“Apakah kamu mengira akan masuk surga begitu saja?”
ppmindonesia.com.Jakarta – Pertanyaan ini bukan datang dari seorang ulama, bukan pula dari guru besar ilmu agama. Ini adalah pertanyaan langsung dari Al-Qur’an, sebuah peringatan dan perenungan yang sangat dalam.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ ٢١٤
“Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (ujian) sebagaimana yang dialami orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”(QS. Al-Baqarah: 214)
Ayat ini seharusnya cukup untuk mengguncang romantisme spiritual kita. Betapa banyak di antara kita yang menganggap surga sebagai janji yang ringan, cukup ditebus dengan ritual atau amal-amal populer. Namun Al-Qur’an mengingatkan: surga adalah hasil dari ujian yang berat, yang bahkan membuat para Rasul pun nyaris sampai pada titik rapuh.
Nabi Musa: Dari Istana Menuju Kefakiran
Lihatlah Nabi Musa ‘alaihissalam. Ia tidak lahir dari kalangan rakyat biasa, melainkan dibesarkan di istana Fir’aun — pusat kekuasaan saat itu. Namun, perjalanannya menuju misi kenabian justru dimulai setelah ia membunuh seseorang secara tidak sengaja, melarikan diri ke Madyan dalam ketakutan dan kefakiran. Di tengah kesulitan itulah, ia memanjatkan doa penuh kerendahan:
… رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ ٢٤
“Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan apa pun yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashash: 24)
Kondisi Nabi Musa mencerminkan pesan penting: kadang justru di titik terendah hidup, Allah membuka jalan paling tinggi. Tapi itu semua datang melalui ujian, bukan kenyamanan.
Narasi Instan dan Ilusi Surga Ringan
Di zaman serbadigital ini, tak sedikit pesan-pesan agama dibungkus dalam bentuk motivasi cepat. Surga seolah bisa diperoleh hanya dengan mengklik zikir online, membaca shalawat sekian kali, atau memberi makan hewan di jalanan. Amal-amal tersebut memang baik dan berpahala, namun apakah cukup untuk menjamin surga?
Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mengingatkan:
“Jangan hanya ingin selamat di akhirat dengan amal ringan, sementara Rasulullah sendiri bersimbah darah dalam dakwahnya. Surga tidak mungkin murah, karena neraka pun tidak murah.”
Sementara itu, Prof. Quraish Shihab menegaskan dalam Tafsir Al-Mishbah, bahwa keimanan sejati selalu diuji. Menurut beliau, “Ujian bukan berarti Allah membenci kita. Justru sebaliknya, ujian adalah bentuk kasih sayang-Nya untuk mematangkan kualitas iman.”
Ujia: Filter untuk Surga
Ujian adalah sarana penyaring. Allah ingin mengetahui siapa yang sungguh-sungguh dan siapa yang hanya setengah hati. Dalam QS. Al-Ankabut (29):2-3 ditegaskan:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ ٢وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ ٣
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka belum diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka Allah pasti mengetahui siapa orang-orang yang benar, dan Dia pasti mengetahui siapa orang-orang yang dusta.”
Ayat ini menghapus ilusi bahwa iman tanpa pembuktian akan membawa keselamatan. Surga bukan hasil dari klaim, tapi dari keteguhan dalam menghadapi badai kehidupan.
Janji Pertolongan Allah Tak Pernah Ingkar
Meski berat, jalan menuju surga bukan jalan yang hampa. Allah selalu menyertakan janji pertolongan di balik setiap kesulitan:
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
اِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُوْمُ الْاَشْهَادُۙ ١
” Sesungguhnya Kami pasti menolong utusan-utusan Kami dan orang-orang yang beriman, baik dalam kehidupan dunia maupun pada hari para saksi berdiri.” (QS. Ghafir: 51)
Allah juga menegaskan dalam QS. Yunus (10):44:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا… ٤٤
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun.”
Artinya, tak ada air mata yang sia-sia, tak ada perjuangan yang tak dihitung oleh Allah. Setiap sakit, sabar, dan kesetiaan dalam menghadapi ujian adalah bekal yang justru akan mempercepat langkah menuju surga.
Mari Bersiap, Bukan Berandai
Surga adalah tempat terindah yang dijanjikan Allah. Tapi seperti semua hal indah lainnya, ia hanya diberikan kepada mereka yang lulus ujian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketahuilah bahwa surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, pertanyaan Al-Qur’an itu harus kita jawab dengan tindakan, bukan sekadar harapan:
“Apakah kamu mengira akan masuk surga?”
Jika iya, maka bersiaplah untuk diuji. (husni fahro)
*Husni Fahro; peminat kajian Nasionalis Religius dan solidarits sosial, alumni IAIN Sumatera Utara tinggal di Bogor.