ppmindonesia.com.Bekasi– Sesi akhir dalam rangkaian Pelatihan Kader Dakwah Bil Hal yang diselenggarakan oleh Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) ditutup dengan presentasi rencana kerja lapangan oleh para peserta. Setelah diberikan waktu selama kurang lebih satu jam untuk menyusun rencana secara berkelompok, masing-masing kelompok menyampaikan rencana aksinya di hadapan Presidium Nasional dan Sekretariat Jenderal PPM.
Kelompok I: Kewirausahaan Sosial Berbasis Sekolah dan Pesantren
Kelompok pertama memaparkan rencana pengembangan usaha kedai es teh berbasis gerobak yang telah berjalan di beberapa lokasi, seperti area sekolah, masjid, dan ruko. Saat ini sudah beroperasi 4 unit, dan direncanakan penambahan 10 unit gerobak baru. Anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp10 juta per gerobak, mencakup peralatan, bahan baku, dan desain gerobak. Rencana ini akan dimulai pada 15 Juli 2025 dengan dukungan pendanaan dari PPM, sementara inisiatif awal berasal dari modal pribadi.
Selain itu, kelompok ini juga merancang pendirian BUMS (Badan Usaha Milik Sekolah) sebagai wahana pemberdayaan siswa dalam bidang kewirausahaan, khususnya melalui layanan katering murah yang dikelola oleh siswa. Dengan konsep “dari, oleh, dan untuk siswa,” program ini membentuk kemandirian pelajar dalam ekonomi kerakyatan.
Inisiatif ketiga adalah pengembangan boarding skill berbasis pesantren. Konsep ini bertujuan membekali santri tidak hanya dengan ilmu agama, tetapi juga keterampilan seperti menyablon, membuat sabun, pertanian urban, komputer, hingga pengolahan limbah menjadi produk. Program ini diharapkan memicu kreativitas dan menumbuhkan kesadaran ekologis sejak dini.
Kelompok II: Demplot Agroforestri Kencur Berbasis Komunitas
PPM Subang menyampaikan inisiatif pembuatan demplot agroforestri seluas 1 hektare dengan komoditas utama kencur berbasis sistem plasma. Konsep ini akan memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan menyediakan bibit, pelatihan, dan fasilitasi pemasaran hasil panen. Dengan populasi 100.000 rumpun kencur, setiap rumpun ditargetkan menghasilkan 0,5 kg dalam 1,5 tahun. Anggaran yang diajukan sebesar Rp97,6 juta. Tanaman kencur dikombinasikan dengan tanaman strata atas seperti alpukat dan nangka. Lokasi demplot terletak di Ciranggem, Subang, dengan status tanah milik pengurus.
Kelompok III: Penanaman Cabai untuk Stabilitas Harga Pasar
Dari Karawang, kelompok mempresentasikan program penanaman cabai seluas 1 hektare untuk menjawab kebutuhan pedagang di 22 pasar tradisional. Dengan 15.000 pohon cabai dan anggaran sekitar Rp75 juta, inisiatif ini dirancang untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan cabai bagi para pedagang pasar yang tergabung dalam asosiasi.
Kelompok IV: Koperasi Konsumen dan Usaha Laundry
Peserta dari Bekasi menyampaikan pengalaman sukses mendirikan usaha laundry yang dimulai dari bantuan Dinas Sosial. Usaha ini berkembang menjadi koperasi konsumen yang telah mendapatkan legalitas lengkap dan didukung Dinas Koperasi Kota Bekasi. Program berikutnya yang sedang dirancang adalah pendirian bank sampah, dengan sasaran warga sekitar dan fokus pada daur ulang serta produksi kompos. Anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp65 juta, dengan target pelaksanaan mulai Januari 2026.
Kelompok V: Pengembangan Usaha Frozen Food dan Resto UMKM
Peserta dari Depok mengusulkan pengembangan usaha frozen food dan restoran berbasis komunitas, dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga dalam produksi makanan beku yang awet dan minim limbah. Dengan latar belakang pengalaman di dunia kuliner dan F&B, program ini bertujuan memberdayakan masyarakat, meminimalisir food waste, serta menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan.
Tanggapan dan Arahan Penutup
Anwar Hariyono, Sekretaris Jenderal PPM, memberikan tanggapan sekaligus penegasan bahwa pelatihan ini tidak berhenti sampai di ruang kelas (in-class training), tetapi akan dilanjutkan dengan monitoring dan pendampingan intensif selama tiga bulan ke depan. Ia menekankan pentingnya kelayakan usaha, termasuk aspek teknis, finansial, dan pemasaran, dalam setiap rencana yang telah dibuat.
“Segala sesuatu yang tidak direncanakan akan sulit dijalankan. Namun rencana yang sudah ada ini adalah pijakan penting. Monitoring akan membantu melihat sejauh mana program bisa diwujudkan,” ujarnya.
Pupun Purnama, Ketua Dewan Pembina Badan Wakaf Ummatabn Wasathan dan Presiden PPM Nasional, menambahkan pentingnya mimpi yang realistis dan terukur. Ia menyemangati peserta untuk tetap memegang semangat perubahan yang membumi, tidak hanya sekadar konsep.
“Kalau mimpi saja tidak bisa kita punya, untuk apa kita ada? Tetapi mimpi itu harus terukur dan dapat diwujudkan,” ujarnya. Ia juga membagikan pengalaman mengembangkan pertanian di NTB, termasuk rumput laut di Teluk Ekas dan potensi pengembangan di Sembalun.
Sesi ditutup oleh Eko Suryono, Ketua Presidium Nasional PPM. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi semangat peserta yang tetap tinggi sejak hari pertama hingga akhir pelatihan. Ia menekankan bahwa dakwah bil hal bukanlah dakwah di atas mimbar semata, tetapi bagaimana ajaran agama diwujudkan dalam kehidupan sosial nyata yang bermanfaat bagi masyarakat dan alam.
“Apapun usaha yang kita lakukan, landasilah dengan niat yang baik, proses yang baik, dan jangan pernah melupakan bahwa semua ini ada dalam kuasa Allah SWT. Kebaikan akan kembali kepada kita. Sebagaimana kita menjaga lingkungan, maka lingkungan pun akan menjaga kita,” pungkasnya.
Dokumentasi ini menjadi catatan penting dari proses pelatihan dan akan menjadi dasar dalam memonitor perkembangan rencana aksi para kader dakwah bil hal PPM di daerah masing-masing. Semoga program-program ini benar-benar menjadi jalan dakwah nyata yang menebar kebermanfaatan bagi umat dan semesta.(emha)