ppmindonesia.com.Jakarta – Cinta terhadap dunia adalah naluri yang melekat pada manusia. Al-Qur’an tidak menafikan kecenderungan itu, namun menempatkannya dalam bingkai hikmah: bahwa semua yang tampak indah hanyalah ujian, bukan tujuan akhir.
Salah satu ayat kunci yang menyingkap hal ini adalah QS Ali Imran ayat 14, yang menegaskan daya tarik duniawi dan sekaligus mengingatkan tentang kebahagiaan abadi di sisi Allah.
Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS Ali Imran [3]: 14)
Cinta Duniawi: Naluri, Bukan Dosa
Ayat ini tidak menyalahkan cinta manusia kepada perempuan, anak, maupun harta. Yang disoroti adalah bagaimana manusia sering terjebak menjadikan cinta dunia sebagai tujuan hidup. Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mengingatkan bahwa semua yang dicintai manusia hanyalah hiasan duniawi, dan siapa yang menjadikannya sebagai prioritas utama akan terjerumus pada kelalaian.
Nabi Muhammad SAW juga pernah mengingatkan dalam sebuah hadis riwayat Bukhari:
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dunia dibentangkan bagi kalian sebagaimana telah dibentangkan bagi orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akhirnya dunia membinasakan kalian sebagaimana ia membinasakan mereka.” (HR Bukhari, Muslim)
Hadis ini selaras dengan QS 3:14, menegaskan bahwa kecintaan pada dunia hanya berfungsi sebagai sarana, bukan tujuan.
Wanita dan Anak: Simbol Kasih, Bukan Sekadar Perhiasan
Dalam ayat tersebut, “wanita” dan “anak” ditempatkan di urutan pertama, bukan untuk merendahkan keduanya sebagai sekadar objek perhiasan, tetapi untuk menunjukkan bahwa keduanya merupakan pusat kasih sayang manusia. Perempuan adalah mitra dalam kehidupan dan anak adalah amanah yang menumbuhkan cinta dan tanggung jawab.
Al-Qur’an dalam ayat lain mengingatkan:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang kekal adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi [18]: 46)
Ayat ini menegaskan bahwa kecintaan pada keluarga dan harta hanyalah bagian dari ujian hidup, sementara amal saleh menjadi bekal abadi.
Hikmah: Mengarahkan Cinta Dunia pada Jalan Ilahi
Menurut cendekiawan Mesir, Sayyid Qutb, dalam Fi Zhilalil Qur’an, keindahan dunia bukan untuk dimatikan atau diingkari, melainkan diarahkan agar tidak melalaikan manusia dari tujuan yang lebih tinggi, yaitu kedekatan dengan Allah.
Dengan demikian, QS 3:14 bukanlah ayat yang merendahkan perempuan atau mengutuk harta, tetapi menegaskan fungsi dunia sebagai ladang amal. Wanita, anak, dan harta adalah bagian dari rahmat Allah yang harus dikelola dengan amanah.
Pesan Al Quran
Al-Qur’an menyingkap kenyataan: manusia mencintai dunia, tetapi dunia hanyalah fana. Sejatinya, keindahan dunia adalah jalan menuju pengabdian, bukan jebakan yang menyesatkan. Cinta duniawi boleh tumbuh, selama tetap berada dalam kerangka cinta ilahi.
 













 
							

 












