pmindonesia.com.Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah bergulat dengan berbagai krisis multidimensi: pandemi, perang dagang, ketegangan geopolitik, disrupsi teknologi, dan perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Kombinasi dari semua ini menciptakan perfect storm—badai sempurna—yang melahirkan era baru ketidakpastian global. Pertanyaannya, bagaimana Indonesia dapat bertahan, bahkan tumbuh, di tengah turbulensi ini?
Gelombang Ketidakpastian yang Menjalar
Lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia berkali-kali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
Tahun 2025 diprediksi akan tetap dipenuhi risiko: perlambatan ekonomi Tiongkok, suku bunga tinggi di AS, ancaman resesi di Eropa, konflik di Timur Tengah dan Ukraina yang tak kunjung selesai, serta ketegangan antara Barat dan Timur yang semakin dalam.
Ketidakpastian global juga tercermin dalam fluktuasi harga komoditas, ketergantungan rantai pasok yang rapuh, volatilitas pasar keuangan, dan gejolak migrasi sosial. Dalam konteks ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu strategi keluar yang tidak hanya reaktif, tetapi juga visioner dan resilien.
Tiga Jalan Keluar: Strategi Adaptif dan Mandiri
1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi Domestik
Kemandirian ekonomi tidak berarti tertutup, tetapi berarti memiliki kemampuan untuk bertahan dan pulih secara cepat. Diversifikasi ekonomi—tidak tergantung pada satu komoditas atau satu negara mitra dagang—menjadi sangat penting.
Indonesia harus mendorong industrialisasi yang berbasis sumber daya lokal, memperkuat sektor pertanian dan pangan, serta membangun rantai pasok domestik yang efisien. Ketahanan pangan dan energi adalah pilar utama kedaulatan ekonomi di era penuh gejolak ini.
Menurut Aviliani, ekonom senior INDEF, “Kita harus mulai memikirkan ulang arah pembangunan. Ketahanan ekonomi harus berbasis pada potensi lokal, bukan pada imajinasi investasi asing yang belum tentu datang saat krisis.”
2. Transformasi Digital dan Inovasi Teknologi
Ketidakpastian global membawa satu peluang besar: dorongan untuk mempercepat transformasi digital. Dari pendidikan, kesehatan, hingga UMKM, digitalisasi membuka akses dan efisiensi baru.
Namun, Indonesia masih tertinggal dalam kesiapan teknologi dan infrastruktur digital, terutama di wilayah nonperkotaan.
Negara harus berani berinvestasi besar dalam riset, teknologi, dan pendidikan berbasis STEM. Ke depan, perekonomian akan ditentukan bukan hanya oleh siapa yang punya sumber daya alam, tapi siapa yang bisa mengelola data, talenta, dan teknologi.
3. Diplomasi Ekonomi Aktif dan Non-Blok Baru
Indonesia punya posisi unik: sebagai negara nonblok dan pemimpin di ASEAN, kita bisa memainkan peran sebagai penengah dan jembatan antar kekuatan dunia.
Diplomasi ekonomi aktif, baik bilateral maupun multilateral, diperlukan untuk membuka peluang baru.
Kita perlu mencari kemitraan yang adil, memperluas akses pasar non-tradisional, dan memperkuat posisi dalam kerja sama regional seperti RCEP, IPEF, atau BRICS. Dalam dunia multipolar, fleksibilitas menjadi kekuatan.
Seperti dikatakan Prof. Hikmahanto Juwana, pakar hubungan internasional, “Ketidakpastian global justru membuka ruang manuver lebih luas bagi negara-negara seperti Indonesia, asal tidak terpaku pada poros lama dan berani menciptakan poros baru.”
Peran Pemerintah: Menjadi Kompas dalam Kabut
Dalam situasi global yang kabur, pemerintah harus menjadi kompas yang jelas. Stabilitas politik, kepastian hukum, keberpihakan pada rakyat, dan akuntabilitas publik menjadi modal penting dalam menjaga kepercayaan investor dan masyarakat.
Kebijakan ekonomi yang konsisten, berbasis data dan aspirasi lokal, harus dikedepankan. Pemerintah tidak bisa hanya reaktif terhadap krisis global—ia harus menjadi arsitek masa depan.
Dari Ketidakpastian ke Ketangguhan
Ketidakpastian global bukan alasan untuk pasrah. Justru sebaliknya, inilah saat terbaik untuk melakukan pembenahan mendasar.
Dari memperkuat ekonomi lokal, menguasai teknologi, hingga membangun diplomasi baru yang strategis, Indonesia bisa keluar dari bayang-bayang ketidakpastian menuju cahaya ketangguhan.
Kita tidak tahu kapan krisis berikutnya datang. Tapi satu hal pasti: bangsa yang siap, inovatif, dan tangguh akan menjadi pemenang di masa depan.(acank)