Scroll untuk baca artikel
ArtikelBerita

Institut Pengembangan Masyarakat (IPAMA) 1

20
×

Institut Pengembangan Masyarakat (IPAMA) 1

Share this article

Penulis; Guntoro Soewarno Editor: Asyary

Salam dan Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Institut Pengembangan Masyarakat (IPAMA) adalah badan otonom dari Pusat Peranserta Masyarakat (PPM), yang didirikan sebagai wujud nyata dari komitmen dan visi luhur dalam memberdayakan umat.

Sejak kelahiran PPM pada tahun 1985 di Kaliurang, Yogyakarta, gerakan ini telah memelopori pendekatan pemberdayaan berbasis nilai, partisipasi masyarakat, dan semangat keberpihakan kepada rakyat kecil.

Lahir dari pemikiran dan dedikasi lima tokoh besar—Adi Sasono, Dawam Rahardjo, Amin Aziz, Abdillah Thoha, dan A.M. Saefuddin—yang dikenal sebagai Pandawa Lima, PPM turut didukung oleh lembaga-lembaga progresif seperti LPTP Solo, Dworowati Institut Yogyakarta, dan HP2M Ciputat, Lembaga Studi Pembangunan (Adi Sasono), Lembaga Pengembangan Usaha Kecil (LPUK) (Mas Tom), Selaparang Institute, Yayasan Fajar 2.

Bersama-sama, mereka membangun fondasi tradisi LSM Santri—sebuah gerakan pemberdayaan yang memadukan nilai-nilai keislaman dengan keberpihakan sosial, di tengah dominasi wacana sosialisme dalam dunia LSM pada dekade 1980-an.

Kini, meski PPM telah berbadan hukum sebagai organisasi massa Islam, napas gerakan berbasis nilai dan partisipasi masyarakat tetap menjadi ruh utama dalam setiap metode pemberdayaan yang dijalankan.

Relasi, Peran, dan Mandat IPAMA

Sebagai entitas otonom dalam struktur organisasi PPM, IPAMA menempati posisi strategis dan memiliki mandat operasional yang luas. Hubungan antara IPAMA dan PPM dapat diibaratkan seperti hubungan anak dan induk:

IPAMA secara organisatoris tunduk kepada PPM, namun diberi keleluasaan penuh untuk menyusun, mengembangkan, dan menjalankan program-program inovatif yang selaras dengan kebutuhan dan potensi lokal masyarakat.

Lalu, apa peran utama IPAMA dalam lanskap gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat?

1. Konsultan Pemberdayaan Berbasis Social Enterprise

IPAMA hadir sebagai lembaga konsultan pemberdayaan yang menerapkan pendekatan social entrepreneurship—yakni sebuah paradigma yang menyeimbangkan antara penciptaan nilai ekonomi dan pemenuhan nilai-nilai sosial.

Setiap program dirancang untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat, sekaligus memperkuat solidaritas sosial dan keberlanjutan ekosistem usaha rakyat.

2. Struktur Organisasi Sampai Tingkat Wilayah

Secara struktural, IPAMA membatasi diri hanya sampai tingkat wilayah (provinsi). Di tingkat kabupaten/kota, representasi dilakukan oleh individu atau komunitas mitra yang tergabung dalam jejaring IPAMA. Model ini memungkinkan fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi, sesuai konteks lokal.

3. Gerakan Pemikiran dan Aksi Nyata

IPAMA tidak sekadar berperan sebagai lembaga teknokratik. Ia adalah bagian dari gerakan pemikiran yang senantiasa diwujudkan dalam bentuk program aksi nyata—menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil, bukan hanya dalam tataran wacana, tetapi juga dalam praktik harian yang membumi.

4. Skema Bagi Hasil yang Adil dan Proporsional

Sebagai lembaga pemberdayaan berbasis usaha, IPAMA mengelola setiap pendapatan—baik di tingkat pusat maupun wilayah—dengan skema bagi hasil yang adil dan proporsional.

Sebagian dialokasikan kepada PPM sebagai induk organisasi, sebagai bentuk tanggung jawab struktural dan komitmen terhadap keberlanjutan kelembagaan. Prinsip keberkahan dan keadilan menjadi fondasi dari setiap mekanisme distribusi ini.

Dari Gagasan ke Aksi

Seluruh program IPAMA merupakan hasil eksperimen sosial yang telah dijalankan langsung oleh para pendiri dan kadernya di berbagai lokasi—mulai dari 58 pesantren, kelurahan-kelurahan di Semarang, hingga wilayah-wilayah seperti Cikarang, Ciawi, Jepara, Kudus, Tegal, Brebes, Pasuruan, dan Kediri.

Dalam sejumlah kasus, model-model ini bahkan telah tumbuh dan berkembang menjadi industri berskala menengah.

Berikut adalah program-program nasional IPAMA yang menjadi rujukan bagi pengembangan di tingkat wilayah:

1. Pertanian Terpadu Berbasis Organik

IPAMA mengembangkan model pertanian terpadu berlandaskan prinsip organik dan keberlanjutan, didukung oleh teknologi dan sains terapan dari Perkumpulan Bayu Sehat Mandiri (BSM) yang dipimpin oleh Bayu Diningrat—salah satu pionir pertanian organik di Indonesia.

Di tingkat kecamatan, IPAMA Wilayah akan membangun pabrik pupuk rakyat yang dimiliki secara kolektif oleh PPM Nasional, IPAMA Pusat dan Wilayah, serta kelompok tani. Target utamanya adalah meningkatkan pendapatan petani menjadi minimal Rp 5 juta per bulan secara berkelanjutan.

2. Pengelolaan Sampah Organik melalui Budidaya Cacing

IPAMA mempromosikan cacing sebagai “pabrik kompos” alami yang efektif dalam mengatasi persoalan sampah rumah tangga. Dengan menyediakan bibit, pelatihan teknologi budidaya, hingga kepastian pasar hasil panen, program ini menciptakan rantai nilai yang menghubungkan pengelolaan sampah dengan pertanian ekologis dan ekonomi sirkular.

3. Bursa Komoditas IPAMA

Sebagai respon terhadap tantangan distribusi dan fluktuasi harga, IPAMA membangun pusat data dan bursa perdagangan komoditas pertanian yang terpercaya. Fasilitas ini akan memperkuat koneksi antarwilayah, membuka akses pasar yang lebih luas, dan memperbaiki tata niaga produk unggulan, dimulai dari daerah seperti Lampung.

4. Industri Magang Luar Negeri untuk Lulusan SMK/SMA

Bekerja sama dengan perusahaan rekrutmen magang internasional, IPAMA memfasilitasi program magang selama 3 tahun ke Jepang, Korea, Belanda, dan Australia. Peserta akan memperoleh pelatihan singkat selama 7 hari, tanpa dipungut biaya, dan menerima gaji minimum Rp 8 juta per bulan.

Model ini bukan sekadar penempatan tenaga kerja, melainkan investasi kapasitas generasi muda—IPAMA bahkan menerima fee Rp 1 juta per orang per bulan dari perusahaan pengguna, tanpa memotong gaji peserta.

5. Riset Strategis Sosial Ekonomi

Sebagai bagian dari tanggung jawab intelektualnya, IPAMA menyelenggarakan riset-riset independen untuk memetakan realitas sosial-ekonomi dan mengevaluasi efektivitas kebijakan publik. Pendanaan riset bersumber dari surplus usaha, dengan orientasi untuk menghadirkan data akurat dan relevan guna menyusun kebijakan berbasis realitas lapangan.

Penutup

Demikianlah pengantar, penjelasan posisi strategis, dan pemaparan program-program inti IPAMA. Semoga seluruh jajaran pengurus, baik di tingkat pusat maupun wilayah, dapat memahami arah gerakan ini secara menyeluruh, dan menjadikannya sebagai bagian dari jalan dakwah, pemberdayaan, serta pengabdian terbaik kepada umat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

IPAMA – Pemberdayaan yang Menghidupkan (guntoro soewarno)

Guntoro Soewarno adalah Pemilik “Ali OrganicFarm (ALO FARM) Semarang, juga Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat dan Kerjasama Antar lembaga MW Kahmi Jawa tengah. Juga Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama) PPM Indonesia*

Example 120x600