Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

“Apakah Abi Lahab Hanya Paman Nabi? Tafsir yang Layak Dipertanyakan”

9
×

“Apakah Abi Lahab Hanya Paman Nabi? Tafsir yang Layak Dipertanyakan”

Share this article

Penulis; emha | Editor: asyary

Surat Al-Lahab. Foto: iStock

ppmindonesia.com.Jakarta – Surah Al-Masad atau Surah ke-111 dalam Al-Qur’an adalah salah satu dari sedikit surat yang menyebutkan tokoh tertentu yang tampaknya hidup sezaman dengan Nabi Muhammad: Abi Lahab. Dalam tradisi Islam, Abi Lahab dipahami sebagai julukan dari ‘Abd al-‘Uzza bin ‘Abd al-Muththalib, paman Nabi sendiri. 

Namun pertanyaannya: benarkah Abi Lahab hanyalah referensi kepada individu historis itu semata? Atau mungkinkah ayat-ayat dalam Surah ini menyimpan pesan yang lebih luas, lebih universal, dan lebih relevan bagi siapa pun yang menolak kebenaran?

Mari kita menelaahnya.

Julukan atau Identitas Simbolik?

Allah berfirman:

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ ۝١مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ ۝٢سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ ۝٣وَّامْرَاَتُهٗۗ حَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ ۝٤فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍࣖ ۝٥

“Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan celaka.”

“Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”

“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”

“Dan istrinya, pembawa kayu bakar,”

“Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS Al-Masad: 1–5)

Kebanyakan tafsir klasik, seperti Tafsir al-Tabari, Ibn Kathir, dan al-Qurtubi, mengaitkan surat ini secara langsung dengan paman Nabi yang dikenal sangat keras menentang dakwah Islam, bahkan sejak awal di Mekah. 

Ia dikisahkan pernah secara terbuka mencela dan menghalangi Nabi, termasuk saat Nabi mengumpulkan kaum Quraisy di Bukit Shafa.

Namun, pertanyaan kritis muncul: mengapa Allah tidak menyebut nama aslinya (‘Abd al-‘Uzza), padahal dalam banyak ayat lain, Al-Qur’an menyebut nama-nama para penentang Nabi secara langsung seperti Fir‘aun, Haman, dan Qarun?

Abi Lahab: Bapak Api atau Simbol Neraka?

Makna dari “Abi Lahab” secara harfiah adalah “bapak nyala api”, sebuah gelar yang tampaknya lebih bersifat simbolik daripada identitas genealogis. Dalam penafsiran kontemporer, Muhammad Asad menyatakan bahwa:

 “The expression ‘Abu Lahab’ is obviously a nickname describing a fiery-tempered and arrogant personality – a type rather than merely a person.”

(The Message of the Qur’an, Muhammad Asad)

Artinya, Abi Lahab tidak harus dilihat semata sebagai satu individu, melainkan representasi dari karakter dan nasib orang-orang yang hidupnya dibakar oleh kesombongan, kebencian, dan penolakan terhadap kebenaran.

Bahkan dari sisi bahasa Arab, seseorang umumnya disebut “Abu” (ayah dari…) setelah memiliki anak. Klaim bahwa ‘Abd al-‘Uzza mendapat julukan itu sejak kecil karena pipinya yang kemerah-merahan tampak tidak sejalan dengan kaidah sosial bahasa Arab. 

Ini mengindikasikan bahwa julukan “Abi Lahab” lebih menunjukkan metafora atau simbolisme, bukan sekadar nama panggilan masa kecil.

Deskripsi yang Berlaku Universal

Jika kita telusuri lebih dalam, semua deskripsi dalam Surah Al-Masad memiliki padanan dalam ayat-ayat lain yang menggambarkan penghuni neraka secara umum. Misalnya:

Kehilangan harta dan usaha:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ وَقُوْدُ النَّارِۗ ۝١٠

 

“Sesungguhnya orang-orang kafir, harta benda dan anak-anak mereka tidak akan dapat menolong mereka sedikit pun dari (siksa) Allah Mereka itulah bahan bakar api neraka.” (QS Ali Imran: 10)

Azab api yang membakar:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارً… ۝٥٦

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka.” (QS An-Nisa: 56)

Pembawa kayu bakar dan tali di leher:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا …۝٦

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.”(QS At-Tahrim: 6)

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ ۝٨

“Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka yang terbelenggu diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS Yasin: 8)

Semua ini menunjukkan bahwa narasi Surah Al-Masad bersifat kolektif, tidak eksklusif ditujukan kepada satu individu.

Tafsir yang Perlu Diperiksa Ulang

Pandangan dominan yang menetapkan bahwa Abi Lahab adalah paman Nabi perlu diperiksa ulang secara metodologis. Tafsir Al-Qur’an tidak boleh berhenti pada cerita-cerita sirah atau hadis-hadis sekunder, melainkan harus digali berdasarkan konsistensi internal Al-Qur’an itu sendiri.

Dalam Al-Qur’an: Tafsir Tematik, Prof. Quraish Shihab pernah menyatakan:

“Al-Qur’an tidak menuturkan sesuatu sekadar untuk mengenang peristiwa masa lalu, melainkan untuk memberikan pelajaran bagi manusia sepanjang masa.”

Jika kita mengikuti prinsip ini, maka Surah Al-Masad bukan hanya tentang permusuhan seorang paman terhadap keponakannya. Ia adalah peringatan keras terhadap mentalitas siapa pun yang menjadikan kekuasaan dan kekayaan sebagai benteng penolakan terhadap kebenaran.

Siapa Abi Lahab Hari Ini?

Abi Lahab bisa muncul dalam bentuk siapa pun—yang merasa punya kuasa, harta, dan status sosial untuk meremehkan nilai-nilai keadilan, ketakwaan, dan kebenaran. 

Ia bisa hadir sebagai penguasa yang membungkam kebenaran, pengusaha yang menghalangi keadilan, atau pemuka agama yang memusuhi cahaya karena merasa terancam.

Dengan kata lain, Abi Lahab bukan sekadar tokoh sejarah. Ia adalah nasib setiap jiwa yang menolak cahaya Tuhan, lalu memikul kayu bakar kebencian di pundaknya sendiri.

وَمَا ظَلَمْنٰهُمْ وَلٰكِنْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ  ۝١٠١

 “Sesungguhnya Kami tidak menzalimi mereka, tetapi mereka sendirilah yang menzalimi diri mereka.” (QS Hud: 101)

Maka layaklah kita bertanya, bukan siapa Abi Lahab dalam sejarah, melainkan: apakah kita sedang menjadi Abi Lahab dalam kehidupan hari ini? (emha)

Example 120x600