Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Ketika Agama Diperalat, Kemanusiaan Ditinggalkan

167
×

Ketika Agama Diperalat, Kemanusiaan Ditinggalkan

Share this article

ppmindonesia.com.Jakarta – Agama hadir sebagai pedoman hidup yang menuntun manusia menuju kebaikan, keadilan, dan kedamaian.

Namun, dalam perjalanan sejarah, tidak sedikit orang yang justru memperalat agama demi kepentingan pribadi atau kelompok. Ketika agama dijadikan alat untuk kekuasaan, fanatisme, dan kebencian, maka esensi kemanusiaan yang diajarkan agama justru terabaikan.

Agama yang Seharusnya Menyelamatkan, Malah Dijadikan Alat Penindasan

Islam, Kristen, Yahudi, dan agama-agama lain mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kasih sayang, keadilan, dan persaudaraan.

Namun, sejarah mencatat bagaimana agama sering kali dipolitisasi dan dimanipulasi untuk membenarkan peperangan, diskriminasi, dan kekerasan.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ۝٤٢

“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran, sedang kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)

Ayat ini mengingatkan agar kebenaran tidak dikaburkan demi kepentingan tertentu. Namun, realitanya, banyak yang menggunakan agama sebagai tameng untuk kepentingan duniawi, sehingga nilai-nilai kemanusiaan yang sejatinya menjadi ruh agama justru ditinggalkan.

Fanatisme Buta dan Hilangnya Kemanusiaan

Ketika agama diperalat, fanatisme buta mulai muncul. Orang-orang tidak lagi melihat agama sebagai jalan menuju Tuhan yang penuh rahmat, melainkan sebagai alat untuk menghakimi dan memusuhi sesama. Mereka yang berbeda pandangan dicap sesat, yang tidak sepemahaman dianggap musuh, dan kekerasan pun sering kali dianggap sah atas nama agama.

Padahal, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Jika agama digunakan untuk memecah belah dan menebar kebencian, maka sejatinya bukan agama yang sedang diperjuangkan, melainkan kepentingan pribadi atau kelompok. Seorang yang benar-benar memahami agama tidak akan mudah terprovokasi oleh propaganda yang menjadikan agama sebagai alat politik dan kekuasaan.

Ketika Politik dan Kekuasaan Memanipulasi Agama

Dalam banyak kasus, agama dijadikan kendaraan politik untuk mendapatkan dukungan massa. Pemimpin yang seharusnya mengayomi seluruh rakyat justru memainkan sentimen keagamaan untuk kepentingan pribadi.

Akibatnya, agama kehilangan esensinya sebagai pedoman moral dan justru menjadi alat untuk memperdalam perpecahan.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah mengingatkan: “Agama seharusnya menjadi inspirasi, bukan aspirasi politik.”

Ketika agama dijadikan alat politik, maka ia kehilangan kesuciannya. Yang muncul bukan lagi nilai-nilai kebaikan, tetapi ambisi manusia yang dibungkus dengan narasi keagamaan.

Kembali ke Esensi Agama: Menegakkan Kemanusiaan

Jika ingin mengembalikan agama ke fungsinya yang sejati, maka kita harus kembali pada nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan agama. Membela agama tidak berarti membela simbol-simbolnya semata, tetapi membela prinsip keadilan, kasih sayang, dan perdamaian yang diajarkannya.

Allah berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ۝٩٠

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.” (QS. An-Nahl: 90)

Ayat ini menegaskan bahwa agama bukanlah alat untuk memecah belah, melainkan pedoman untuk menegakkan keadilan dan kebajikan.

Agama Di Peralat?

Ketika agama diperalat untuk kepentingan tertentu, maka nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi inti ajarannya justru ditinggalkan.

Fanatisme, kebencian, dan perpecahan sering kali muncul ketika agama disalahgunakan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengembalikan agama pada hakikatnya sebagai sumber kedamaian dan kasih sayang.

Membela agama bukanlah dengan membenci atau menyerang orang lain, tetapi dengan menegakkan keadilan, membantu mereka yang tertindas, dan menjalankan ajaran agama dengan penuh keikhlasan.

Jika kita ingin agama dihormati, maka kita harus menjadi umat yang mencerminkan kemuliaan ajaran agama itu sendiri. (emha)

 

Example 120x600