Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Abi Lahab Bukan Nama, Tapi Nasib: Membaca Ulang Surah al-Masad

82
×

Abi Lahab Bukan Nama, Tapi Nasib: Membaca Ulang Surah al-Masad

Share this article

Penulis; emha | Editor: asyary

ppmindonesia.com.Jakarta – Surah Al-Masad atau Al-Lahab merupakan satu dari sedikit surat dalam Al-Qur’an yang secara eksplisit menyebutkan individu tertentu yang ditentang secara moral dan spiritual: Abi Lahab. 

Namun, apakah benar bahwa “Abi Lahab” yang disebut dalam Al-Qur’an adalah semata nama paman Nabi, yaitu ‘Abd al-‘Uzza bin ‘Abd al-Muththalib? Ataukah “Abi Lahab” merupakan simbol kolektif untuk siapa saja yang memilih jalan kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran?

Surah ini berbunyi:

تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ ۝١مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ ۝٢سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ ۝٣وَّامْرَاَتُهٗۗ حَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ ۝٤فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍࣖ ۝٥

“Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan celaka. Hartanya dan apa yang ia usahakan tidak akan berguna baginya. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan istrinya, pembawa kayu bakar. Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS Al-Masad: 1-5)

Antara Julukan dan Tafsir Tradisional

Secara tradisional, “Abi Lahab” dikenal sebagai julukan dari ‘Abd al-‘Uzza, paman Nabi Muhammad. Ia adalah salah satu tokoh Quraisy yang paling keras menentang risalah Islam. 

Namun, pengamatan terhadap teks Al-Qur’an menunjukkan bahwa Allah tidak menggunakan nama aslinya, padahal Al-Qur’an sering menyebut nama-nama lain seperti Musa, Isa, Fir‘aun, atau Maryam secara langsung.

Mengapa Allah menggunakan julukan “Abi Lahab” dan bukan nama pribadinya?

Menurut Muhammad Asad, seorang mufassir kontemporer, pemilihan kata “Abi Lahab” (bapak api) kemungkinan bukan hanya sebagai identifikasi personal, melainkan gambaran tentang nasib akhir seseorang yang penuh kebencian dan permusuhan terhadap kebenaran. 

Dalam The Message of the Qur’an, Asad menulis:

 “The epithet Abu Lahab (lit., ‘Father of Flame’) seems to have been given to him because of his fiery temper and pride — but in the Qur’anic context, it also foreshadows his destiny in the blazing fire.”

Dengan kata lain, Al-Qur’an menggunakan nama yang mencerminkan karakter dan nasib, bukan sekadar identitas personal.

Konsistensi Deskriptif dalam Ayat-Ayat Lain

Deskripsi dalam Surah Al-Masad sejatinya tidak unik. Kata-kata dan gambaran yang digunakan dalam surat ini—seperti “tidak berguna hartanya”, “masuk ke dalam api”, “tali di leher”, hingga “pembawa kayu bakar”—ditemukan pula dalam banyak ayat lain yang menggambarkan kondisi penghuni neraka secara umum:

Harta tidak berguna:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ … ۝١٠

 “Sesungguhnya orang-orang kafir, harta dan anak-anak mereka tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun dari (siksa) Allah.” (QS Ali Imran: 10)

Dibakar api neraka:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًاۗ… ۝٥٦

 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka.” (QS An-Nisa: 56)

Belenggu di leher:

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ ۝٨

 “Sesungguhnya kami pasang belenggu di leher mereka sampai dagu mereka, sehingga kepala mereka tertengadah.”(QS Yasin: 8)

Gambaran ini memberi kesan kuat bahwa “Abi Lahab” bukanlah hanya satu orang, melainkan simbol dari mereka yang mengandalkan kekuasaan, harta, dan kedudukan untuk menolak kebenaran.

Dari Sosok Menjadi Simbol

Sejarawan dan ahli tafsir Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity menegaskan pentingnya memahami ayat-ayat Al-Qur’an tidak sekadar sebagai dokumen sejarah, tetapi sebagai narasi normatif yang berlaku lintas zaman. Dalam kerangka ini, Abi Lahab dapat dipahami sebagai archetype—yakni gambaran abadi manusia yang menolak cahaya Tuhan demi mempertahankan status quo.

Hal ini dikuatkan pula oleh pendekatan tematik dalam tafsir kontemporer. Amin Ahsan Islahi, seorang mufassir dari Pakistan, menyatakan bahwa Surah Al-Masad bukan hanya kecaman terhadap satu individu, melainkan peringatan keras terhadap mentalitas yang menolak petunjuk dengan sombong.

Relevansi Masa Kini

Abi Lahab bukan sekadar kisah masa lalu. Ia hadir dalam wujud siapa pun yang menyalahgunakan kekayaan untuk menindas, memperalat agama untuk kepentingan duniawi, dan menjadikan kekuasaan sebagai tameng dari pertanggungjawaban moral. Ia bisa saja berpakaian rapi, duduk di kursi kekuasaan, atau bahkan berseru atas nama agama, namun sesungguhnya hatinya penuh bara.

Istrinya yang membawa kayu bakar bisa dipahami sebagai metafora bagi siapa saja yang menyalakan fitnah, membawa-bawa kebencian, dan menambah bahan bakar terhadap konflik dan kedustaan.

Surah yang Abadi

Surah Al-Masad adalah peringatan yang tidak lekang oleh waktu. Ia mengajarkan bahwa kedudukan keluarga, kekayaan, bahkan kedekatan kekerabatan dengan Nabi pun tidak menjamin keselamatan, jika seseorang tidak tunduk kepada kebenaran.

Abi Lahab bukan sekadar nama, tetapi nasib—nasib siapa pun yang memilih jalan kesombongan dan kedurhakaan. Dalam kata lain, Surah ini bukan tentang dia, tapi tentang kita semua: apakah kita memelihara cahaya, atau membakar diri dengan api yang kita kumpulkan sendiri?

وَمَا ظَلَمْنٰهُمْ وَلٰكِنْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ… ۝١٠١

 “Dan Kami tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS Hud: 101)- (emha)

 

Example 120x600