Scroll untuk baca artikel
BeritaPuisi dan Sastra

Ular dan Gergaji: Saat Luka Hadir Karena Amarah

76
×

Ular dan Gergaji: Saat Luka Hadir Karena Amarah

Share this article

Penulis ; acank | Editor ; asyary |

Ular dan Gergaji: Saat Luka Hadir Karena Amarah

                                                                    “Kadang, kekuatan terbesar bukanlah pada genggaman amarah, melainkan pada keberanian untuk melepaskan.”                                                 ppmindonsia

Seekor ular melata di sebuah kebun. Dalam perjalanan yang sunyi, tubuhnya tak sengaja menyenggol sebilah gergaji yang tergeletak. Besi bergerigi itu melukai kulit sang ular. Terasa perih, ular pun marah.

Dalam kemarahannya, ia menggigit gergaji. Tapi bukan gergaji yang terluka, melainkan mulut ular itu sendiri. Amarah yang tak terbendung membuatnya semakin yakin bahwa ia sedang diserang. Ular itu lalu melilit gergaji sekuat tenaga, dengan seluruh tubuh dan kekuatannya. Ia ingin melawan, membalas, dan menghancurkan musuh yang disangkanya nyata.

Namun, apa yang terjadi? Tubuhnya sendiri yang terluka. Darahnya sendiri yang habis. Hingga akhirnya, ular itu mati oleh amarahnya sendiri.

Kisah sederhana ini menyimpan pesan yang begitu dalam. Betapa sering kita berlaku seperti ular itu. Kita merasa diserang oleh kata-kata kasar, sikap buruk, atau perlakuan orang lain yang menusuk hati. Lalu, tanpa sadar, kita melawan dengan energi yang sama: marah, dendam, dan sakit hati. Padahal, semakin kita menggenggam amarah, semakin diri kita sendiri yang berdarah.

Mungkin, yang kita butuhkan bukanlah perlawanan, melainkan kebijaksanaan untuk mengabaikan. Tidak semua perilaku buruk orang lain pantas dibalas. Tidak setiap kata kasar harus ditanggapi. Sebagian lebih baik dibiarkan lewat seperti angin, agar tidak menambah luka dalam diri.

Seperti gergaji yang dingin tak bernyawa, kata-kata kasar sering tak lebih dari pantulan hati yang keruh. Bila kita memeluknya dengan amarah, maka yang terluka hanyalah kita.

Pesannya jelas: pilihlah dengan bijak siapa yang layak dilawan, dan siapa yang cukup diabaikan. Sebab sering kali, kemenangan sejati bukanlah ketika kita berhasil membalas, melainkan ketika kita mampu menjaga diri dari luka yang tidak perlu.

 

Example 120x600