Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Tingkatan Kepasrahan dalam Iman: Mencapai Dimensi “Wamaa Tasyaauna Illa An Yasya’ Allahu”

187
×

Tingkatan Kepasrahan dalam Iman: Mencapai Dimensi “Wamaa Tasyaauna Illa An Yasya’ Allahu”

Share this article

Pendahuluan

ppmindonesia.com. Jakarta- Dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, mencapai tingkat kepasrahan total kepada Allah SWT adalah puncak dari keimanan yang kaffah (menyeluruh). Al-Qur’an menegaskan dalam Surah Al-Insan (76:30):

“Dan kamu tidak mampu (menghendaki sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia sejati bukanlah mereka yang mempertuhankan kehendaknya sendiri, melainkan mereka yang telah sepenuhnya menyerahkan segala keinginan kepada kehendak Allah.

Mereka telah berhasil menundukkan hawa nafsu dan menghindari kesesatan yang menimpa orang-orang yang mempertuhankan keinginan diri mereka sendiri. Allah SWT memperingatkan dalam Surah Al-Furqan (25:43) dan Al-Jatsiyah (45:23) tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai ilah (tuhan) mereka:

“Tidakkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka apakah engkau akan menjadi penjaga atasnya?” (QS. Al-Furqan: 43)

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya serta mengunci pendengaran, hati, dan penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

Orang-orang yang mempertuhankan hawa nafsunya mengalami kehancuran spiritual yang membuat mereka sulit mendapatkan petunjuk. Hati, pendengaran, dan penglihatan mereka tertutup, sehingga mereka tidak mampu memahami kebenaran yang datang dari Allah.

Tingkat Kepasrahan dan Kriteria Mukmin Sejati

Orang yang telah mencapai tingkat kepasrahan total tidak akan kesulitan dalam memenuhi kriteria keimanan sejati sebagaimana yang diperingatkan dalam Al-Qur’an, di antaranya:

  1. Tunduk Sepenuhnya kepada Keputusan Rasulullah
    Allah SWT berfirman:

    “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65)


    Seorang mukmin sejati akan menerima hukum dan keputusan Rasulullah tanpa keraguan sedikit pun. Mereka tidak mencari-cari alasan untuk menghindari hukum Allah dan Rasul-Nya, melainkan menerima dengan hati yang ridha.
  2. Menyerahkan Segala Urusan kepada Allah dan Rasul-Nya

    “…Jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kalian, serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal: 1)

    Ayat ini mengajarkan bahwa kepasrahan seorang mukmin tidak hanya dalam bentuk ibadah pribadi, tetapi juga dalam menjaga harmoni sosial serta menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai pedoman dalam kehidupan.
  3. Tunduk dan Bersujud Saat Mendengar Ayat-Ayat Allah

    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami, mereka tersungkur bersujud dan bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS. As-Sajdah: 15)

    “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena selalu beribadah di malam hari), mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan penuh harap…” (QS. As-Sajdah: 16)

    Orang-orang beriman yang telah mencapai tingkat kepasrahan total akan bergetar hatinya ketika mendengar ayat-ayat Allah, serta merespons dengan penuh ketundukan, bahkan bersujud. Hal ini menjadi cerminan iman yang tulus dan mendalam.

Sebaliknya, mereka yang berpaling dari kebenaran tidak akan menunjukkan sikap demikian. Allah menggambarkan sikap orang kafir dalam Surah Al-Insyiqaq (84:21-22):

“Dan apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud. Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (nya).”

Orang-orang yang tidak tersentuh hatinya oleh ayat-ayat Allah, yang tidak tunduk dan bersujud, berada dalam posisi yang sama dengan mereka yang mendustakan kebenaran.

Mencapai Dimensi “Wamaa Tasyaauna Illa An Yasyaa Allahu”

Untuk mencapai kondisi kepasrahan sebagaimana disebut dalam QS. Al-Insan: 30, seseorang harus memiliki fondasi keimanan yang kokoh. Hal ini hanya mungkin terjadi dengan menerima dan mengimani risalah kerasulan, sebab hanya dalam risalah itulah terdapat petunjuk yang dapat membimbing manusia menuju kebangkitan iman dan amal.

Dalam Surah Al-Baqarah (2:121), Allah SWT menegaskan bahwa mereka yang benar-benar beriman kepada kitab-Nya adalah mereka yang membacanya dengan pemahaman yang mendalam:

“Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benarnya bacaan (yatlunahu haqqa tilawatihi). Mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya…”

Mereka yang menelaah kitab Allah dengan penuh pemahaman akan mendapatkan peluang untuk selalu hidup dalam bimbingan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Surah Yunus (10:9):

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanan mereka…”

Orang-orang yang telah mencapai kondisi ini tidak hanya menjalankan ibadah secara mekanis, tetapi telah sampai pada tingkat penyatuan kehendak mereka dengan kehendak Allah. Mereka tidak lagi terombang-ambing oleh hawa nafsu atau keinginan duniawi, melainkan sepenuhnya bergantung pada petunjuk Ilahi.

Kepasrahan: Puncak Keimanan

Kepasrahan total kepada Allah SWT sebagaimana yang disebut dalam QS. Al-Insan: 30 merupakan puncak dari keimanan sejati. Untuk mencapainya, seorang mukmin harus menundukkan hawa nafsunya dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidupnya. Mereka yang mempertuhankan keinginan sendiri akan jatuh dalam kesesatan, sementara mereka yang tunduk sepenuhnya kepada Allah akan mendapatkan petunjuk-Nya.

Proses menuju tingkat kepasrahan ini hanya bisa dicapai dengan keimanan yang benar terhadap risalah kerasulan dan dengan menelaah kitab Allah secara mendalam. Ketika seseorang telah sampai pada kondisi ini, mereka akan selalu hidup dalam bimbingan Allah, menjalani kehidupan dengan penuh ketakwaan, dan menjadi bagian dari khaira ummah yang Allah ridai.

Kini, saatnya kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita sudah benar-benar tunduk kepada kehendak Allah? Apakah hati kita bergetar ketika mendengar ayat-ayat-Nya? Ataukah kita justru berpaling seperti orang-orang yang mengingkari kebenaran?

Example 120x600