ppmindonesia.com. Jakarta — Kanal Syahida kembali menghadirkan kajian Qur’an bil Qur’an bersama Husni Nasution. Dalam edisi terbaru, ia mengupas makna mendalam dari istilah “yushalli” dalam QS Al-Ahzab [33]:43, yang menurutnya sering disalahpahami.
Allah berfirman:
هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَـٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًۭا
“Dialah yang memberi rahmat (yushalli) kepadamu, bersama para malaikat-Nya, agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS Al-Ahzab [33]:43)
Yushalli Sebagai Wahyu, Bukan Sekadar Doa
Husni Nasution menegaskan bahwa kata yushalli di sini tidak boleh dipahami semata-mata sebagai doa. Dalam konteks ayat, yushalli bermakna Allah menurunkan wahyu dan bimbingan-Nya agar manusia terbebas dari kegelapan menuju cahaya.
“Shalawat Allah kepada Nabi bukan doa, melainkan risalah. Wahyu itulah yang membuat Rasulullah mampu membimbing umatnya keluar dari kegelapan,” jelas Husni dalam kajiannya.
Ditegaskan dalam QS 14:1
Untuk memperkuat penjelasan, ia merujuk pada QS Ibrahim [14]:1 yang menegaskan fungsi Al-Qur’an:
كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
“Kitab yang Kami turunkan kepadamu, agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan mereka…”
Menurut Nasution, ayat ini sejalan dengan QS 33:43. “Yushalli Allah kepada Rasul adalah dengan menurunkan kitab sebagai pedoman. Dengan itulah Rasulullah membawa umat dari zulumat (kegelapan) ke nur (cahaya),” ujarnya.
Kepemimpinan Allah Membebaskan dari Kegelapan
Kajian juga menyinggung QS Al-Baqarah [2]:257 untuk menjelaskan bentuk kepemimpinan Allah terhadap orang beriman:
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ
“Allah adalah pemimpin bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya…”
Nasution menyebut, inti kepemimpinan Allah adalah pembebasan dari kezaliman dan kebodohan, lalu meningkatkan kecerdasan hidup umat beriman. “Inilah buah dari yushalli Allah: manusia tercerahkan oleh risalah,” katanya.
Konsekuensi Bagi Umat
Dengan pemahaman ini, Nasution menekankan bahwa umat Islam wajib menyambut risalah Rasulullah dengan penuh ketundukan, sebagaimana ditegaskan dalam QS Al-Ahzab [33]:56:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًۭا
“Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya dengan sepenuh ketundukan.”
“Kalimat sallimu taslima adalah perintah untuk menerima risalah Rasulullah sepenuh hati. Bukan sekadar ucapan, tapi sikap tunduk dan patuh pada Al-Qur’an yang dibawa beliau,” tegasnya.
Sebagai penutup Kajian Qur’an bil Qur’an ini Husni Nasution, menegaskan bahwa yushalli dalam QS 33:43 bukan sekadar bentuk doa, melainkan turunnya wahyu dan bimbingan Allah. Risalah itulah yang menjadi cahaya penuntun bagi umat. Karena itu, konsekuensi bagi orang beriman jelas: menerima risalah Rasulullah dengan sepenuh kepatuhan. (Syahida)
*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur'an. Ia dikenal dengan konsep 'Nasionalisme Religius' yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial. 
			
		 













 
							

 












