ppmindonesia.com.Jakarta – IPAMA bukan sekadar gagasan lokal atau inisiatif sporadis. Ia tengah dikembangkan sebagai organisasi nasional yang bergerak lincah, adaptif, dan berbasis teknologi. Untuk menjangkau seluruh wilayah Nusantara dan memastikan kesinambungan gerakan, IPAMA menyiapkan fondasi kelembagaan yang kuat dengan pendekatan modern, gotong royong, dan berbasis kaderisasi.
1. Struktur Organisasi Berbasis Digital
Di era digital ini, kecepatan informasi dan keterhubungan menjadi kunci efektivitas gerakan. Karena itu, IPAMA mengembangkan sistem pengelolaan organisasi berbasis digital, agar koordinasi antarwilayah bisa berlangsung tanpa hambatan geografis.
Saat ini, tim teknis yang dipimpin oleh Mas Salman di Bandung, seorang kader PPM yang berpengalaman di bidang teknologi informasi, sedang merancang platform resmi IPAMA di situs www.ipama.asia.
Platform ini tak hanya berfungsi sebagai etalase program dan informasi, tetapi juga menjadi ruang interaksi virtual: mulai dari forum diskusi nasional, pelatihan daring (online training), hingga ruang pertemuan rutin pengurus dan anggota IPAMA dari seluruh Indonesia.
Dengan pendekatan ini, IPAMA membangun jejaring yang cair, kolaboratif, dan selalu terhubung—sebuah digital ecosystem yang menjadi tulang punggung pergerakan masa depan.
2. Skema Pelatihan dan Pembiayaan Operasional yang Gotong Royong
Pelatihan menjadi pintu awal dalam setiap proses pemberdayaan. Di IPAMA, seluruh pelatihan dirancang agar inklusif dan bebas biaya materi. Namun, untuk menjamin keberlangsungan kegiatan dan profesionalisme pelaksanaannya, biaya operasional seperti transportasi, konsumsi, dan akomodasi tim pelatih akan ditanggung secara gotong royong.
Model ini tidak hanya efisien, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki di antara peserta, pengurus wilayah, dan IPAMA Pusat. Semangat ini menyatu dalam prinsip dasar IPAMA: bahwa pemberdayaan bukanlah pemberian, melainkan proses tumbuh bersama melalui partisipasi aktif.
3. Kantor Pusat di Dua Lokasi Strategis
Agar koordinasi pusat berjalan efektif dan memiliki daya jangkau luas, IPAMA Pusat dikelola dari dua kota strategis: Semarang dan Bogor (Ciawi). Kedua lokasi ini telah memiliki fasilitas kantor yang memadai, lengkap dengan jaringan mitra, koneksi komunitas lokal, serta infrastruktur yang mendukung operasional organisasi secara nasional.
Dengan model dual office ini, IPAMA ingin memastikan bahwa koordinasi, supervisi, dan fasilitasi wilayah bisa berjalan secara efisien dan merata. Semarang menjadi simpul gerakan di Jawa Tengah dan Timur, sementara Bogor menopang koordinasi wilayah barat Indonesia.
Training of Trainers (ToT): Menyemai Kader, Menyatukan Gerak
Salah satu langkah strategis dalam mengonsolidasikan IPAMA secara nasional adalah melalui pelaksanaan Training of Trainers (ToT). Kegiatan ini tidak hanya sekadar pelatihan, tetapi menjadi ruang ideologisasi, internalisasi visi, dan replikasi program secara sistematis. Para peserta ToT adalah pengurus aktif dan calon penggerak IPAMA dari berbagai wilayah di Indonesia.
1. Menyatukan Visi, Menguatkan Identitas Gerakan
ToT menjadi arena strategis untuk menyebarluaskan visi dan misi IPAMA secara seragam ke seluruh jajaran pengurus. Dalam forum ini, semangat dasar gerakan ditegaskan ulang: bahwa IPAMA bukan sekadar lembaga usaha, tetapi gerakan sosial-ekonomi berbasis nilai yang bertujuan mengangkat martabat umat. Dengan pemahaman yang utuh dan menyeluruh, seluruh pengurus akan bergerak dalam satu arah, dengan semangat juang yang sama.
2. Duplikasi Program Unggulan yang Terbukti di Lapangan
ToT juga berperan penting dalam proses duplikasi program inti IPAMA. Melalui pelatihan langsung dari pelaksana program yang telah sukses, para peserta tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mengalami langsung alur kerja dan teknis pelaksanaan. Model budidaya cacing, pertanian organik, hingga pengelolaan bursa komoditas diperkenalkan tidak hanya sebagai wacana, tetapi sebagai praktik nyata yang bisa diterapkan sesuai konteks lokal masing-masing.
Dengan demikian, ToT menjadi sarana transmisi keberhasilan—pengalaman lapangan yang terbukti berhasil ditransformasikan menjadi gerakan luas yang direplikasi di berbagai wilayah.
3. Menyusun Mekanisme Bagi Hasil yang Adil dan Transparan
Sebagai lembaga yang juga mengelola usaha sosial, IPAMA menetapkan prinsip penting dalam hal ekonomi: kejelasan dan keadilan dalam pembagian hasil. Melalui ToT, para pengurus dari pusat hingga wilayah menyusun bersama-sama mekanisme bagi hasil yang transparan, adil, dan berorientasi keberkahan.
Skema bagi hasil akan melibatkan tiga unsur: PPM Nasional sebagai lembaga induk, IPAMA Pusat sebagai koordinator, dan IPAMA Wilayah sebagai pelaksana di lapangan. Model ini menegaskan bahwa keberhasilan usaha bukan hanya untuk keuntungan sesaat, melainkan untuk memperkuat kelembagaan, mendukung kaderisasi, dan memperluas jangkauan manfaat ke masyarakat.
Meneguhkan Langkah, Menyambut Perubahan
Dengan infrastruktur digital, skema pembiayaan gotong royong, kantor operasional yang strategis, dan sistem kaderisasi nasional melalui ToT, IPAMA siap bergerak sebagai kekuatan baru dalam gerakan pemberdayaan di Indonesia. Ini bukan proyek jangka pendek. Ini adalah ikhtiar panjang membangun umat dan bangsa dari bawah—secara sistematis, partisipatif, dan penuh harapan.
Jika kita ingin melihat perubahan nyata, maka IPAMA adalah salah satu jalan yang perlu kita rawat bersama.
Guntoro Soewarno adalah Pemilik “Ali OrganicFarm (ALO FARM) Semarang, juga Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat dan Kerjasama Antar lembaga MW Kahmi Jawa tengah. Juga Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama) PPM Indonesia*