Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Mengapa Allah Meminta Kita Merenungkan Unta?

176
×

Mengapa Allah Meminta Kita Merenungkan Unta?

Share this article

Penulis: emha | Editor: asyary

Foto freepik.com

Refleksi atas Quran Surah Al-Ghasyiyah (88:17)

اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ۝١٧ 

“Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?”(QS Al-Ghasyiyah: 17)

ppmindonesia.com .Jakarta -Dari sekian banyak makhluk yang disebutkan dalam kitab suci—anjing, kuda, keledai, burung, belalang, dan lainnya—Tuhan secara khusus memilih unta sebagai objek perenungan. Ini bukan tanpa alasan. 

Unta mungkin bukan hewan yang tampak indah dalam pandangan umum, tetapi ia adalah contoh sempurna dari penciptaan yang penuh hikmah dan presisi.

Ia adalah lambang keajaiban penciptaan, sepenuhnya selaras dengan fungsi dan lingkungan hidupnya. Ia diciptakan bukan sekadar untuk bertahan hidup di padang pasir, tapi juga untuk melayani manusia dalam kehidupan yang paling keras dan gersang.

Tanpa unta, perjalanan menembus gurun pasir—yang meliputi sebagian besar wilayah dunia Arab—akan nyaris mustahil. Ia bukan hanya binatang pengangkut, tetapi juga sahabat dalam menghadapi kekeringan dan kesepian.

Setiap bagian tubuh unta adalah desain ilahi yang fungsional dan bijaksana:

Telapak kakinya dilapisi bantalan lebar yang menyebar di pasir, mencegah tenggelam di permukaan gurun yang lembut.

Wajah dan kepalanya dilengkapi pelindung alami: alis tebal, bulu mata panjang, kelopak mata ganda bahkan tiga lapis, serta lubang hidung yang dapat menutup saat badai pasir melanda.

Telinganya tertutup rambut lebat, menjaga agar pasir tidak masuk dan menyebabkan infeksi.

Mulutnya dilapisi jaringan keras, memungkinkan unta mengunyah tanaman berduri tanpa luka—menunjukkan daya tahan yang menakjubkan terhadap keterbatasan makanan.

Punuk unta bukan hanya ciri khas, tetapi juga tabungan energinya. Ia menyimpan lemak yang bisa diurai menjadi energi saat makanan sulit ditemukan.

Punuk itu akan menyusut saat digunakan, lalu kembali saat makanan tersedia. Ini adalah bentuk cadangan logistik internal yang tak dimiliki makhluk lain.

Namun yang paling menakjubkan adalah kemampuan adaptasi unta terhadap panas dan kekurangan air—dua ancaman utama di padang pasir.

Unta memiliki tingkat metabolisme yang rendah, dan suhu tubuh yang fleksibel: bisa naik dari 94°F ke 105°F tanpa bahaya. Ini memungkinkan unta menunda berkeringat hingga benar-benar diperlukan, menjaga agar tidak kehilangan cairan berharga.

Dan ketika unta berkeringat, ia melakukannya secara efisien, karena bulunya tebal dan kasar—mencegah sinar matahari langsung dan menjaga kelembapan tubuh. Sistem pendingin tubuh ini jauh lebih hemat air daripada cara terengah-engah pada anjing.

Yang benar-benar luar biasa: unta mampu mempertahankan cairan tubuhnya lebih lama dari hewan lain. Kehilangan cairan hanya terjadi di jaringan, bukan di darah, sehingga sirkulasi tetap stabil. 

Ia juga hanya minum sesuai kebutuhan—tak lebih, tak kurang—dan mampu mengganti cairan yang hilang dengan cepat, bahkan sampai 25 galon dalam waktu singkat, tanpa risiko keracunan air seperti pada hewan lain.

Unta adalah simbol kesempurnaan fungsi dalam ciptaan. Ia adalah makhluk yang menyatu dengan tempat dan tugasnya, diciptakan dengan teliti oleh Tuhan untuk bertahan, melayani, dan memberi manfaat dalam lingkungan paling ekstrem di bumi.

Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk merenungkan unta, bukan hanya bentuk fisiknya yang harus kita pelajari, tetapi juga hikmah di balik penciptaannya: bagaimana sesuatu dapat menjadi luar biasa bukan karena keindahan luarnya, tetapi karena kesempurnaannya dalam menjalankan peran yang telah ditetapkan Tuhan.

Semoga dari perenungan terhadap unta ini, kita pun dapat belajar untuk menemukan peran kita di dunia dan menyesuaikan diri dengan tugas kehidupan yang Allah amanahkan kepada kita—dengan sabar, bijak, dan penuh keberdayaan.(emha)

Example 120x600