ppmindonesia.com.Magelang– Alhamdulillah, saya berkesempatan menerima kunjungan sekaligus membersamai acara Dialog Interaktif Alumni Dua Zaman Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Pabelan, Magelang.
Kegiatan ini dihadiri oleh 139 peserta dari berbagai penjuru, menjadikannya momentum penting untuk mempererat tali silaturahmi antarpesantren sekaligus berbagi inspirasi dan pengalaman.
Sejak awal saya memang meminta untuk dijemput lebih pagi, agar dapat menyambut dan melakukan tarhib bagi rombongan yang datang lebih awal. Di ruang transit, saya bersama Kyai Najib Hamam menerima para tokoh utama Alumni Dua Zaman, di antaranya:
- Kyai Dr. Sofwan Manaf (Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta),
- Kyai Dr. Tata Taufik (Pimpinan Al-Ikhlash, Kuningan),
- Dr. Bustomi (Darunnajah, Jakarta),
- Prof. Yunus (UIN Sunan Ampel, Surabaya),
- Dr. Ahmad Suharto (Pondok Modern Gontor), dan
- Dr. Ahmad Sujiat (Wakil Rektor I UNIDA Gontor).
Pertemuan berlangsung hangat, penuh keakraban, dan sarat muatan keilmuan. Salah satu momen istimewa adalah ketika Kyai Dr. Tata Taufik, yang juga menjabat sebagai Presiden Pengasuh Pesantren Indonesia (P2i), menghadiahkan saya sebuah buku kumpulan tulisannya.
Beliau bersama para Kyai P2i diketahui aktif sebagai narasumber dalam berbagai seminar Islam internasional, serta baru-baru ini melakukan kunjungan edukatif ke sejumlah lembaga pendidikan di Amerika Serikat.
Di sana mereka bersilaturahmi dengan komunitas IMAAM (Indonesian Muslim Association in America), bertemu dengan Ustadz Shamsi Ali di Jamaica Islamic Center, dan berkunjung ke Hartford Seminary di Connecticut, antara lain.
Dalam sesi Dialog Interaktif, saya diminta menjadi narasumber, dan sesi ini dipandu oleh Prof. Yusuf Abdurrahman—putra dari Prof. Abdurrahman Partosentono, salah satu alumni Gontor yang menjadi senior Cak Nur (Nurcholish Madjid), Haji Ridlo, Hafidz Dasuki, dan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi di Fakultas Adab PTAIN Ciputat pada awal 1960-an.
Diskusi berjalan dinamis dan terbuka, dengan banyak pertanyaan diajukan oleh para pimpinan pondok yang hadir. Dialog ini menjadi ruang yang subur untuk bertukar ide dan refleksi atas peran strategis pesantren di tengah tantangan zaman. Acara kemudian ditutup dengan pertukaran cendera mata sebagai simbol penghormatan dan kenangan.
Kami pun menikmati santap siang bersama di halaman rumah Kyai Najib Hamam. Menu khas pondok disajikan dengan hangat dalam suasana penuh kekeluargaan.
Obrolan pun berlanjut santai, bahkan saya sempat diajak melakukan video call dengan Ustadz Nundang Rundagi, putra almarhum Pak Ayip Rasyidi, yang kini tengah merintis Rumah Literasi di Bandung. Sebagian koleksi buku Pak Ayip kini telah dipindahkan ke sana, memperkuat semangat literasi dan dakwah intelektual.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, kami diajak menikmati keindahan alam sekitar Borobudur dengan menaiki mobil VW Safari—kendaraan wisata klasik yang kini banyak disewakan di kawasan tersebut. Perjalanan singkat ini menjadi momen penyegar, mempererat kebersamaan sekaligus menutup hari yang sarat makna dengan kesan mendalam. (mhabib chirzin)
M Habib Chirzin; Presidium Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) Nasional 1994 – 1998, sebagai mentor dan guru bagi para aktifis PPM