Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Sunnah Nabi Menurut Qur’an: Bukan Kitab Tambahan, tetapi Ketaatan pada Wahyu

28
×

Sunnah Nabi Menurut Qur’an: Bukan Kitab Tambahan, tetapi Ketaatan pada Wahyu

Share this article

Kajian Quran Bil Quran| Penulis: syahida

ppmindonesia.com.Jakarta – Dalam diskursus keagamaan, istilah sunnah kerap dipahami sebagai “kitab tambahan” atau “otoritas kedua setelah Al-Qur’an”. Namun, Al-Qur’an sendiri menghadirkan perspektif berbeda—lebih mendalam dan lebih murni. Sunnah Nabi dalam Qur’an bukanlah teks lain di luar wahyu, tetapi bentuk ketaatan total Rasulullah kepada wahyu yang diwahyukan kepadanya.

Kajian syahida ini mencoba membaca sunnah bukan melalui narasi historis, melainkan melalui **Qur’an bil Qur’an**, sebagaimana jejak para mufassir *bayaniyyun*.

A. Apa itu Sunnah Menurut Qur’an?

1. Sunnah = Cara Rasulullah Menaati Wahyu

Al-Qur’an menegaskan bahwa tugas utama Nabi adalah mengikuti wahyu, bukan membuat aturan baru.

QS Yunus 10:15
قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ**
Katakanlah (Muhammad): Tidak pantas bagiku mengubahnya dari diriku sendiri. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”

Ayat ini menegaskan: sunnah Nabi adalah implementasi Qur’an, bukan penambahan atas Qur’an.

2. Nabi Tidak Mengucapkan Apa pun Berdasarkan Hawa Nafsu

Sunnah adalah perilaku beliau yang dibentuk langsung oleh wahyu.

QS An-Najm 53:3–4
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ • إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
“Dan ia (Nabi) tidak berkata menurut hawa nafsu. Ucapannya tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan.”

Sunnah—sebagai perilaku kenabian—bersumber dari wahyu, bukan intuisi, adat, atau keputusan pribadi.

3. Ketaatan kepada Rasul = Ketaatan kepada Wahyu

Al-Qur’an menjelaskan hubungan langsung antara Rasul dan wahyu.

QS An-Nisa 4:80
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ**
“Barang siapa menaati Rasul, maka sungguh ia telah menaati Allah.”

Ayat ini tidak mengatakan “menaati kitab lain”, tetapi **menaati Rasul sebagai pembawa wahyu**, sehingga ketaatan itu sejatinya adalah ketaatan kepada Allah.

B. Sunnah Bukan Kitab, tetapi Metode Praktis Menjalani Al-Qur’an

1. Al-Qur’an adalah satu-satunya wahyu yang wajib diikuti umat manusia

Rasul diperintahkan hanya menyampaikan wahyu Al-Qur’an.

QS Al-An’am 6:19
أُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
“Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar aku memperingatkan kalian dan siapa pun yang menerima wahyu ini.”

Tidak ada kitab lain setelah Al-Qur’an yang Allah wajibkan untuk ditaati.

2. Sunnah dalam Qur’an adalah “Uswah Hasanah”

Uswah inilah sunnah sejati: **akhlak Qur’ani yang Nabi praktikkan.

QS Al-Ahzab 33:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh, pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian.”

Uswah Nabi muncul dari kehidupannya sebagai pembaca, penghafal, pelaksana, dan penegak Al-Qur’an.

C. Bagaimana Qur’an Memerintahkan Umat Mengikuti Sunnah?

1. Mengikuti “ma anzala Allah” = mengikuti Sunnah

Perintah mengikuti Rasul selalu terkait langsung dengan mengikuti wahyu.

QS Ali ‘Imran 3:31
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
“Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.”

Mengikuti Nabi = mengikuti wahyu yang beliau ikuti.

2. Nabi Tidak Menyampaikan Apa pun Selain Qur’an

Rasul bahkan dilarang berbicara mengatasnamakan Allah di luar wahyu.

QS Al-Haqqah 69:44–46
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ • لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ • ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِين
“Seandainya ia mengada-adakan perkataan atas Nama Kami, niscaya Kami pegang dia dengan kuat, lalu Kami potong urat jantungnya.”

Ini bukti tegas bahwa **sunnah Nabi tidak mungkin berdiri sebagai otoritas yang terpisah dari wahyu**.

D. Sunnah sebagai Implementasi Praktis Al-Qur’an

Dalam pendekatan Quran bil Quran, sunnah Nabi dapat dikelompokkan menjadi tiga:

1. Sunnah Risalah

Segala sesuatu yang berasal dari wahyu dan wajib diikuti.
Contoh: salat, zakat, puasa, akhlak Qur’ani, keadilan, amar makruf.

2. Sunnah Uswah

Teladan hidup Nabi yang merefleksikan moralitas Qur’an.
Contoh: kesabaran, kejujuran, musyawarah, anti-kekerasan terhadap yang lemah.

3. Sunnah Adat / Historis

Hal-hal non-wahyu yang bersifat budaya, profesi, dan konteks Arab.
Contoh: pakaian lokal, gaya makan, alat transportasi, strategi perang, diplomasi lokal.

Al-Qur’an tidak mewajibkan umat Islam meniru adat, tetapi meniru **ketaatan dan akhlak**.

E. Distorsi Pemahaman: Sunnah Dipisahkan dari Qur’an

Kebingungan umat sering muncul karena sunnah dipandang sebagai:

  • kitab hukum kedua,
  • otoritas terpisah dari wahyu,
  • sumber syariat baru di luar Qur’an.

Padahal Qur’an tidak pernah mengajarkan struktur itu.

Sunnah yang diajarkan Qur’an adalah proses hidup Nabi dalam menaati wahyu, bukan “kitab lain yang melengkapi wahyu”.

F. Penutup: Kembali ke Sunnah yang Autentik

Sunnah Nabi yang diajarkan Qur’an begitu jernih, langsung, dan tak berbenturan dengan prinsip tauhid:

  • mengikuti Nabi berarti mengikuti wahyu,
  • teladan Nabi adalah teladan Qur’ani,
  • sunnah bukan kitab kedua tetapi implementasi wahyu pertama.

Dengan kembali kepada pemahaman Qur’an bil Qur’an, umat akan menemukan bahwa sunnah justru memperkuat otoritas Al-Qur’an dan mencegah penambahan ajaran yang tidak Allah tetapkan

Example 120x600