ppmindonesia.com. Jakarta – Tujuan dari esai ini adalah untuk menyajikan sebuah gambaran mengenai Islam sebagai sistem kehidupan yang inklusif—satu sistem yang memungkinkan setiap orang merasa menjadi bagian darinya, sehingga tercipta kesatuan dengan seluruh ciptaan, tanpa mengorbankan kebebasan individu, termasuk kebebasan berpikir dan mempertanyakan secara rasional ajaran-ajaran yang disampaikan.
Saya meyakini bahwa Islam memiliki potensi besar sebagai sistem transformasi revolusioner bagi terciptanya perdamaian dan keadilan sosial—sesuatu yang semakin langka di dunia modern. Namun, pembahasan tersebut akan menjadi bagian dari diskusi lain. Dalam tulisan ini, saya ingin menunjukkan bahwa Islam adalah sistem yang menghargai keberagaman pandangan, masyarakat, dan keyakinan agama yang berbeda.
Allah berfirman:
….. فَبَشِّرْ عِبَادِۙ ١٧الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ ١٨
“… Maka sampaikan kabar gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan semua pandangan, kemudian mengikuti yang terbaik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang berakal.”
(QS Az-Zumar: 17-18)
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS Al-Hujurat: 13)
وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ ١١٨
“Dan sekiranya Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia umat yang satu. Tetapi mereka senantiasa berselisih.” (QS Hud: 118)
لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ……٢٥٦
“Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat…”(QS Al-Baqarah: 256)
Pandangan-pandangan dalam tulisan ini adalah hasil perenungan pribadi berdasarkan pembelajaran saya terhadap Al-Quran. Meskipun Al-Quran secara lahir tampak sederhana, maknanya sangat mendalam dan kompleks. Oleh karena itu, saya mengakui bahwa pemahaman ini bersifat sementara dan akan terus berkembang seiring waktu dan pembelajaran. Saya juga mengajak pembaca untuk memverifikasi dan meneliti setiap poin dengan hati terbuka dan akal sehat.
Definisi Metaforis dan Pendekatan
Dalam esai ini, saya mendefinisikan “kepercayaan kepada Tuhan” secara metaforis sebagai tindakan sadar untuk berbuat baik, meskipun hal itu mungkin merugikan diri sendiri secara pribadi. Seseorang mungkin secara lahiriah adalah ateis dan menolak semua gagasan tentang Tuhan, tetapi jika ia hidup dengan prinsip moral yang tinggi dan menjunjung nilai-nilai kebaikan, maka dalam konteks ini, ia adalah orang yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan. Sebaliknya, seseorang yang mengaku beriman namun melakukan kejahatan secara sadar, sejatinya tidak memiliki iman yang sejati.
Allah juga memperingatkan:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ٣٦
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’: 36)
Dua Kategori Besar Manusia dalam Al-Quran
Kategori 1: Penolak (Al-Kafireen)
Kafir adalah mereka yang secara sadar memilih untuk merugikan orang lain demi keuntungan pribadi. Mereka tidak menghormati hak sesama, tidak peduli pada lingkungan, dan menolak untuk memilih antara kebaikan dan keburukan kecuali jika menguntungkan diri mereka sendiri. Mereka bisa beragama atau tidak, namun tindakan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki keimanan sejati.
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّارِۗ ١٠
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka tidak akan dapat menolong mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah. Mereka itu adalah bahan bakar neraka.” (QS Ali Imran: 10)
Sub-Kategori: Munafik (Al-Munafiqeen)
Munafik adalah mereka yang berpura-pura peduli, tetapi sesungguhnya hanya mengejar keuntungan pribadi. Mereka menyesatkan orang-orang yang beriman dan bahkan lebih berbahaya daripada orang kafir karena kepura-puraan mereka.
………..سَنُعَذِّبُهُمْ مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّوْنَ اِلٰى عَذَابٍ عَظِيْمٍۚ ١٠١
“… Kami akan menyiksa mereka dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.”(QS At-Taubah: 101)
Kategori 2: Orang yang Menyerah (Al-Muslimin)
Muslim adalah mereka yang menyerahkan diri kepada hukum alam dan hidup dalam harmoni dengannya. Mereka memilih kebaikan, menghindari perusakan, dan menjaga keseimbangan alam serta hubungan antarmanusia. Siapapun bisa termasuk kategori ini, terlepas dari afiliasi agama atau kepercayaannya.
“Dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang memberi salam kepada kalian: ‘Engkau bukan orang mukmin!’ hanya karena menginginkan keuntungan dunia…”(QS An-Nisa’: 94)
Doa dan penyembahan kepada Tuhan dapat mengambil bentuk apa saja yang membawa seseorang lebih dekat kepada kebaikan dan keseimbangan alam. Ibadah dalam arti sejatinya adalah pelayanan kepada kehidupan dan kebaikan.
قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّاۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْۗ ١٤
“Orang-orang Arab Badui berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah: ‘Kalian belum beriman, tetapi katakanlah: Kami telah tunduk, karena iman belum masuk ke dalam hati kalian.’…”(QS Al-Hujurat: 14)
Sub-Kategori: Mukmin (Al-Mu’minun)
Mukmin adalah Muslim yang aktif. Mereka bukan hanya tunduk, tetapi juga memperjuangkan kebaikan, menegakkan keadilan, dan siap berkorban demi prinsip. Mereka hidup dengan keberanian dan cinta terhadap sesama, serta menjadi agen perubahan dalam masyarakat.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ ١٥
“Sesungguhnya orang-orang beriman hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”(QS Al-Hujurat: 15)
Penutup
Melalui pembagian kategori ini, saya ingin menunjukkan bahwa Al-Quran menilai manusia bukan dari label atau identitas luar, melainkan dari tindakan dan niat terdalamnya. Islam adalah sistem yang menghargai pilihan, mendukung kebebasan berpikir, dan mengajarkan bahwa kebenaran hanya akan hadir melalui pencarian yang tulus dan akal yang jernih. Semoga esai ini dapat menjadi bahan renungan dan pembuka jalan bagi dialog yang lebih luas tentang Islam yang humanis dan transformatif.( FearfulOfAllah)