Scroll untuk baca artikel
BeritaNasional

Menganyam Harapan, Menegakkan Keadilan: Ziarah Pemikiran dan Perjuangan Mas Adi

105
×

Menganyam Harapan, Menegakkan Keadilan: Ziarah Pemikiran dan Perjuangan Mas Adi

Share this article
Dalam sebuah acara, Adi Sasono tampak berbincang dengan ramah dan santun, mencerminkan kepribadiannya yang supel, hangat, dan senantiasa melayani siapa pun tanpa memandang situasi atau posisi. (foto.doc.hc)

“Hidup ini untuk memberi, bukan untuk mengambil. Dan yang kita beri adalah harapan dan keadilan bagi sebanyak mungkin orang.”
(Ucapan yang sering dikatakan Mas Adi Sasono)

ppmindonesia.com.Magelang – Indonesia berutang banyak kepada para pejuang yang bekerja dalam diam, tekun, dan penuh cinta untuk rakyat kecil. Salah satu di antaranya adalah Mas Adi Sasono, sosok pergerakan yang sepanjang hidupnya menganyam harapan rakyat dan menegakkan keadilan sosial dengan langkah yang tegap, tetapi rendah hati. Kepergiannya meninggalkan duka, tetapi juga warisan inspirasi yang tak ternilai: bahwa keberpihakan kepada rakyat kecil bukan hanya idealisme, melainkan kewajiban moral.

Sejak awal kiprah, Mas Adi sudah memilih jalur yang menantang: pemberdayaan masyarakat akar rumput. Bersama para aktivis, ulama, dan cendekiawan, ia mendirikan jejaring Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) di Kaliurang pada 1984, lembaga yang menjadi salah satu pelopor gerakan LSM pembangunan di Indonesia. Lewat PPM, ia menegaskan bahwa pembangunan harus partisipatif, bukan top-down.

Tak lama kemudian lahir Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), yang melibatkan tokoh-tokoh seperti KH Yusuf Hasyim, KH Sahal Mahfudz, Gus Dur, Mas Dawam Rahardjo, dan Mas Adi sendiri. P3M membuktikan bahwa pesantren tidak hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga basis pemberdayaan sosial, ekonomi, perempuan, lingkungan, hingga kesehatan masyarakat. Di tangan mereka, pesantren menjadi pilar peradaban yang hidup.

Jaringan Global

Langkah Mas Adi tak berhenti di dalam negeri. Ia membangun jejaring internasional untuk memperkuat posisi masyarakat sipil Indonesia. Bersama Gus Dur, Dawam Rahardjo, Yap Thiam Hien, dan lainnya, Mas Adi aktif di INFID (International NGOs Forum on Indonesian Development), menyuarakan keadilan sosial di panggung dunia.

Ia terlibat pula dalam forum-forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menghadiri pertemuan di New York, Washington DC, Paris, Canberra, dan Bonn untuk memperjuangkan hak-hak rakyat terpinggirkan. Di sana, Mas Adi belajar, berjejaring, tetapi juga mengajarkan kepada dunia tentang Indonesia: tentang bagaimana akar rumput bisa menjadi kekuatan utama perubahan.

Melalui United Nations University (UNU) dan SEAFDA (South East Asia Forum for Alternative Development), Mas Adi bekerja sama dengan para pemikir besar dunia seperti Johan Galtung, Andre Gunder Frank, hingga Samir Amin, menjahit gagasan-gagasan ekonomi kerakyatan yang inklusif.

IIFTIHAR: Ilmu untuk Peradaban

Puncak jejaring internasional Mas Adi terwujud dalam pendirian IIFTIHAR (International Islamic Forum for Science, Technology, and Human Resources Development) pada 1996, yang diinisiasi oleh BJ Habibie dan ditandatangani di Jeddah. Forum ini mempertemukan cendekiawan Muslim dunia untuk mendorong penguasaan sains dan teknologi sebagai basis pembangunan umat. Di IIFTIHAR, Mas Adi menjadi penggerak yang tak kenal lelah, merancang agenda-agenda besar dengan semangat yang tak pernah padam.

Kerakyatan dan Keadilan

Tetapi yang paling menyentuh dari perjalanan Mas Adi adalah konsistensinya pada ekonomi kerakyatan. Ia menghidupkan Gerakan Wakaf Buku, menggelar jambore-jambore literasi di kota-kota kecil, meyakini bahwa knowledge society hanya bisa lahir jika rakyat punya akses pada ilmu pengetahuan.

Ia juga menyalakan kembali semangat koperasi, pembangunan alternatif, dan dakwah pembangunan. Baginya, rakyat kecil bukan objek pembangunan, melainkan subjek utama. Kehidupan yang bermartabat hanya mungkin jika pembangunan menyentuh akar rumput.

Ziarah Pemikiran

Hari ini, kita menziarahi pemikiran dan perjuangan Mas Adi bukan hanya dengan mengenangnya, tetapi dengan melanjutkan api yang sudah ia nyalakan. Di tengah gelombang globalisasi yang kadang menjauhkan kita dari rakyat, gagasan-gagasan Mas Adi tetap relevan: tentang keberpihakan, tentang kemandirian, tentang keberanian berbicara untuk yang lemah.

Selamat jalan, Mas Adi. Semangatmu tetap menyala di hati kami. Jejak langkahmu akan kami jaga, kami rawat, kami lanjutkan.

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه
Ya Allah, ampunilah beliau, rahmatilah beliau, sejahterakanlah beliau, dan maafkanlah segala khilafnya. Amin.(habib chirzin)

*Habib Chirzin ; intelektual Muslim, penulis yang konsisten menyuarakan kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan melalui artikel-artikelnya di berbagai media, sekaligus sesepuh   aktivis Pusat Peranserta Masyarakat (PPM)

Redaksi : tulisan ini merupakan ziarah pemikiran seorang sahabat yang lama mendampingi Mas Adi Sasono dalam berbagai pergerakan. Semoga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk rakyat kecil belum selesai.

Example 120x600