Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Syafa’at Hanya Milik Allah: Mengikis Mitos yang Mengakar di Tengah Umat

4
×

Syafa’at Hanya Milik Allah: Mengikis Mitos yang Mengakar di Tengah Umat

Share this article

Penulis: syahida| Editor: asyary|

ppmindonesia.com.Bogor — Keyakinan bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ akan memberi syafa’at di akhirat hanya kepada umatnya telah lama mengakar di tengah masyarakat Muslim. Namun, dalam kajian Qur’an bil Qur’an di kanal Syahida, narasumber Husni Nasution mengingatkan bahwa paham ini perlu dikaji ulang, karena bertentangan dengan pesan tegas Al-Qur’an.

“Syafa’at adalah hak Allah sepenuhnya. Tidak ada jaminan pembelaan dari siapa pun pada hari kiamat, kecuali yang diizinkan oleh-Nya. Keyakinan yang berlebihan pada perantara justru berisiko mengikis kemurnian tauhid,” ujar Husni.

Ia mengutip Qur’an 39:43-44:

اَمِ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ شُفَعَاۤءَۗ قُلْ اَوَلَوْ كَانُوْا لَا يَمْلِكُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَعْقِلُوْنَ ۝٤٣قُلْ لِّلّٰهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًاۗ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ۝٤٤

“Apakah mereka menjadikan selain Allah sebagai pemberi syafa’at? Katakanlah: Syafa’at itu semuanya milik Allah. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Menurut Husni, ayat ini sudah cukup jelas menutup peluang adanya pihak yang bisa memberi jaminan keselamatan tanpa izin langsung dari Allah. “Namun, sebagian umat masih berpegang pada cerita-cerita yang tidak bersumber dari wahyu, lalu menganggapnya bagian dari iman,” tambahnya.

Peringatan Hari Tanpa Pembelaan

Husni juga menyoroti Qur’an 2:123 yang memerintahkan kewaspadaan terhadap Hari Perhitungan:

وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ ۝١٢٣

“Peliharalah dirimu dari suatu hari yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun, dan tidak akan diterima tebusan darinya, dan tidak akan bermanfaat syafa’at baginya, dan mereka tidak akan ditolong.”

“Di hari itu, semua manusia berdiri sendiri di hadapan Allah. Tak ada keluarga, guru, atau bahkan nabi yang bisa memberi jaminan keselamatan tanpa izin Allah. Ini bukan mengurangi kemuliaan para rasul, tetapi menegaskan keadilan dan kemahakuasaan Allah,” jelasnya.

Rasulullah: Penyampai dan Teladan

Husni menegaskan, Rasulullah sendiri sangat memahami prinsip ini. Merujuk pada Qur’an 61:3, ia menyebut bahwa Nabi tidak mungkin menyampaikan sesuatu yang tidak beliau yakini atau amalkan.

“Beliau adalah penyampai wahyu yang setia, dan beliau tahu betul murka Allah terhadap orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukannya. Maka, mustahil Rasulullah mengajarkan umat untuk bergantung pada syafa’at selain dari Allah,” katanya.

Mengikis Mitos, Menguatkan Tauhid

Bagi Husni, mengikis mitos syafa’at bukan berarti mengurangi kecintaan kepada Rasulullah, tetapi justru memuliakan beliau sesuai ajaran yang dibawanya. “Cinta kepada beliau adalah meneladani risalahnya — risalah tauhid murni yang mengajarkan bahwa segala keputusan akhir ada di tangan Allah,” pungkasnya.

Dengan memahami pesan Al-Qur’an ini, umat diharapkan kembali memusatkan harapan dan doa hanya kepada Allah, serta meninggalkan keyakinan yang tidak memiliki pijakan wahyu.(syahida)

*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an. Ia dikenal dengan konsep ‘Nasionalisme Religius’ yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial.

Example 120x600