Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Makna di Balik Amal: Mencari Ridha Ilahi di Atas Pengakuan Dunia

45
×

Makna di Balik Amal: Mencari Ridha Ilahi di Atas Pengakuan Dunia

Share this article

ppmindonesia.com.Jakarta – Tersebutlah dalam sebuah hikayat lama, seorang Penguasa, seorang Ulama, dan seorang Dermawan harus berhadapan dengan malaikat setelah mereka berpulang ke alam akhirat.

Ketiganya merasa bahwa diri mereka sangat layak untuk masuk surga, karena sepanjang hidup telah menjalankan peran mereka dengan penuh pengabdian.

Malaikat pertama-tama bertanya kepada mantan Penguasa, “Apa alasanmu berharap dapat masuk surga?”

Dengan penuh keyakinan, sang Penguasa menjawab, “Aku telah menjalankan kekuasaan dengan adil, menegakkan hukum, melindungi rakyat, serta membuat kebijakan yang membawa kesejahteraan bagi banyak orang.”

Malaikat kemudian bertanya kembali, “Bukankah selama berkuasa engkau telah menerima penghormatan, kekuasaan, dan segala kebesaran atas segala kebijakan yang engkau buat? Rakyat mengagungkan namamu, dan engkau menikmati kemuliaan di dunia.”

Penguasa itu pun terdiam, merenungkan makna dari pertanyaan tersebut.

Malaikat lalu beralih kepada sang Ulama, “Apa alasanmu berharap dapat masuk surga?”

Dengan penuh percaya diri, sang Ulama menjawab, “Aku telah berdakwah, mengajarkan ilmu, membimbing umat, dan menyeru manusia kepada kebaikan.”

Malaikat kembali bertanya, “Bukankah engkau telah menerima penghormatan, kemuliaan, serta nama baik atas segala ilmu dan kebajikan yang engkau sampaikan? Engkau dimuliakan, dihormati, dan dikenal sebagai orang yang berilmu.”

Sang Ulama pun terdiam, memahami bahwa ada sesuatu yang lebih dalam yang perlu ia renungkan.

Malaikat kemudian bertanya kepada sang Dermawan, “Apa alasanmu berharap dapat masuk surga?”

Dengan yakin, sang Dermawan menjawab, “Aku telah menyumbangkan harta yang sangat besar, membantu yang membutuhkan, membangun rumah ibadah, sekolah, dan banyak amal baik lainnya.”

Malaikat pun bertanya, “Bukankah atas semua itu engkau telah menerima penghormatan, kemuliaan, dan sanjungan? Orang-orang mengagungkan namamu sebagai dermawan yang mulia.”

Sang Dermawan pun terdiam, menyadari bahwa penghormatan dan pengakuan yang ia dapatkan di dunia telah menjadi bagian dari balasannya.

Malaikat pun berkata, “Sesungguhnya, bukan sekadar apa yang telah kalian lakukan yang paling penting, meskipun semua itu sangat besar manfaatnya bagi banyak orang. Yang jauh lebih utama adalah alasan di balik semua itu.

Apa yang mendasari kalian dalam bertindak? Apakah karena cinta sejati kepada Tuhan, atau karena mengharap balasan dan pengakuan dari sesama?”

Kemudian malaikat mengingatkan mereka dengan firman Allah dalam Surah Al-Qalam (68:1-4):

نٓ​ وَالۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُوۡنَۙ‏  ١مَاۤ اَنۡتَ بِـنِعۡمَةِ رَبِّكَ بِمَجۡنُوۡنٍ​ۚ‏ ٢وَاِنَّ لَڪَ لَاَجۡرًا غَيۡرَ مَمۡنُوۡنٍ​ۚ‏ ٣وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ‏ ٤

“Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan. Berkat nikmat Tuhanmu, engkau (Muhammad) bukanlah orang gila. Dan sesungguhnya, engkau pasti akan mendapat pahala yang tak terbatas. Dan sungguh, engkau berada di atas akhlak yang agung.”

Mereka yang mampu membaca makna di balik apa yang telah digariskan dan ganjaran yang tak terbatas itu, tentu tidak akan berbuat sesuatu semata-mata demi pengakuan atau pahala. Mereka telah melampaui kearifan dasar seperti itu.

Amal mereka bukan lagi demi kepentingan diri, tetapi lahir dari cinta yang mendalam kepada Allah, hingga mereka larut dan tenggelam dalam birunya samudera kasih Ilahi.

Maka, kesempurnaan amal bukan hanya terletak pada besarnya perbuatan, tetapi pada keikhlasan niat. Bukan sekadar apa yang dilakukan, tetapi mengapa ia dilakukan.

Mereka yang telah mencapai derajat keikhlasan sejati tidak lagi terikat pada keinginan duniawi, melainkan hanya ingin berada dalam keridhaan Tuhan.

Itulah perwujudan akhlak yang agung (khuluqun ‘azhim), yang menjadi jalan bagi mereka yang benar-benar berhak atas surga-Nya. (husni fahro)

 

Example 120x600