Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Akhir Ramadhan: Antara Syukur, Haru, dan Harapan

41
×

Akhir Ramadhan: Antara Syukur, Haru, dan Harapan

Share this article

Oleh; Lalu Agus Sarjana, Aktifis dan Tokoh Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) NTB

ppmindonesia.com. Jakarta- Ramadhan datang disambut dengan riang gembira, penuh harapan dan doa. “Marhaban ya Ramadhan,” seruan itu mengalun saat bulan suci hadir membawa limpahan rahmat, berkah, dan ampunan. Namun, kini hari ke-25 telah berlalu.

Seiring bertambahnya malam-malam terakhir, hati mulai diselimuti rasa haru—antara syukur dan kesedihan.

Ada kegundahan yang sulit diungkapkan, sebab Ramadhan yang begitu indah terasa semakin menjauh. Ia adalah bulan penuh kemuliaan, di mana pintu-pintu langit terbuka, doa-doa diangkat, dan ampunan tercurah bagi yang bersungguh-sungguh mencarinya.

Bahkan, di dalamnya tersimpan Lailatul Qadar, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan—sebuah hadiah agung yang belum tentu kita jumpai kembali di tahun mendatang.

Tetapi begitulah hakikat kehidupan, cakra manggilingan—roda zaman terus berputar, membawa kita melangkah maju, meninggalkan jejak waktu yang tak bisa kita hapus. Ramadhan akan datang kembali, namun belum tentu kita masih diizinkan untuk bertemu dengannya.

Maka, Rasulullah ﷺ mengajarkan kita sebuah doa yang menjadi penghubung antara Ramadhan yang berlalu dan yang akan datang:

“Allahumma ballighna Ramadhan.”

Ya Allah, sampaikanlah kami pada Ramadhan berikutnya, dengan iman yang lebih kuat, amal yang lebih baik, dan hati yang lebih bersih.

Semoga akhir Ramadhan ini membawa kebahagiaan yang sejati—bukan hanya perpisahan yang menyisakan rindu, tetapi juga harapan akan perjumpaan yang lebih indah di masa depan.

Dan ketika takbir Idul Fitri berkumandang, semoga itu menjadi tanda happy ending yang indah: kemenangan atas diri, kesucian hati, dan keberkahan yang berlanjut hingga hari-hari berikutnya.(lalu agus sarjana)

 

Example 120x600