وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ ٣
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka belum diuji?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
ppmindonesia.com.Jakarta – Iman bukan sekadar pernyataan lisan atau pengakuan kosong. Ia adalah sebuah komitmen yang dalam, yang menuntut keteguhan dan kesungguhan dalam menapaki jalan kebenaran. Sejak awal, Allah telah menegaskan bahwa setiap klaim keimanan pasti akan diuji, dan ujian tersebut bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk memurnikan dan memperteguh keyakinan.
Ujian adalah sunnatullah—sebuah kepastian ilahi yang dialami oleh semua hamba-Nya yang ingin berada di jalan-Nya. Tidak ada manusia beriman yang luput dari cobaan, karena melalui ujian itulah terbedakan antara iman yang sejati dan iman yang semu.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
“Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ragam Ujian dan Maknanya
Cobaan yang datang dalam hidup seorang mukmin bisa beraneka rupa. Ketakutan, bisa muncul saat menghadapi tekanan dari musuh, ketika iman menjadi sesuatu yang dipertaruhkan di tengah-tengah ancaman, olok-olok, bahkan kekerasan fisik. Orang-orang kafir di masa lalu berusaha membungkam suara kebenaran dengan pengusiran, penangkapan, bahkan ancaman pembunuhan (QS. 8:30, 18:20).
Kelaparan dan kekurangan harta dapat terjadi akibat boikot ekonomi, bencana, atau situasi sosial yang mempersulit akses kehidupan. Sering kali, umat terdorong untuk hijrah—meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan penghidupan demi menjaga kemurnian iman. Ini bukan sekadar pengorbanan, melainkan ujian tentang keberanian untuk memilih Tuhan atas dunia.
Ujian lain yang tak kalah berat adalah kehilangan jiwa, yakni orang-orang tercinta: anak, pasangan, sahabat, dan kerabat. Nabi Ibrahim menghadapi ujian ini saat diperintahkan menyembelih putranya, Ismail, sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Namun keduanya menerima perintah itu dengan ketaatan yang tulus, hingga Allah membalas mereka dengan kedudukan mulia (QS. Ash-Shaffat: 102–106).
Nabi Ya’kub juga mengalami penderitaan batin yang mendalam ketika terpisah dari Yusuf, anak yang sangat dicintainya. Kesedihan itu begitu besar hingga menggerogoti fisiknya dan membuat matanya rabun (QS. Yusuf: 84–85). Namun beliau tidak berhenti berharap dan menyerahkan segalanya kepada Allah, dengan sabar dan yakin.
Kesabaran: Kunci Menghadapi Ujian
Setiap ujian menuntut satu sikap utama: sabar. Kesabaran bukan pasrah yang lesu, tetapi keteguhan hati untuk terus berpaut kepada Tuhan di tengah penderitaan. Allah memberi kabar gembira kepada mereka yang sabar, karena mereka tahu bahwa di balik setiap ujian ada hikmah, dan di balik setiap kehilangan ada janji yang lebih besar dari Tuhan.
….وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ ٤٦
“Dan bersabarlah; sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)
Ujian adalah Kontrak Ilahi
Ketika Allah menurunkan ujian-Nya, sejatinya Dia sedang menawarkan kehormatan tertinggi kepada hamba-Nya—yakni, menjadi mitra dalam sebuah jual beli spiritual. Allah membeli jiwa dan harta orang-orang beriman dengan imbalan surga. Perdagangan ini bersifat mengikat dan tidak merugikan. Inilah transaksi paling agung dalam kehidupan seorang mukmin.
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ……١١١
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, jiwa dan harta mereka dengan (imbalan) surga…” (QS. At-Taubah: 111)
Maka, ujian keimanan sejatinya adalah undangan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya: untuk menjadi lebih kuat, lebih dekat, dan lebih murni dalam tauhid. Tidak ada yang lebih indah selain menjadi bagian dari para kekasih Tuhan yang sabar dalam kesulitan, teguh dalam keimanan, dan rela menyerahkan segalanya demi Dia.
Penutup: Ujian adalah Jalan Kemenangan
Jalan keimanan bukan jalan yang mulus dan bebas rintangan. Ia adalah jalan penuh ujian, namun juga jalan yang dipenuhi cahaya dan janji-janji kebaikan dari Tuhan. Barang siapa sabar di atas jalan ini, maka dialah pemenang yang sesungguhnya.
Setiap tetes air mata dan kesedihan di jalan keimanan adalah investasi untuk kebahagiaan abadi. Maka jika engkau merasa diuji, janganlah goyah. Sebab itu tandanya Tuhan masih memperhatikanmu, memurnikanmu, dan mengangkat derajatmu.
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ١٣٩
“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah bersedih hati, padahal kamulah yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139) (emha)