Scroll untuk baca artikel
BeritaPertanian

Turunkan HPP 70%, Naikkan Produktivitas 300%: Rahasia Sukses Bertani Organik

86
×

Turunkan HPP 70%, Naikkan Produktivitas 300%: Rahasia Sukses Bertani Organik

Share this article

Penulis ; acank | Editor ; asyary |

ppmindonesia.com.Jakarta – Di tengah keluhan petani tentang biaya produksi yang terus naik, harga pupuk yang mencekik, dan hasil panen yang tak sebanding, ada segelintir petani yang justru menemukan jalan keluar. Dengan cara yang sederhana, mereka berhasil menurunkan biaya produksi hingga 70 persen dan meningkatkan produktivitas hingga tiga kali lipat.

Rahasia mereka? Bertani organik.

Bagi sebagian orang, bertani organik masih dipandang sebagai cara lama yang tidak efisien, lambat, bahkan hanya cocok untuk mereka yang sekadar idealis. Tetapi fakta di lapangan membantah semua anggapan itu. Dengan pengetahuan yang tepat, bertani organik bukan hanya menyelamatkan bumi, tetapi juga menyelamatkan kantong petani.

Guntoro Soewarno, petani organik yang mengelola Ali Organic Farm (ALO FARM) di Semarang, telah membuktikan sendiri “matematika ajaib” ini. Setelah beralih dari pertanian konvensional ke organik, ia mencatat penurunan harga pokok produksi (HPP) hingga 70 persen.

Bagaimana caranya?

“Selama ini petani terlalu bergantung pada pupuk dan pestisida kimia,” katanya. “Padahal tanah punya caranya sendiri untuk pulih dan memberi, asal kita rawat dengan benar.”

Dalam pertanian konvensional, sebagian besar biaya habis untuk membeli pupuk, pestisida, dan benih hibrida. Di pertanian organik, biaya itu ditekan dengan memanfaatkan kompos, pupuk kandang, dan pestisida hayati yang bisa dibuat sendiri dari bahan-bahan di sekitar lahan.

Hasilnya bukan hanya biaya yang jauh lebih rendah, tetapi juga kualitas tanah yang membaik. Setelah beberapa musim, tanah yang dulu keras dan miskin hara menjadi gembur, kaya mikroorganisme, dan lebih produktif.

“Begitu tanahnya sehat lagi, produktivitas melonjak. Bukan cuma 100 persen, bisa sampai 300 persen,” jelas Guntoro.

Pengalaman Guntoro tidak berdiri sendiri. Di banyak tempat, petani yang beralih ke organik melaporkan hasil serupa. Tanaman lebih tahan penyakit, masa panen lebih panjang, dan hasil panen lebih banyak. Di sisi lain, lingkungan sekitar ikut pulih: air di sawah lebih bersih, serangga penyerbuk kembali, dan udara lebih segar.

Tentu saja, semua itu tidak terjadi dalam semalam. Di tahun-tahun awal, tanah butuh waktu untuk pulih dari residu kimia. Petani juga perlu belajar kembali tentang cara meramu pupuk organik, mengendalikan hama secara alami, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Tetapi begitu proses itu terlewati, hasilnya sangat menjanjikan.

Yang menarik, dengan biaya yang lebih rendah dan hasil yang lebih tinggi, petani organik punya keleluasaan untuk menentukan harga jual. Mereka bisa tetap menjual dengan harga terjangkau bagi masyarakat biasa, sambil tetap meraih margin yang sehat untuk dirinya sendiri.

Lebih dari itu, pertanian organik juga memberi keuntungan jangka panjang yang tidak bisa dihitung hanya dengan rupiah: tanah yang sehat untuk generasi berikutnya, lingkungan yang lebih lestari, dan pangan yang lebih aman untuk dikonsumsi.

Hari ini, ketika banyak petani terjebak dalam lingkaran utang karena biaya produksi yang tinggi dan hasil yang rendah, bertani organik menawarkan jalan keluar yang realistis, sehat, dan berkelanjutan.

Rahasia sukses bertani organik sesungguhnya sederhana: kembali percaya pada tanah, belajar sabar dengan proses alam, dan cermat dalam memanfaatkan sumber daya lokal.

Di tangan para petani organik, angka-angka itu bukan hanya teori: HPP turun 70 persen, produktivitas naik 300 persen — dan bumi pun ikut tersenyum.

 “Bertani organik itu bukan hanya untung bagi petani, tetapi juga bagi bumi. Dan rahasianya ada di cara kita merawat tanah.” (acank)

 

Example 120x600