Scroll untuk baca artikel
BeritaSosial Budaya

Ratu Shima dan Kejayaan Kerajaan Kalingga

180
×

Ratu Shima dan Kejayaan Kerajaan Kalingga

Share this article

ppmindonesia.com.JakartaKerajaan Kalingga, juga dikenal sebagai Kerajaan Ho-ling, adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang muncul di pantai utara Jawa Tengah pada abad ke-6 Masehi.

Puncak kejayaannya terjadi pada abad ke-7 di bawah pemerintahan seorang ratu yang terkenal dengan ketegasan dan keadilannya, yaitu Ratu Shima.

Asal-usul Ratu Shima

Meskipun menjadi pemimpin besar di tanah Jawa, Ratu Shima diyakini tidak berasal dari Jawa. Sejarawan memiliki beberapa teori mengenai asal-usulnya. Menurut beberapa sumber, ia adalah putri seorang pendeta Hindu dari wilayah Melayu Sribuja, yang kini dikenal sebagai Palembang.

Pendapat lain menyebutnya sebagai keturunan dari penguasa Sriwijaya, seperti Hyang Sailendra atau Depunta Hyang Sri Yayanaga. Namun, belum ada kepastian mengenai silsilahnya.

Ratu Shima lahir pada tahun 611 M di wilayah sekitar Sungai Musi, Sumatera Selatan.

Saat itu, di Jazirah Arab, Nabi Muhammad berusia 41 tahun dan baru setahun diangkat sebagai Rasul. Pada usia 16 tahun, tepatnya pada tahun 628 M, Ratu Shima dilamar oleh Kartikeyasingha, seorang putra raja dari Jawa yang memerintah di wilayah Adi Hyang (Dieng). Kartikeyasingha sendiri merupakan keponakan dari Raja Melayu Sribuja.

Setelah menikah, Ratu Shima pindah ke Jawa dan menjadi penganut Hindu Siwa yang taat. Dari pernikahan ini, lahir dua anak, yaitu Parwati dan Narayana (Iswara).

Kelak, Parwati menikah dengan Jalantara (Rahyang Mandiminyak), putra mahkota Kerajaan Galuh, dan melahirkan Sannaha, ibu dari Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno. Dengan demikian, garis keturunan Ratu Shima berlanjut hingga masa Mataram Kuno.

Naik Tahta dan Pemerintahan Ratu Shima

Ratu Shima naik tahta pada 674 M setelah suaminya, Kartikeyasingha, wafat. Saat itu, kedua anaknya masih terlalu muda untuk memerintah. Pada usia 63 tahun, ia menjadi penguasa tunggal Kerajaan Kalingga.

Sebagai ratu, Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang adil, tegas, dan menjunjung tinggi kejujuran. Ia menerapkan hukum yang ketat terhadap pencurian dan kejahatan lainnya. Salah satu kisah terkenal adalah ketika seorang raja dari Arab, Ta-Shih, ingin menguji ketegasan hukumnya.

Ia meletakkan sekantong emas di jalanan, tetapi tidak ada satu pun rakyat Kalingga yang berani mengambilnya. Setelah beberapa bulan, kantong emas itu tidak berpindah tempat. Namun, ketika anak Ratu Shima, Pangeran Narayana, secara tidak sengaja menyentuhnya, sang ratu tetap menegakkan hukum.

Sebagai konsekuensi, kaki Pangeran Narayana dihukum potong karena telah menyentuh barang yang bukan miliknya.

Kalingga sebagai Pusat Perdagangan dan Ilmu Pengetahuan

Di bawah kepemimpinan Ratu Shima, Kalingga berkembang menjadi pusat perdagangan yang maju. Pelabuhan Jepara menjadi sentra perdagangan internasional, menghubungkan Kalingga dengan pedagang dari China, India, dan Timur Tengah. Berdasarkan catatan Dinasti Tang dari China, Kalingga telah memiliki hubungan diplomatik dengan Tiongkok dan mengirimkan utusan ke sana.

Selain sebagai pusat perdagangan, Kalingga juga menjadi pusat pendidikan dan agama. Kerajaan ini dikenal memiliki lembaga pendidikan agama Buddha Hinayana yang banyak menarik para pendeta dan pelajar dari berbagai daerah untuk belajar di sana. Penduduknya sudah mengenal aksara dan ilmu astronomi, menandakan tingginya tingkat peradaban Kalingga pada masa itu.

Akhir Kehidupan Ratu Shima dan Runtuhnya Kalingga

Pada 695 M, Ratu Shima wafat setelah memerintah dengan kebijaksanaan dan keadilan. Setelah kepergiannya, Kerajaan Kalingga tetap bertahan, tetapi mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh pada 752 M.

Pada saat itu, dunia Islam di Timur Tengah sudah berkembang pesat. Jika pada masa awal kepemimpinan Ratu Shima, Jazirah Arab masih dalam periode Khulafaur Rasyidin (632-661 M), maka menjelang keruntuhan Kalingga, dunia Islam telah memasuki era Dinasti Umayyah (661-750 M).

Ratu Shima dikenang sebagai salah satu penguasa wanita pertama di Nusantara yang berhasil membawa kerajaannya mencapai kejayaan dengan hukum yang adil dan kebijakan perdagangan yang maju. Warisannya dalam sejarah Nusantara tetap menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. (acank)

 

Example 120x600