ppmindoenesia.com.Jakarta – Setiap Januari, langit Kundha Kulam di India Selatan menjadi panggung harapan. Penduduk desa yang hidup dari pertanian menengadah, bukan mencari awan, tetapi menanti datangnya burung.
Begitu sayap-sayap itu terlihat, hati mereka pun lega. Mereka tahu musim hujan akan datang—dan kehidupan akan kembali mengalir melalui ladang-ladang mereka.
Burung-burung itu datang dari jauh, mengikuti arah angin, membawa janji hujan yang penuh rahmat. Mereka adalah utusan Tuhan, pembawa kabar gembira. Seperti firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا ۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًاۙ ٤٨لِّنُحْيِىَ بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًا وَّنُسْقِيَهٗ مِمَّا خَلَقْنَآ اَنْعَامًا وَّاَنَاسِيَّ كَثِيْرًا ٤٩
“Dialah yang meniupkan angin dengan membawa kebaikan dari rahmat-Nya, dan Kami turunkan dari langit air yang benar-benar bersih. Dengan air itu Kami hidupkan tanah-tanah yang mati dan Kami beri minum makhluk-makhluk Kami, baik manusia maupun hewan.” (QS Al-Furqan 25:48-49)
Burung robin penanda musim semi, angsa yang mengabarkan datangnya dingin, bangau dan pelikan yang berkumpul di ladang-ladang basah—semuanya adalah komunitas yang hidup dengan tugasnya masing-masing. Al-Qur’an menyebut mereka dengan penuh hormat:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْۗ…٣٨
“Semua makhluk di bumi, dan semua burung yang terbang dengan sayapnya, adalah umat seperti kamu…” (QS Al-An’am 6:38)
Burung memiliki keajaiban ciptaan yang membuat manusia terpesona. Dengan tulang ringan berongga, otot dada besar, dan sistem pernapasan efisien, mereka terbang menembus langit.
Sayapnya yang melengkung menciptakan perbedaan tekanan yang menghasilkan daya angkat. Tidak ada yang dapat menahannya di udara kecuali Allah:
اَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرٰتٍ فِيْ جَوِّ السَّمَاۤءِۗ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا اللّٰهُۗ … ٧٩
“Apakah mereka tidak melihat burung-burung yang terbang di angkasa? Tidak ada yang dapat menahannya di udara kecuali Allah.” (QS An-Nahl 16:79)
Burung bahkan punya etika dalam terbang. Saat mereka bermigrasi dalam formasi V, burung terdepan yang paling lelah akan berganti posisi, memberi kesempatan bagi yang lain untuk memimpin. Tidak ada egoisme. Hanya kerja sama demi kebaikan bersama.
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالطَّيْرُ صٰۤفّٰتٍۗ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهٗ وَتَسْبِيْحَهٗۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِمَا يَفْعَلُوْنَ ٤١
“Tidakkah kamu tahu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, bahkan burung-burung yang terbang dalam barisan? Masing-masing mengetahui shalatnya dan bertasbihnya.Masing-masing sungguh telah mengetahui doa dan tasbihnya. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan. ” (QS An-Nur 24:41)
Dalam sejarah para nabi, burung adalah saksi dan bagian dari keajaiban. Ibrahim menyaksikan Tuhan menghidupkan kembali burung-burung (QS 2:260).
Isa membuat burung dari tanah liat dengan izin Tuhan (QS 3:49). Yusuf menafsirkan mimpi burung (QS 12:36). Daud ditemani tasbih burung (QS 21:79).
Sulaiman berbicara dengan mereka dan bahkan mengutus Hud-hud sebagai diplomat (QS 27:16, 27:20-28). Burung gagak pun menjadi guru pertama tentang penguburan jenazah bagi anak Adam (QS 5:31).
Burung bukan hanya keajaiban di alam, tapi juga menjadi sahabat manusia. Di New York, burung kakatua membangkitkan semangat penghuni panti jompo.
Di Colorado, merpati pos membantu menyampaikan kenangan dari jeram liar. Petani dilindungi oleh burung hantu pemburu hama.
Dan pemburu elang seperti Steve Jones menjalin ikatan saling percaya dengan burung-burung yang ia latih, seperti yang diizinkan dalam syariat:
….قُلْ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۙ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ تُعَلِّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللّٰهُ فَكُلُوْا مِمَّآ اَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ…. ٤
“Dihalalkan bagimu segala yang baik-baik, termasuk apa yang ditangkap anjing dan burung elang yang terlatih untukmu…” (QS Al-Ma’idah 5:4)
Namun, di tengah semua kesempurnaan burung yang terus bertasbih dan patuh kepada Tuhan, manusia justru menjadi makhluk yang durhaka:
وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ ١٠٣
“Kebanyakan manusia tidak akan beriman, apa pun yang kamu lakukan.” (QS Yusuf 12:103)
وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ ١٠٦
“Mayoritas orang-orang yang beriman kepada Tuhan tidak beriman kepada-Nya kecuali dengan menyembah berhala.” (QS Yusuf 12:106)
Burung tidak pernah disebut sebagai makhluk kafir, fasik, atau jahil dalam Al-Qur’an. Justru manusia yang mendapat banyak bukti dari langit dan bumi, terus mengabaikannya. Lihatlah penciptaan Tuhan—langit, bumi, angin, hujan, dan kehidupan yang tumbuh dari tanah mati. Tidakkah itu cukup?
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ١٦٤
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.” (QS Al-Baqarah 2:164)
Dan lihat pula tantangan dari Tuhan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗۗ وَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ ٧٣
“Wahai manusia, suatu perumpamaan telah dibuat. Maka, simaklah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka pun tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. (Sama-sama) lemah yang menyembah dan yang disembah.” (QS Al-Hajj 22:73)
Burung-burung mengajarkan kita tentang keindahan, ketaatan, kerja sama, dan ketundukan total kepada Sang Pencipta. Sementara itu, manusia terus sibuk dengan penyembahan ego, tradisi, dan berhala.
Sudah saatnya kita belajar dari burung.(emha)