Oleh; Lalu Agus Sarjana; Aktifis dan Tokoh Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) NTB
ppmindonesia.com.Jakarta – Hidup ini adalah perjalanan yang penuh warna—terkadang cerah dengan kebahagiaan, terkadang redup dengan ujian.
Namun, keindahan sejati bukanlah tentang seberapa banyak kesenangan yang kita rasakan, melainkan tentang bagaimana kita memaknainya dengan iman dan syukur.
Iman mengajarkan kita untuk melihat kehidupan dengan kacamata yang lebih luas. Ia menuntun hati agar tetap teguh di saat badai menerpa dan tetap rendah hati di saat nikmat melimpah. Dengan iman, kita memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki hikmah.
Tidak ada yang sia-sia dalam ketetapan-Nya, sebab setiap peristiwa, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan, adalah bagian dari skenario terbaik yang Allah rancang untuk kita.
Allah berfirman
….وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ١١
“Barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. At-Taghabun: 11)
Sementara itu, syukur adalah kunci untuk merasakan ketenangan sejati. Ia menjadikan hati lapang meskipun dalam keterbatasan, dan menjadikan jiwa kaya meskipun dunia tak memberi banyak.
Orang yang bersyukur tidak hanya melihat nikmat dalam hal-hal besar, tetapi juga dalam setiap detik kehidupan—udara yang dihirup, langkah yang masih bisa dilangkahkan, dan doa yang masih bisa dipanjatkan.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini mengajarkan bahwa semakin kita bersyukur atas nikmat yang ada, semakin Allah tambahkan kebaikan dalam hidup kita
Ketika iman dan syukur bersatu dalam hati, kehidupan akan terasa lebih indah. Kita tidak lagi terpaku pada apa yang hilang, tetapi lebih menghargai apa yang masih ada.
Kita tidak lagi mengeluh atas ujian, tetapi lebih fokus pada pelajaran yang bisa dipetik. Kita tidak lagi mencari kebahagiaan di luar diri, karena sejatinya kebahagiaan itu telah tumbuh di dalam jiwa. (lalu agus sarjana)
Maka, selamilah keindahan hidup ini dengan iman yang teguh dan syukur yang tulus. Jadikan setiap detik sebagai ladang kebaikan, setiap ujian sebagai penguat keimanan, dan setiap nikmat sebagai pengingat akan kasih sayang-Nya.
Sebab, siapa yang beriman dan bersyukur, akan selalu menemukan kebahagiaan yang hakiki—yang tidak tergantung pada dunia, tetapi berakar dalam hati.