ppmindonesia.com,Jakarta – Dalam sejarah kemanusiaan, manusia selalu mendambakan pertolongan Allah (nashrullah) di tengah kesulitan. Namun, Al-Qur’an menegaskan bahwa pertolongan itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan berkaitan erat dengan gerak dan usaha manusia itu sendiri.
Kajian ini menelusuri bagaimana konsep nashrullah dipahami melalui pendekatan Qur’an bil Qur’an, yakni menjelaskan satu ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat lain yang memiliki makna dan konteks serupa.
Makna Dasar Nashrullah dalam Al-Qur’an
Kata nashr (نَصْر) berarti pertolongan, dukungan, atau kemenangan yang datang dari Allah. Dalam QS. An-Nashr [110]: 1–3, Allah berfirman:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (QS. An-Nashr [110]: 1)
Ayat ini menggambarkan pertolongan Allah sebagai puncak perjalanan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ, setelah proses panjang dakwah, kesabaran, dan pengorbanan. Dengan demikian, nashrullah adalah buah dari kerja keras, bukan sekadar pemberian tanpa ikhtiar.
Pertolongan Allah dan Gerak Amal Manusia
Konsep ini ditegaskan dalam ayat lain:
إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad [47]: 7)
Ayat ini menegaskan adanya dialektika dua arah: manusia menolong Allah — yakni menegakkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kasih sayang — lalu Allah menurunkan pertolongan-Nya.
Husni Nasution menjelaskan, dalam konteks Qur’an bil Qur’an, ayat ini sejajar dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran [3]: 200:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah, kuatkan kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di jalan Allah), serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Pertolongan Allah tidak turun pada kaum yang pasif, tetapi kepada mereka yang merapatkan saf, menegakkan disiplin, dan berjuang dengan kesabaran dan kesadaran spiritual.
Nashrullah sebagai Energi Perubahan Sosial
Husni Nasution menafsirkan bahwa nashrullah bukan semata intervensi ilahi dalam pertempuran fisik, melainkan energi spiritual dan moral yang menggerakkan masyarakat menuju perubahan.
Dalam QS. Ar-Ra’d [13]: 11, Allah menegaskan:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Artinya, nashrullah akan datang ketika manusia menegakkan nilai-nilai keadilan, menyingkirkan kezaliman, dan memperbaiki niat serta amalnya.
Pertolongan Allah bekerja melalui perubahan batin manusia — bukan menggantikan tanggung jawab mereka.
Dialektika Keterlibatan dan Ketundukan
Kajian ini juga menunjukkan keseimbangan antara ikhtiar manusia dan ketundukan kepada kehendak Allah.
Dalam QS. Ash-Shaff [61]: 13, Allah berfirman:
وَأُخْرَىٰ تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan (Allah menjanjikan) karunia lain yang kamu cintai: pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat; dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”
Ayat ini memberi pesan bahwa kemenangan lahir bukan dari keangkuhan manusia, tetapi dari keyakinan dan kerendahan hati dalam perjuangan.
Pertolongan Allah turun kepada orang-orang yang beriman, bersatu, dan berjuang bukan demi ambisi pribadi, melainkan demi tegaknya nilai-nilai kebenaran.
Pertolongan Allah Bergerak Bersama Amal
Tafsir Qur’an bil Qur’an atas nashrullah menunjukkan bahwa pertolongan Allah bukan sesuatu yang datang di luar sistem moral dan spiritual manusia.
Ia adalah hasil dari keterpaduan antara iman yang tulus, amal yang nyata, dan perjuangan kolektif di jalan kebenaran.
Sebagaimana firman Allah menegaskan dalam QS. As-Shaff [61]: 4:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.”
Dengan demikian, nashrullah bukan hanya pertolongan dari langit, tetapi juga manifestasi dari solidaritas, kesungguhan, dan keteguhan moral umat manusia di bumi.
Pertolongan Allah
Kajian Qur’an bil Qur’an oleh Husni Nasution ini menegaskan bahwa pertolongan Allah selalu hadir dalam dinamika kehidupan, bukan sebagai hadiah instan, tetapi sebagai jawaban atas perjuangan, kesabaran, dan keikhlasan manusia.
Ketika umat bergerak dengan kesadaran iman, nashrullah bukan hanya janji, tetapi kenyataan yang akan menegakkan kembali harapan dan kemenangan kemanusiaan.(syahida)



























