Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Bukan Murka Tuhan, Tapi Balasan atas Perbuatan

34
×

Bukan Murka Tuhan, Tapi Balasan atas Perbuatan

Share this article

Penulis : syahida| Editor; asyary

ppmindonesia.com.Bogor – Setiap kali bencana alam terjadi—gempa yang memorakporandakan kota, banjir bandang yang menenggelamkan perumahan, atau kebakaran hutan yang tak terkendali—narasi yang paling cepat muncul adalah: “Ini murka Tuhan.”

Pernyataan itu tampak religius, menimbulkan rasa takut sekaligus ketundukan. Namun benarkah setiap bencana adalah bentuk kemarahan Tuhan? Atau justru itu adalah cermin dari tindakan kita sendiri yang selama ini tak kita akui sebagai penyebab?

Dalam kajian Qur’ani yang disampaikan oleh Husni Nasution di kanal Kajian Syahida, bencana tidak boleh serta merta diklaim sebagai kemurkaan Ilahi. Al-Qur’an justru menekankan bahwa setiap kerusakan dan penderitaan adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri.

Kerusakan yang Tampak adalah Akibat, Bukan Kemarahan Buta

Allah SWT menegaskan dalam Surah Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. Ar-Rum: 41)

Ayat ini bukan hanya ayat lingkungan. Ia adalah ayat moral dan spiritual. Tuhan tidak menyatakan bahwa kerusakan itu terjadi karena murka-Nya, melainkan karena ulah manusia yang melampaui batas. Kerusakan adalah akumulasi dari dosa sosial, ekologis, dan politik yang terus-menerus dilakukan tanpa perbaikan.

Maka ketika bencana datang, itu bukan ekspresi Tuhan yang sedang marah, tapi mekanisme alam yang memberi konsekuensi terhadap ketidakseimbangan yang manusia ciptakan sendiri.

Tuhan Tidak Pernah Zalim

Banyak orang bertanya, “Mengapa Allah tidak melindungi kita dari bencana?” Padahal dalam Al-Qur’an, Allah dengan tegas menyatakan bahwa Dia tidak pernah menzalimi manusia. Dalam Surah Yunus ayat 44, Allah berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ ۝٤٤

“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusialah yang menzalimi dirinya sendiri.” (QS. Yunus: 44)

Artinya, bencana yang terjadi bukanlah kezaliman dari Tuhan, melainkan buah dari kezaliman manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap bumi. Kita membangun di kawasan rawan tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Kita menebang hutan tanpa kendali, membuang limbah tanpa tanggung jawab, dan membiarkan ketidakadilan merajalela dalam sistem sosial.

Saat bencana muncul, ia bukan hukuman tiba-tiba, tetapi peringatan yang datang setelah manusia berkali-kali mengabaikan tanda-tanda.

Iman Tak Cukup Jika Tak Mencegah Kerusakan

Allah berjanji akan menyelamatkan orang-orang yang beriman. Dalam Surah Yunus ayat 103, ditegaskan:

ثُمَّ نُنَجِّيْ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كَذٰلِكَۚ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِيْنَࣖ ۝١٠٣

“Kemudian Kami selamatkan Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman. Demikianlah menjadi kewajiban Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”  (QS. Yunus: 103)

Namun, janji ini bukan berlaku untuk iman yang pasif, yang tidak membuahkan amal dan perubahan sosial. Dalam pandangan Husni Nasution, iman yang sejati adalah iman yang menjaga bumi, menolak kezaliman, dan menjadi agen keseimbangan. Jika keimanan tidak berfungsi demikian, maka jangan heran bila keselamatan pun tak datang.

Balasan yang Adil, Bukan Murka yang Buta

Bencana adalah bentuk balasan yang adil, bukan murka yang buta. Tuhan tidak menyakiti hamba-Nya tanpa sebab. Dalam Surah Asy-Syura ayat 30, Allah menegaskan:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ ۝٣٠

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”  (QS. Asy-Syura: 30)

Ayat ini memberi keseimbangan: bencana adalah akibat perbuatan manusia, namun Allah pun masih menahan banyak balasan yang seharusnya pantas diterima. Ini menunjukkan kasih sayang, bukan kemarahan.

 Saatnya Berhenti Menyalahkan Langit

Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan Tuhan atas apa yang kita lakukan sendiri. Bencana adalah cermin, bukan cambuk. Ia adalah peringatan bahwa sistem kehidupan kita perlu diperbaiki—mulai dari cara kita memperlakukan alam, mengelola kota, hingga menata ulang nilai keadilan sosial.

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا…۝٥٦

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya…”
(QS. Al-A’raf: 56)

Jika kita ingin keselamatan, maka mulailah dari perubahan. Karena bukan murka Tuhan yang membinasakan kita, tetapi kesalahan yang kita abaikan dan kezaliman yang kita diamkan.(syahida)

*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an. Ia dikenal dengan konsep ‘Nasionalisme Religius’ yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial. 
Example 120x600