ppmindonesia.com.Jakarta– Lailatul Qadar atau Malam Kemuliaan telah menjadi bagian penting dalam tradisi Islam. Dipercayai sebagai malam penuh keberkahan, di mana doa-doa dikabulkan dan pahala amal ibadah dilipatgandakan, Lailatul Qadar sering dikaitkan dengan ibadah khusus pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam ke-27.
Namun, sejauh manakah keyakinan dan praktik ini memiliki dasar dalam Al-Qur’an? Apakah benar bahwa ada ritual khusus yang diperintahkan oleh Allah untuk malam ini?
Tulisan ini akan mengulas bagaimana Al-Qur’an menggambarkan Lailatul Qadar dan apakah ritual-ritual yang selama ini dilakukan benar-benar ditetapkan oleh Allah atau sekadar tradisi yang berkembang di luar wahyu.
Lailatul Qadar dalam Perspektif Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, Lailatul Qadar disebutkan secara jelas dalam beberapa ayat:
1. Surah Al-Qadr (97:1-5)
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ٤سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
Al-Qur’an menyatakan bahwa kitab suci ini diturunkan pada Lailatul Qadar. Malam ini lebih baik dari seribu bulan. Malaikat dan Jibril turun dengan izin Allah untuk membawa segala urusan.
2. Surah Ad-Dukhan (44:3-4)
Al-Qur’an diturunkan pada “malam yang diberkahi” (laylah mubarakah). Pada malam itu, ditetapkan segala urusan yang penuh hikmah.
3.Surah Al-Baqarah (2:185)
Bulan Ramadhan disebut sebagai bulan ketika Al-Qur’an diturunkan.
Dari ayat-ayat ini, terlihat jelas bahwa Lailatul Qadar adalah malam di mana Al-Qur’an diturunkan, suatu peristiwa monumental yang telah terjadi di masa lalu.
Namun, tidak ada indikasi bahwa malam ini harus diperingati setiap tahun dengan ritual tertentu.
Kesalahpahaman tentang Lailatul Qadar
Banyak kepercayaan yang berkembang di masyarakat tentang Lailatul Qadar tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an. Beberapa di antaranya adalah:
- Lailatul Qadar Terjadi Setiap Tahun pada Malam Tertentu
Al-Qur’an tidak menyebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi berulang setiap tahun.
Yang disebutkan dalam wahyu adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam tersebut, bukan bahwa malam tersebut terjadi secara siklis setiap tahun.
- Begadang Semalaman untuk Mencari Keberkahan
Tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk begadang pada malam tertentu di bulan Ramadhan guna mencari Lailatul Qadar.
Sebaliknya, Al-Qur’an justru menekankan bahwa ibadah malam harus dilakukan secara teratur dan tanpa membebani diri (QS. 73:1-8, 73:20).
- Turunnya Malaikat untuk Mengabulkan Doa dan Mengatur Takdir Setiap Tahun
Dalam QS. 97:4, Allah menyebut bahwa malaikat dan Jibril turun membawa segala urusan. Namun, tidak ada indikasi bahwa ini adalah peristiwa yang berulang setiap tahun.
Kata kerja yang digunakan dalam ayat ini (tanazzalu) adalah bentuk present tense dalam bahasa Arab, yang sering digunakan dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan kejadian di masa lalu (contohnya dalam QS. 18:17 dan QS. 25:25).
- Keutamaan Lailatul Qadar dalam Beribadah Melebihi Malam-Malam Lainnya
Keutamaan Lailatul Qadar ada karena Al-Qur’an diturunkan pada malam itu, bukan karena ada ritual khusus yang harus dilakukan pada malam tersebut.
Al-Qur’an menekankan bahwa ibadah dan perenungan wahyu harus dilakukan secara konsisten, bukan hanya pada satu malam tertentu.
Ibadah Malam dalam Islam: Perspektif Al-Qur’an
Jika kita merujuk kepada Al-Qur’an, Allah telah memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya umat Islam beribadah di waktu malam:
- Membaca dan merenungkan Al-Qur’an setiap malam (QS. 73:1-8, 73:20).
- Menjadikan malam sebagai waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan shalat dan doa, sesuai kemampuan masing-masing (QS. 17:79, QS. 76:26).
- Tidak membebani diri dengan ibadah yang berlebihan (QS. 73:20).
Dari ayat-ayat ini, terlihat bahwa ibadah malam adalah suatu amalan yang dianjurkan sepanjang tahun, bukan hanya pada satu malam tertentu.
Mengapa Ritual yang Tidak Ditetapkan dalam Al-Qur’an Perlu Dikaji Ulang?
Menambahkan praktik-praktik yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an berpotensi membawa dampak negatif terhadap pemahaman Islam yang murni, di antaranya:
- Membentuk Keyakinan yang Tidak Berdasar pada Wahyu
Banyak umat Islam lebih berfokus mencari keberkahan dalam satu malam daripada memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an sepanjang hidupnya.
- Mengalihkan Fokus dari Ajaran yang Sesungguhnya
Alih-alih menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama, umat lebih sibuk dengan ritual yang tidak diperintahkan oleh Allah.
- Mempertahankan Tradisi yang Tidak Selaras dengan Wahyu
Keyakinan bahwa Lailatul Qadar harus dirayakan dengan ibadah khusus setiap tahun adalah warisan tradisi, bukan bagian dari ajaran yang ditetapkan dalam Al-Qur’an.
Kesimpulan: Kembali kepada Wahyu yang Murni
Lailatul Qadar adalah malam penuh keberkahan karena pada malam itu Al-Qur’an diturunkan. Namun, Al-Qur’an tidak pernah menyebutkan bahwa malam ini harus diperingati setiap tahun dengan ritual tertentu.
Allah telah menetapkan ibadah yang harus dilakukan umat Islam, yaitu membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an setiap malam, bukan hanya pada satu malam dalam setahun.
Puasa Ramadhan juga telah ditetapkan sebagai cara untuk menghormati turunnya Al-Qur’an, bukan melalui perayaan atau ibadah khusus pada malam tertentu.
Sebagai Muslim yang berserah diri kepada Allah, sudah saatnya kita kembali kepada wahyu yang murni dan menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber ajaran Islam yang sah.
Keyakinan dan ritual yang tidak memiliki dasar dalam wahyu perlu dikaji ulang agar kita tidak terjebak dalam praktik-praktik yang tidak diperintahkan oleh Allah.
“Yang Maha Agung adalah Tuhan, satu-satunya Raja yang benar. Jangan terburu-buru membaca Al-Qur’an sebelum diturunkan kepadamu, dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahlah ilmuku.’” (QS. 20:114)
Mudah-mudahan, dengan pemahaman yang benar, kita dapat menjalankan agama ini dengan lebih lurus, berdasarkan wahyu yang telah Allah turunkan kepada kita. (A Mohammad)