Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Menolong Allah agar Ditolong Allah: Dialektika Amal dan Pertolongan Ilahi dalam Al-Qur’an

91
×

Menolong Allah agar Ditolong Allah: Dialektika Amal dan Pertolongan Ilahi dalam Al-Qur’an

Share this article

Penulis; syahida| Editor; asyary|

ppmindonesia.com.Jakarta – Dalam kajian rutin Qur’an bil Qur’an di kanal Syahida, Husni Nasution mengangkat satu tema yang menggelitik sekaligus meneguhkan keimanan: bagaimana manusia bisa menjemput pertolongan Allah. Tema ini diangkat dari sejumlah ayat yang berbicara tentang nashrullah—pertolongan Allah—dan syarat-syarat logis untuk meraihnya.

Menurut Husni Nasution, Al-Qur’an menjelaskan bahwa pertolongan Allah tidak datang secara tiba-tiba atau tanpa sebab. Ada dialektika amal dan keimanan yang mengantarkan seseorang pada hadirnya pertolongan ilahi itu.

Menolong Allah agar Ditolong Allah

Landasan utama dari gagasan ini terdapat dalam firman Allah:

إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS. Muhammad [47]: 7)

Ayat ini, jelas Husni, menegaskan adanya hubungan timbal balik antara gerak manusia dan datangnya pertolongan Allah. Allah tidak membutuhkan pertolongan manusia dalam makna literal, tetapi Allah menguji siapa di antara manusia yang mau berpihak pada nilai-nilai-Nya—pada keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.

“Menolong Allah berarti menegakkan nilai-nilai Ilahiah di bumi. Dan barang siapa menegakkannya, dia tidak akan dibiarkan sendirian. Pertolongan Allah pasti datang,” ujar Husni dalam kajiannya.

Janji Pertolongan yang Tegas

Janji itu juga ditegaskan kembali dalam surah Al-Hajj:

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.”
(QS. Al-Hajj [22]: 40)

Menurut Husni Nasution, dua ayat ini saling menjelaskan. Pertolongan Allah (nashrullah) tidak diberikan secara pasif. Ia merupakan respon terhadap nasrul insan—gerak manusia yang berpihak pada Allah. Maka hubungan keduanya bersifat dialektis: menolong Allah adalah syarat datangnya pertolongan Allah.

Pertolongan Itu Dekat

Namun, di sisi lain, Al-Qur’an juga mengakui bahwa manusia kadang merasa lama menunggu datangnya pertolongan itu. Bahkan para Rasul pun pernah bertanya,

مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 214)

Husni menafsirkan ayat ini sebagai pengingat bahwa pertolongan Allah bukanlah hasil dari waktu, tetapi dari kesiapan. “Pertolongan itu tidak jauh. Ia dekat bagi siapa yang menempuh jalan kedekatan kepada Allah,” jelasnya.

Tiada Pertolongan Kecuali dari Allah

Al-Qur’an juga menegaskan sumber tunggal dari segala bentuk kemenangan dan peneguhan hati:

وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ
“Dan tidak ada kemenangan (pertolongan) kecuali dari sisi Allah.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 126)

Karena itu, ujar Husni, kemenangan sejati bukan hanya hasil strategi atau kekuatan manusia, tetapi buah dari kesetiaan pada nilai yang benar. Pertolongan Allah tidak bisa diminta tanpa keterlibatan manusia dalam membela yang hak.

Gerak Menuju Dinillah

Lebih jauh, dalam surah An-Naṣr, Al-Qur’an memperlihatkan bagaimana pertolongan Allah menjadi momentum besar bagi manusia untuk memasuki jalan agama Allah:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ . وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia masuk agama Allah berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.”
(QS. An-Naṣr [110]: 1–3)

Dari sini Husni menegaskan bahwa datangnya pertolongan Allah bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari gerak baru: gerak tasbih, gerak syukur, gerak berpihak kepada Allah.

“Fasabbih bi hamdi rabbika bukan hanya kalimat dzikir, tetapi seruan untuk terus bergerak dalam orbit Ilahi. Ketika manusia berpihak pada Allah, maka Allah berpihak padanya,” tutup Husni Nasution.

Pertolongan itu Dekat

Kajian ini menegaskan bahwa pertolongan Allah bukan hadiah pasif, tetapi hasil dialektika antara amal, iman, dan keberpihakan. Al-Qur’an memandu manusia untuk menolong Allah—dalam arti menegakkan kebenaran dan keadilan—agar layak ditolong oleh-Nya.

Pertolongan Allah itu dekat, tetapi hanya bagi mereka yang bergerak mendekat kepada-Nya. (syahida)

*Husni Nasution, alumnus IAIN Sumatera Utara dari Bogor, dikenal sebagai pemikir kebangsaan dan pengkaji Al-Qur'an. Ia dikenal dengan konsep 'Nasionalisme Religius' yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, serta perhatian besar terhadap solidaritas sosial. 
Example 120x600