Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Baldatun Thayyibah Bukan Utopia: Jalan Qur’an Membangun Negeri Berkeadilan

31
×

Baldatun Thayyibah Bukan Utopia: Jalan Qur’an Membangun Negeri Berkeadilan

Share this article

Penulis: syahida | Editor; asyary

ppmindonesia.com.Bogor-  Dalam kajian Qur’an bil Qur’an di kanal Syahida, Husni Nasution kembali menyoroti gagasan besar yang kerap terucap dalam doa umat: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur — negeri yang baik, dengan Tuhan Yang Maha Pengampun. 

Husni menegaskan, konsep ini bukanlah utopia, melainkan jalan yang ditawarkan Al-Qur’an untuk membangun peradaban yang adil dan sejahtera.

“Baldatun thayyibah bukan sekadar jargon religius, tetapi visi politik Qur’ani yang harus diterjemahkan dalam kebijakan nyata. Sayangnya, bangsa kita lebih sibuk dengan administrasi kekuasaan, bukan dengan etika keadilan,” ujar Husni.

Konsep Qur’an tentang Negeri Ideal

Al-Qur’an menggambarkan negeri ideal dalam firman-Nya:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍۭ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكۡسِبُونَ﴾

(QS. Al-A’raf [7]: 96)

“Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi; tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Menurut Husni, ayat ini menegaskan dua syarat pokok sebuah negeri menuju baldatun thayyibah: iman dan takwa. Artinya, keadilan sosial, pemerintahan yang bersih, dan masyarakat yang saling menolong dalam kebaikan adalah fondasi, bukan aksesori.

Keadilan sebagai Pilar

Husni juga mengutip ayat kunci tentang amanah dan keadilan:

﴿إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُوا۟ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا﴾

(QS. An-Nisa [4]: 58)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dalam tafsir Husni, ayat ini menjadi “kompas moral” yang wajib dipegang pemimpin negeri. Negara gagal menjadi baldatun thayyibah bukan karena kekurangan sumber daya, melainkan karena pengkhianatan terhadap amanah dan absennya keadilan.

Jalan Qur’an untuk Negeri Berkeadilan

Konsep baldatun thayyibah menurut Husni bukanlah sesuatu yang instan, melainkan proses perbaikan berkelanjutan. Tiga prinsip utama yang ditawarkan Al-Qur’an antara lain:

  1. Amanah dan integritas → Pemimpin dipilih karena kapasitas dan moralitas, bukan sekadar loyalitas politik.
  2.  Keadilan distributif → Sumber daya alam dikelola untuk kesejahteraan bersama, bukan kelompok tertentu.
  3. Partisipasi masyarakat → Umat diberdayakan, bukan hanya dijadikan objek program pemerintah.

“Jika tiga hal ini ditegakkan, maka berkah langit dan bumi yang dijanjikan Allah bukanlah retorika, tapi realitas,” tegas Husni.

Baldatun Thayyibah, Agenda Abadi

Menutup kajiannya, Husni mengingatkan, bangsa Indonesia yang telah 80 tahun merdeka harus meninjau kembali arah pembangunan.

“Apakah kita sedang membangun baldatun thayyibah, atau sekadar menambal kekacauan politik dan ekonomi? Qur’an sudah memberi peta, tinggal kita mau atau tidak menjalaninya,” pungkasnya.(syahida)

*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an. Ia dikenal dengan konsep ‘Nasionalisme Religius’ yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial.

 

Example 120x600