Scroll untuk baca artikel
HikmahNasional

Furqan sebagai Amanah: Memisahkan yang Haq dan Bathil Tanpa Menghakimi

6
×

Furqan sebagai Amanah: Memisahkan yang Haq dan Bathil Tanpa Menghakimi

Share this article

ppmindonesia.com.Bogor – Dalam kajian Qur’an bil Qur’an yang disiarkan melalui kanal Syahida, Husni Nasution mengangkat satu tema penting yang kerap terlupakan: peran furqan sebagai amanah bagi orang bertakwa. Kajian ini menghadirkan perspektif Al-Qur’an yang tegas, namun disampaikan dengan nada peringatan yang penuh kasih.

Husni membuka kajian dengan mengutip janji Allah dalam QS al-Anfal [8]:29: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan (pembeda).

” Menurutnya, ayat ini menegaskan bahwa furqan adalah anugerah Allah bagi orang yang menjaga ketakwaan. “Furqan adalah cahaya yang membuat seorang hamba mampu melihat perbedaan tegas antara yang haq dan yang bathil, antara ajaran Allah dan buatan manusia,” jelasnya.

Ia menambahkan, peran furqan ditegaskan kembali dalam QS al-Furqan [25]:1 yang menyebutkan bahwa kitab ini diturunkan untuk menjadi furqan—pembeda yang memberi peringatan kepada seluruh alam.

 “Artinya, furqan bukan untuk membanggakan diri, apalagi untuk menghakimi orang lain. Ia adalah alat untuk mengingatkan, agar manusia tidak terperangkap dalam jalan yang salah,” papar Husni.

Namun, ketika furqan ditegakkan, kata Husni, sering kali muncul anggapan bahwa hal itu berarti menilai atau bahkan mencampuri ibadah orang lain. Padahal, sejatinya furqan hanyalah menjalankan fungsi yang telah Allah tetapkan: menampakkan kebenaran dan membongkar kebatilan.

 “Jika ada orang yang merasa keyakinan atau ibadahnya terkoreksi, itu bukan karena kita menghakimi, melainkan karena cahaya furqan menyingkapkan batas yang sesungguhnya,” ujar Husni.

Untuk menegaskan hal ini, ia merujuk pada QS al-An’am [6]:52 dan QS al-An’am [6]:69 yang mengingatkan agar orang beriman tidak terjebak pada sikap menghakimi personal. “Orang bertakwa diberi garis kendali oleh Allah: cukup mengingatkan, bukan mengadili. Sebab pengadilan akhir ada di tangan Allah, bukan manusia,” ungkapnya.

Kajian ini juga menyoroti fenomena penyesalan manusia di akhirat. Dalam QS Fussilat [41]:29, digambarkan bagaimana orang-orang meminta agar diperlihatkan siapa yang menyesatkan mereka, supaya dapat diinjak-injak. 

Dalam QS al-Mu’minun [23]:107-108, manusia berteriak minta dikeluarkan dari neraka, namun dijawab: “Diamlah di dalamnya, dan janganlah berbicara kepada-Ku.” Ayat-ayat ini, menurut Husni, menjadi peringatan bahwa hidup tanpa cahaya furqan hanya akan berakhir pada penyesalan abadi.

“Furqan bukan hanya hakikat ilmu, melainkan amanah. Ia diberikan kepada orang bertakwa agar bisa menuntun umat. Bukan untuk menilai, tapi untuk menyelamatkan,” tegas Husni menutup kajian.

Melalui uraian ini, kanal Syahida kembali meneguhkan perannya sebagai ruang dakwah Qur’an bil Qur’an: menyampaikan pesan Al-Qur’an secara langsung, dengan narasi yang mengingatkan bahwa kebenaran dan kebatilan tidak akan pernah bisa disatukan.(syahida)

Example 120x600