju jalan yang terbaik, meskipun jalan itu tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka.
Dalam Surah Al-Isra’ (17:25), Allah kembali menegaskan, “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu.” Tidak ada satu pun rahasia yang tersembunyi dari-Nya. Setiap perasaan, pikiran, dan niat manusia berada dalam genggaman ilmu-Nya.
Kebersamaan Allah adalah bentuk pemeliharaan dan perhatian yang tak terbatas, sebuah jaminan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi liku-liku kehidupan.
Surah As-Saffat (37:96) menambahkan dimensi lain pada pemahaman ini, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” Segala sesuatu, termasuk tindakan manusia, berada dalam kekuasaan dan kehendak-Nya.
Kebersamaan Allah mencakup pengaturan, penciptaan, dan pengawasan terhadap setiap perbuatan manusia, sebuah pengingat bahwa setiap langkah yang diambil manusia berada dalam pengawasan-Nya.
Puncak dari pemahaman ini terangkum dalam Surah Yunus (10:61), “Dan tiada suatu urusan pun yang kamu kerjakan, dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an, dan tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” Allah menyaksikan setiap tindakan manusia, setiap saat.
Kesadaran akan kebersamaan ini seharusnya menumbuhkan sikap hati-hati dalam bertindak, membentuk kepribadian yang lebih taat dan bertakwa kepada-Nya.
Dengan merangkai pemahaman dari ayat-ayat tersebut, “Wahuwa ma’akum ainama kuntum” bukan sekadar janji, melainkan sebuah realitas yang hidup, sebuah kehadiran yang membimbing, melindungi, dan mengasihi. Kebersamaan Allah adalah sumber kekuatan, ketenangan, dan harapan bagi setiap insan yang beriman