Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Dari Jaring Ikan ke Jaring Kesejahteraan: Strategi Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal

87
×

Dari Jaring Ikan ke Jaring Kesejahteraan: Strategi Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Potensi Lokal

Share this article
Usup Supriatna, Ketua Koperasi Mina Agar Makmur dan Pengolahan produk rumput laut Koperasi Mina Agar Makmur di Karawang, Jawa Barat.(dob.Usup)

ppmindonesia.com.Jakarta -Di tengah gelombang tantangan zaman—era digital, konsumerisme, dan krisis nilai—gerakan pemberdayaan yang bersandar pada akar budaya dan nilai spiritual menemukan urgensinya kembali. Dalam konteks inilah, Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) mengambil langkah konkret melalui Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat bertajuk “Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang Berbasis Potensi Ekonomi Lokal”, yang akan digelar pada 5–6 Juli 2025 di Islamic Center Bekasi.

Sejak berdirinya pada tahun 1985, PPM telah dikenal sebagai pelopor dakwah bil hal—pendekatan yang menekankan pada aksi nyata dan transformatif dalam membumikan nilai-nilai Islam ke dalam realitas sosial. Dakwah tidak lagi dibatasi pada mimbar dan ceramah, tetapi menjelma dalam bentuk pemberdayaan, kemandirian, dan penguatan kapasitas umat. Dengan visi Qaryah Thayyibah—masyarakat sejahtera yang diridhai Allah—PPM berkomitmen membangun komunitas yang kuat secara spiritual, sosial, dan ekonomi.

Pelatihan ini menyasar 30 kader muda potensial dari berbagai daerah, yang akan dibekali pemahaman ideologis, keterampilan teknis, serta kemampuan menyusun rencana aksi. Tujuannya bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi membentuk generasi khalifah fil ardh yang siap menjadi penggerak perubahan di masyarakat akar rumput.

Dari Tauhid ke Tindakan

Salah satu aspek kunci dalam pelatihan ini adalah penanaman nilai-nilai tauhid dan kekhalifahan. Dua pilar ini menjadi landasan moral dalam kerja-kerja pemberdayaan. “Kami ingin kader-kader muda tidak hanya memahami Islam sebagai sistem nilai, tapi juga menjadikannya sebagai dasar gerak dan perubahan sosial,” ujar salah satu fasilitator pelatihan.

Materi pelatihan disusun secara terintegrasi. Peserta akan dikenalkan pada konsep Qaryah Thayyibah sebagai cita-cita peradaban Islam yang membumi. Selain itu, mereka akan menggali potensi ekonomi lokal seperti sektor perikanan, pertanian, dan peternakan, yang selama ini belum tergarap optimal. Di sinilah pentingnya pendekatan kontekstual—membaca potensi wilayah, memahami budaya setempat, dan merancang strategi pemberdayaan yang tepat guna.

Kisah Inspiratif dari Karawang

Salah satu sesi unggulan dalam pelatihan ini adalah pemaparan bertema “Dari Jaring Ikan ke Jaring Kesejahteraan: Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir melalui Penguatan Koperasi dan Kelompok Usaha” yang akan dibawakan oleh Usup Supriyatna, pegiat pemberdayaan masyarakat pesisir Karawang.

Usup bukan hanya seorang praktisi lapangan, tetapi juga kader PPM yang telah berhasil mengimplementasikan prinsip dan ideologi gerakan Pusat Peranserta Masyarakat dalam konteks masyarakat pesisir. Konsistensinya membangun ekonomi komunitas melalui budidaya rumput laut bersama masyarakat lokal menjadi bukti nyata bagaimana dakwah bil hal mampu mentransformasi kehidupan.

Tak berhenti di budidaya, ia juga mengembangkan berbagai produk turunan seperti pupuk organik dan mie rumput laut, yang dikelola bersama melalui Koperasi Mina Agar Makmur. Koperasi ini menjadi sarana pemberdayaan ekonomi sekaligus pusat pembelajaran dan konsolidasi sosial masyarakat nelayan.

“Koperasi bukan sekadar alat dagang, tapi instrumen perubahan. Di dalamnya ada nilai gotong royong, keadilan, dan kemandirian,” tegas Usup.

Partisipatif dan Berkelanjutan

Pelatihan ini tidak berhenti di ruang kelas. Metode in-class dan out-class digunakan untuk memastikan peserta tidak hanya memahami teori, tapi mampu merancang dan menjalankan rencana aksi. Dalam kelas, peserta akan mengikuti ceramah interaktif, diskusi panel, dan workshop penyusunan program pemberdayaan. Di luar kelas, mereka akan diberi tugas merancang implementasi program di wilayah masing-masing, dengan pendampingan dari fasilitator PPM.

Pelatihan ini juga menjadi ajang penguatan jaringan kader muda PPM lintas wilayah. Ke depan, mereka diharapkan menjadi simpul-simpul perubahan yang dapat menularkan semangat pemberdayaan ke komunitas yang lebih luas.

Dakwah Bil Hal: Jalan Panjang Menuju Kemandirian Umat

Di balik semua ini, PPM ingin menegaskan bahwa dakwah bil hal adalah wajah Islam yang solutif dan membumi. Bukan sekadar jargon, tetapi laku nyata dalam menjawab persoalan umat—kemiskinan, ketimpangan, ketergantungan, dan krisis ekologi.

“Pemberdayaan masyarakat bukan pekerjaan jangka pendek. Ia adalah bagian dari amanah kekhalifahan yang menuntut kesabaran, keikhlasan, dan strategi,” ungkap salah satu panitia pelatihan.

Dengan semangat tauhid, nilai keadilan sosial, dan pendekatan berbasis potensi lokal, PPM ingin terus menebar manfaat. Dari desa-desa pesisir hingga komunitas urban, dari jaring ikan ke jaring kesejahteraan—gerakan ini ingin memastikan Islam hadir sebagai solusi, bukan sekadar simbol. (acank)

 

Example 120x600