ppmindonesia.com.Jakarta — Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) Indonesia dan PPM Madani Malaysia menjalin kerja sama lintas negara untuk membangun ekonomi rakyat di kawasan perbatasan Kalimantan Barat–Sarawak.
Kerja sama ini menitikberatkan pada penguatan sektor pertanian dan industri kelapa berbasis petani, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memperkuat hubungan sosial-ekonomi antarwarga di dua negara serumpun tersebut.
Sekretaris Jenderal PPM Nasional, Anwar Hariyono, mengatakan kolaborasi ini lahir dari semangat pemberdayaan rakyat di kawasan perbatasan agar tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga subjek utama dalam mengelola potensi lokal.
“Kita ingin membangun jembatan ekonomi dan kemanusiaan antara Indonesia dan Malaysia melalui kerja sama masyarakat. Petani di perbatasan harus menjadi bagian dari rantai nilai global, bukan hanya penonton,” ujar Anwar dalam keterangan ppmindonesia., Jumat (10/10/2025).
Dari Kelapa untuk Kemandirian Rakyat
Salah satu fokus kerja sama ini adalah pengembangan industri kelapa terpadu berbasis petani, sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang akan melarang ekspor kelapa utuh.
Kebijakan tersebut membuka peluang besar bagi daerah-daerah penghasil kelapa untuk mengembangkan industri pengolahan, seperti Virgin Coconut Oil (VCO), santan kelapa, dan serabut kelapa.
Menurut Anwar, potensi tersebut akan dikembangkan bersama dengan PPM Madani Malaysia, terutama di wilayah Kuching dan sekitarnya.
Langkah ini diharapkan mampu memperkuat jaringan ekonomi lintas batas serta membuka peluang ekspor produk olahan kelapa ke pasar Asia Tenggara.
“Selama ini, petani di perbatasan menjual kelapa dalam bentuk mentah dengan harga rendah. Melalui kemitraan ini, kita dorong mereka untuk mengolah dan menjual produk bernilai tinggi. Rakyat menjadi pemain utama, bukan sekadar pemasok,” tegas Anwar.
Kolaborasi Lintas Negara
PPM Indonesia dan PPM Madani Malaysia mulai menjalin komunikasi intensif sejak tahun 2023 melalui kunjungan kerja dan pembentukan struktur PPM di wilayah Kalimantan Barat dan Malaysia.
Dalam kunjungan tersebut, kedua pihak menegaskan komitmen untuk membangun ekosistem ekonomi rakyat yang saling terhubung, meliputi pelatihan, transfer teknologi, serta penguatan kelembagaan petani dan koperasi.
Presidium PPM Madani Malaysia, Tuan Zulkafi Daud , menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai, kerja sama lintas masyarakat di perbatasan menjadi contoh nyata diplomasi rakyat (people-to-people diplomacy) yang berdampak langsung bagi kehidupan warga.
“Kami melihat semangat yang sama. Petani di Malaysia dan Indonesia menghadapi tantangan serupa—harga bahan mentah rendah, akses pasar terbatas, dan ketergantungan pada tengkulak. Kini saatnya kita perkuat solidaritas ekonomi antarpetani,” ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Menggerakkan Ekonomi Perbatasan
Kawasan perbatasan Kalimantan Barat–Sarawak selama ini dikenal memiliki potensi besar di sektor pertanian, perkebunan, dan hasil hutan rakyat. Namun, banyak potensi tersebut belum tergarap secara optimal karena minimnya infrastruktur dan dukungan industri pengolahan.
Melalui kolaborasi ini, PPM berencana membangun pusat pelatihan dan produksi VCO di wilayah Sambas dan Bengkayang, serta mendorong terbentuknya koperasi petani kelapa sebagai unit usaha bersama.
Hasil produksi akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor ke Malaysia dan Singapura.
“Kami ingin agar perbatasan bukan lagi halaman belakang Indonesia, tetapi menjadi gerbang ekonomi rakyat. Industri kecil yang tumbuh dari petani akan memperkuat ekonomi sekaligus persaudaraan lintas batas,” kata Anwar.
Diplomasi Ekonomi Rakyat
Langkah yang diambil PPM Indonesia dan PPM Madani Malaysia ini menegaskan bahwa kerja sama antarwarga dapat menjadi fondasi baru bagi hubungan kedua negara, di luar diplomasi formal yang dijalankan pemerintah.
Model ini juga menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi rakyat dapat berjalan seiring dengan penguatan hubungan sosial, budaya, dan spiritual antarbangsa serumpun.
“Hubungan Indonesia dan Malaysia tidak hanya dibangun oleh pemerintah, tetapi juga oleh rakyat yang bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan membangun masa depan bersama,” ujar Anwar.
Harapan Baru dari Perbatasan
Dengan sinergi kedua lembaga ini, masyarakat di perbatasan diharapkan mampu bertransformasi dari ekonomi subsisten menuju ekonomi produktif dan mandiri.
Langkah kecil ini mungkin tidak langsung mengubah peta perdagangan besar, tetapi menjadi awal bagi kebangkitan ekonomi rakyat yang berakar di desa dan tumbuh menembus batas negara.
“Kita mulai dari kelapa, dari desa, dari rakyat. Tapi dampaknya bisa menjalar ke mana-mana. Inilah makna kemandirian yang sesungguhnya,” pungkas Anwar.(emha)
 













 
									

 












