ppmindonesia.com.Jakarta – Tahun 2045 bukan sekadar angka. Ia adalah simbol harapan, titik sejarah, dan janji besar yang kita sebut Indonesia Emas. Tiga abad kemerdekaan akan ditandai dengan harapan: Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan berkelanjutan.
Namun, seperti halnya setiap mimpi besar, pertanyaannya selalu sama: siapa yang akan berbuat apa untuk mewujudkannya?
Dalam peta jalan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, negara telah menegaskan empat visi utama: bangsa yang bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat.
Ini adalah panggilan kolektif bagi seluruh elemen bangsa. Termasuk di dalamnya sebuah nama yang pernah bergema kuat dalam sejarah pembangunan berbasis rakyat: PPM – Pusat Peranserta Masyarakat.
PPM dan Warisan Partisipasi
Di tengah derasnya arus modernisasi, digitalisasi, dan teknokratisasi pembangunan, partisipasi rakyat sering kali menjadi kata yang indah di atas kertas, namun rapuh di tataran implementasi.
PPM sejak awal hadir bukan sekadar membawa konsep, tapi metodologi dan praksis nyata dalam mewujudkan pembangunan yang berangkat dari rakyat.
PPM mengajarkan bahwa desa bisa merancang masa depannya. Bahwa warga bisa menyusun rencana pembangunan mereka sendiri.
Bahwa masyarakat bukan objek, tapi subjek pembangunan. Dalam konteks ini, “peranserta” bukan sekadar nama, melainkan roh perjuangan.
Kini, saat negara kembali menekankan pembangunan inklusif, berkeadilan, dan partisipatif dalam visi Indonesia Emas, PPM menemukan kembali tempat strategisnya.
Indonesia 2045: Mimpi Kolektif, Tanggung Jawab Terbagi
Membangun Indonesia Emas bukan pekerjaan satu institusi. Ia adalah proyek kebangsaan. Dan setiap komponen bangsa harus tahu perannya—siapa berbuat apa.
Negara dan Pemerintah: Menyediakan kebijakan yang membuka ruang partisipasi warga, bukan menutupnya. Pemerintah harus melihat masyarakat bukan sebagai hambatan, melainkan mitra strategis. RPJPN bukan hanya menjadi dokumen negara, tapi harus menjadi milik rakyat.
Dunia Pendidikan dan Akademisi: Menanamkan nilai partisipasi sejak dini. Menjadikan pendidikan sebagai ruang pembentukan warga negara yang peduli, aktif, dan solutif.
Kaum Muda: Menjadi jembatan antara nilai-nilai lokal dengan tantangan global. Mereka adalah penggerak baru dalam mewujudkan pembangunan yang kreatif, adaptif, dan berkeadilan.
PPM dan Jaringannya: Kembali ke medan pengabdian. Membuka sekolah-sekolah partisipasi. Melatih fasilitator. Menghidupkan forum warga. Mendampingi desa. Menyusun rencana partisipatif yang berpihak pada rakyat. Inilah panggilan sejarah bagi PPM.
Bukan Sekadar Ada, Tapi Bermakna
Hari ini, jika kita bertanya kepada generasi muda: “Apakah kamu tahu Muhammadiyah?” Mungkin jawabnya, “tahu.” “NU?” Pasti kenal. Tapi jika kita bertanya, “PPM itu apa?” Maka sering kali jawabannya adalah: “itu apa ya?”
Pertanyaan ini bukan untuk mengeluh, tapi untuk menyadarkan. Bahwa keberadaan tanpa makna dan kontribusi hanya akan menjadi sejarah yang dilupakan.
Oleh karena itu, para penggerak PPM hari ini harus menjawab tantangan itu: menghidupkan kembali makna, peran, dan relevansi PPM di tengah masyarakat yang berubah.
Kita perlu menjadikan PPM sebagai:
- Pusat pelatihan kader pemberdayaan masyarakat yang siap terjun ke desa dan kota.
- Ruang konsolidasi gagasan dan gerakan masyarakat sipil.
- Mitra strategis pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan pembangunan partisipatif.
Menyambut Indonesia Emas dengan Peranserta
Mimpi Indonesia Emas tidak akan tercapai tanpa keadilan sosial. Dan keadilan sosial tidak mungkin tercapai tanpa keikutsertaan rakyat dalam membangun negaranya.
Di sinilah paradigma peranserta menjadi sangat penting. Ia bukan tambahan. Ia adalah fondasi.
PPM, dengan segala pengalamannya, bukan lagi sekadar organisasi. Ia adalah representasi cara pikir dan cara kerja pembangunan yang berakar, bergerak, dan membumi.
Inilah saatnya PPM berdiri kembali, menyusun barisan, dan mengambil peran strategis dalam pembangunan nasional.
Kita semua punya tugas: siapa berbuat apa. Dan untuk PPM, tugas itu jelas: menghidupkan kembali peranserta sebagai jalan utama menuju Indonesia yang adil dan berkelanjutan.(acank)