ppmindonesia. com. Jakarta, Kompas — Kajian Qur’an bil Qur’an di kanal Syahida bersama narasumber Husni Nasution menekankan pentingnya proses spiritual yang diajarkan Al-Qur’an.
Menurutnya, salah satu jalan menuju derajat mulia adalah lewat tahajud, ibadah malam yang menjadi pintu kedudukan terpuji.
Husni merujuk QS Al-Isra [17]:79-80 sebagai dasar:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةًۭ لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًۭا مَّحْمُودًۭا • وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍۢ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍۢ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَـٰنًۭا نَّصِيرًۭا
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu membangkitkanmu kepada kedudukan yang terpuji. Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar, dan keluarkanlah aku secara keluar yang benar, serta berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.’”
Jalan Mendaki Spiritual
Menurut Husni, tahajud bukan sekadar ibadah malam, melainkan jalan pendakian spiritual. “Tahajud adalah latihan ruhani untuk membangun daya tahan moral dan keteguhan hati. Dari situ, lahir pribadi dengan wibawa moral dan akhlak mulia,” ujarnya.
Ia menambahkan, proses menuju maqaman mahmuda (kedudukan terpuji) adalah bentuk peningkatan kualitas hidup yang tidak bisa dicapai hanya dengan kekayaan atau kekuasaan. “Al-Qur’an menyebutkan bahwa rahmat Allah lebih baik daripada apa saja yang manusia kumpulkan,” katanya, merujuk QS Yunus [10]:58:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ ۖ هُوَ خَيْرٌۭ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Membebaskan Jiwa dari Kecenderungan Jahat
Dalam kajian itu, Husni juga menyinggung QS Yusuf [12]:53, bahwa setiap jiwa manusia memiliki dorongan jahat kecuali bila diberi rahmat Allah.
إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Sesungguhnya jiwa itu benar-benar menyuruh kepada kejahatan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sungguh, Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
“Rahmat Allah yang turun kepada orang yang beribadah, termasuk lewat tahajud, membuat nafsu jahat terkendali. Dari situlah lahir pribadi bersih yang siap menerima amanah besar,” ujarnya.
Relevansi bagi Bangsa
Menurut Husni, proses spiritual yang ditawarkan Al-Qur’an relevan untuk kehidupan berbangsa. “Kalau umat ini belajar menahan diri, membenci kejahatan, dan mencintai iman sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Hujurat [49]:7, maka banyak masalah hukum dan sosial bisa ditekan tanpa biaya besar,” katanya.
وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
“Akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikannya indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan lurus.”
Dari Tahajud
“Dari tahajud, seorang hamba diproses menuju kedudukan terpuji. Dari kedudukan terpuji, lahir masyarakat yang cinta iman dan benci kejahatan. Inilah investasi spiritual yang akan melahirkan keberkahan bagi negeri,” pungkas Husni.(syahida)
*Husni Nasution, seorang pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur’an asal Bogor. Alumni IAIN Sumatera Utara ini dikenal dengan gagasannya tentang Nasionalisme Religius dan kepeduliannya pada isu-isu solidaritas sosial.
			
		 













 
							

 












