Scroll untuk baca artikel
BeritaInternasional

Membaca Kembali Surat Al-Isra’: Hikmah Konflik Bani Israel

59
×

Membaca Kembali Surat Al-Isra’: Hikmah Konflik Bani Israel

Share this article

Penulis; acank| Editor; asyary

ppmindonesia.com.Jakarta – Konflik panjang antara Israel dan Palestina seakan tak kunjung menemukan ujung. Setiap kali dunia berharap damai, ledakan baru pecah. Setiap generasi menyaksikan luka yang sama diwariskan tanpa sembuh. 

Namun, jika kita kembali membuka Al-Qur’an, khususnya Surat Al-Isra’, kita menemukan bukan hanya nubuat, tetapi juga hikmah dari sejarah panjang Bani Israel yang relevan hingga hari ini.

Surat Al-Isra’, yang juga disebut sebagai Bani Israel, mengingatkan kita tentang perjalanan dan ujian yang dialami oleh kaum Yahudi. Mereka disebut sebagai umat yang diberi banyak keistimewaan: diangkat derajatnya di atas umat lain pada masanya, diberikan kitab, para nabi, dan kerajaan. Namun, mereka juga diingatkan berkali-kali bahwa keistimewaan itu bukanlah jaminan kekal jika mereka sombong, zalim, dan melampaui batas.

Dalam ayat 4–8, Allah berfirman bahwa Bani Israel akan dua kali membuat kerusakan besar di muka bumi. Dan setiap kali mereka berbuat kerusakan, Allah mengutus kaum yang lebih kuat untuk mengalahkan dan merendahkan mereka. 

Namun, jika mereka kembali ke jalan yang lurus, Allah pun akan mengasihi mereka kembali.

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ …۝٧

 “Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri; dan jika kamu berbuat jahat, maka itu juga untuk dirimu sendiri…” (QS. Al-Isra’: 7)

Ayat ini sederhana tetapi mendalam. Kehormatan dan kekuatan sebuah kaum tidak diwariskan secara otomatis hanya karena garis keturunan atau sejarah. Kehormatan itu lahir dari perbuatan mereka sendiri. 

Ketika mereka tunduk pada kebenaran dan keadilan, mereka akan dimuliakan. Namun, jika mereka zalim dan melampaui batas, mereka pun akan menuai akibatnya.

Melihat keadaan hari ini, Israel adalah negeri yang kuat secara ekonomi, teknologi, dan militer. Namun, di sisi lain, rakyat Palestina yang lemah justru menunjukkan kegigihan dan keberanian yang membuat dunia terhenyak. Seolah-olah kita sedang melihat dua ujung dari satu kisah panjang yang belum selesai.

Bani Israel pernah menjadi simbol peradaban yang adil, tetapi juga pernah menjadi contoh kaum yang dihancurkan karena kesombongan. Kisah itu kini berulang, tetapi dalam panggung yang lebih luas, dengan penderitaan rakyat Palestina sebagai saksi dunia.

Pesan besar dari Surat Al-Isra’ adalah peringatan bagi siapa saja yang mewarisi tanah yang suci, sejarah yang agung, atau gelar yang mulia: semua itu tak ada artinya jika tidak diiringi dengan keadilan dan kerendahan hati.

Konflik Israel–Palestina hari ini bukan hanya soal politik, batas wilayah, atau strategi militer. Ia adalah cermin bagi kita semua: apakah kita sedang menjadi kaum yang diberi nikmat lalu kufur, atau menjadi kaum yang teraniaya tetapi tetap sabar?

Dalam perspektif Al-Qur’an, kedua bangsa itu bersaudara jauh. Persaudaraan itu kini tenggelam oleh dendam, ambisi, dan kekerasan. Namun, surat Al-Isra’ memberi kita harapan: bahwa siapa pun yang kembali pada kebenaran dan memperbaiki dirinya akan mendapat jalan kembali kepada kemuliaan.

Dunia mungkin hanya melihat angka-angka korban, gencatan senjata, atau resolusi yang tak kunjung ditegakkan. Tetapi bagi orang beriman, ada pelajaran besar yang sedang diperlihatkan Allah: bahwa kekuatan sejati bukanlah pada senjata, tetapi pada keadilan.

Membaca kembali Surat Al-Isra’ adalah membaca diri sendiri. Karena kita semua, dalam skala yang berbeda, kadang menjadi Bani Israel: diberi nikmat tetapi lupa bersyukur, diberi amanah tetapi lalai, diberi kemenangan tetapi lupa menjaga hati.

Konflik ini tidak hanya menguji mereka yang terlibat di dalamnya, tetapi juga menguji kita: apakah kita cukup peduli untuk berpihak pada keadilan, atau hanya menjadi penonton yang puas dengan doa dan simpati kosong?

Hikmah itu ada di depan mata, tinggal kita yang memilih: belajar darinya atau mengulang kesalahan yang sama.(acank)

 

Example 120x600