ppmindoesia.com.Jakarta – Sejarah manusia tak hanya diwarnai oleh penemuan-penemuan besar, tetapi juga oleh perjuangan panjang untuk membebaskan pikiran dari belenggu dogma. Keyakinan yang dipaksakan, yang tidak boleh dipertanyakan, telah lama menjadi batu besar yang menghalangi jalan kemajuan.
Di balik kemegahan dogma, sering tersembunyi rasa takut untuk bertanya, rasa sungkan untuk meragukan, dan rasa aman semu dalam kepatuhan. Padahal, peradaban hanya maju ketika ada keberanian untuk berpikir sendiri.
Galileo dihukum karena menyatakan bumi mengitari matahari. Darwin dicemooh karena menunjukkan bahwa kehidupan berevolusi.
Di Nusantara, Tan Malaka pernah menulis dengan lantang: “Berani karena benar, berani menyelidiki, berani menguji.” Kata-kata itu bukan sekadar seruan politis, tetapi juga pesan moral untuk tidak membiarkan akal kita diperbudak oleh keyakinan yang kaku.
Merdeka berpikir bukan berarti bebas dari nilai, apalagi nihil moral. Merdeka berpikir berarti memberi ruang bagi akal untuk bertanya: “Apa buktinya? Bagaimana kita tahu ini benar? Apakah ada cara lain yang lebih baik?” Merdeka berpikir berarti berani mempertanyakan, namun juga rendah hati menerima bila jawaban kita salah.
Sains, dengan segala keterbatasannya, telah membuktikan bahwa kebenaran yang paling kita hormati pun bisa dan harus diuji. Rasionalitas, dengan segala kerumitannya, telah mengajarkan bahwa tidak ada penghinaan yang lebih besar pada martabat manusia selain mematikan rasa ingin tahunya.
Di tengah dunia yang kini sarat polarisasi, hoaks, dan “kebenaran alternatif”, merdeka berpikir menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Bukan hanya untuk kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk menjaga kemanusiaan kita sendiri.
Merdeka berpikir adalah jalan panjang yang tidak selalu mudah, kadang penuh risiko, kadang membuat kita sendirian. Tetapi seperti yang pernah dikatakan Tan Malaka pula: “Kemerdekaan hanyalah benar-benar ada jika di dalamnya ada keberanian berpikir.”
Maka, tugas kita adalah terus melangkah di jalan itu, dengan pelita pertanyaan dan sekop bukti di tangan, meruntuhkan dogma yang menindas, menyalakan akal yang merdeka.(acank)