ppmindonesia.com.Jakarta – Gelombang protes yang terjadi di Jakarta dan berbagai daerah dalam sepekan terakhir menyisakan pesan moral yang dalam.
Rencana DPR RI menambah fasilitas, termasuk tunjangan perumahan senilai Rp 50 juta per bulan, memicu kemarahan publik. Ribuan mahasiswa, buruh, dan masyarakat sipil turun ke jalan menuntut keadilan, merasa para wakil rakyat lebih sibuk mengurus kenyamanan pribadi ketimbang nasib rakyat yang mereka wakili.
Husni Nasution, dalam kajian Qur’an bil Qur’an di kanal Syahida, menilai fenomena ini merupakan bentuk nyata kelalaian terhadap amanah yang telah dipercayakan oleh rakyat.
“Wakil rakyat seharusnya memikul tanggung jawab besar untuk menjaga kesejahteraan bangsa. Ketika mereka justru sibuk memperjuangkan fasilitas, itu tanda bahwa amanah telah dikhianati,” ujarnya.
Amanah dalam Timbangan Qur’an
Husni mengingatkan pesan Allah dalam QS An-Nisa 4:58:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّوا۟ ٱلْأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”
Menurutnya, ayat ini jelas menegaskan bahwa jabatan adalah amanah yang harus dijalankan dengan adil. “Bukan jalan untuk mengurus fasilitas, apalagi hidup mewah di tengah penderitaan rakyat,” kata Husni.
Arogansi Elite dan Ancaman Kehancuran
Fenomena tuntutan fasilitas berlebih, menurut Husni, sejalan dengan peringatan Al-Qur’an dalam QS Al-Isra’ 17:16:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَـٰهَا تَدْمِيرًۭا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sepantasnya berlaku ketentuan (hukuman Kami), lalu Kami binasakan negeri itu sehancur-hancurnya.”
“Ketika elite lebih sibuk mengurus diri sendiri, berfoya-foya, dan lalai menunaikan amanah, maka kehancuran bangsa tinggal menunggu waktu,” tegas Husni.
Rakyat Menuntut Keadilan
Gelombang protes yang meluas, menurut Husni, merupakan cermin bahwa rakyat sudah jenuh dengan pola lama. “Rakyat tidak menolak kesejahteraan pejabat, tetapi menolak ketidakadilan.
Bagaimana mungkin DPR menuntut tambahan fasilitas, sementara rakyat berjuang menghadapi PHK, harga pangan naik, dan biaya pendidikan melambung tinggi?” katanya.
Jalan Keluar: Menundukkan Nafsu
Husni menutup kajiannya dengan mengingatkan firman Allah dalam QS Ar-Ra’d 13:11:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Menurutnya, perubahan sejati bangsa ini tidak akan lahir dari aturan semata, tetapi dari revolusi moral para pemimpin.
“Kalau wakil rakyat mau menundukkan nafsu dan menegakkan akhlak, insya Allah bangsa akan selamat. Jika tidak, protes rakyat hanyalah awal dari krisis yang lebih besar,” pungkasnya.(syahida)
*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an. Ia dikenal dengan konsep ‘Nasionalisme Religius’ yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial.