ppmindonesia.com-Jakarta. – Cuaca panas ekstrem yang melanda Arab Saudi selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini telah menyebabkan tragedi besar bagi para jamaah. Ribuan jamaah haji dilaporkan meninggal dunia, sementara ribuan lainnya dirawat akibat kondisi panas yang mematikan.
Menurut laporan dari otoritas kesehatan Arab Saudi, suhu di Mekkah dan sekitarnya mencapai rekor tertinggi hingga 50 derajat Celsius. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi para jamaah haji yang melakukan rangkaian ibadah yang membutuhkan fisik kuat, seperti thawaf (mengelilingi Ka’bah) dan sa’i (lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah).
“Ini adalah salah satu tahun paling panas yang pernah kami alami selama pelaksanaan haji. Kami bekerja keras untuk memberikan perawatan terbaik bagi para jamaah yang terkena dampak,” ujar Dr. Abdullah Al-Rabeeah, kepala otoritas kesehatan haji.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi melaporkan bahwa lebih dari 2.000 jamaah meninggal akibat sengatan panas dan dehidrasi parah. Sementara itu, lebih dari 5.000 orang dirawat di berbagai rumah sakit lapangan yang didirikan di sekitar area haji.
“Banyak jamaah yang datang dari negara-negara dengan iklim lebih sejuk sehingga mereka tidak terbiasa dengan suhu ekstrem seperti ini. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap serangan panas,” tambah Dr. Abdullah.
Pemerintah Arab Saudi telah mengerahkan semua sumber daya yang tersedia untuk menangani krisis ini. Rumah sakit lapangan diperbanyak, dan petugas kesehatan bekerja siang dan malam untuk memberikan perawatan. Selain itu, tempat-tempat ibadah seperti Masjidil Haram dilengkapi dengan sistem pendingin udara tambahan dan distribusi air minum gratis untuk membantu jamaah mengatasi panas.
Namun, jumlah korban yang begitu besar menimbulkan kritik dari berbagai pihak. Beberapa negara pengirim jamaah meminta Arab Saudi untuk memperbaiki manajemen haji dan meningkatkan langkah-langkah pencegahan untuk menghindari tragedi serupa di masa depan.
“Ini adalah tragedi yang seharusnya bisa dihindari. Kami mendesak otoritas Saudi untuk mengkaji ulang protokol keselamatan dan memastikan bahwa jamaah haji dapat melaksanakan ibadah mereka dengan aman,” ujar seorang pejabat dari Kementerian Agama Indonesia.
Di sisi lain, sejumlah jamaah haji yang selamat menyampaikan rasa syukur atas upaya cepat pemerintah Saudi dalam menangani situasi darurat ini.
“Kami melihat betapa kerasnya petugas kesehatan bekerja. Mereka memberikan air, menyediakan tempat berteduh, dan merawat yang sakit dengan baik,” kata Ahmad, seorang jamaah haji asal Malaysia.
Cuaca ekstrem ini tidak hanya berdampak pada kesehatan para jamaah, tetapi juga pada keseluruhan rangkaian ibadah haji. Beberapa ritual harus disesuaikan atau dijadwal ulang untuk mengurangi risiko paparan panas. Misalnya, thawaf dan sa’i dianjurkan dilakukan pada malam hari saat suhu lebih rendah.
Pemerintah Arab Saudi menyatakan komitmennya untuk terus meningkatkan kesiapan menghadapi cuaca ekstrem di masa depan. Mereka berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan haji tahun ini dan mengimplementasikan langkah-langkah tambahan untuk melindungi para jamaah.
“Keselamatan dan kesehatan jamaah adalah prioritas utama kami. Kami akan terus berusaha untuk memastikan bahwa setiap orang dapat melaksanakan ibadah haji dengan aman dan nyaman,” ujar Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Dr. Tawfiq Al-Rabiah.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi seluruh dunia akan pentingnya persiapan yang matang dan tanggap darurat yang efektif dalam pelaksanaan ibadah haji, terutama di tengah perubahan iklim yang ekstrem.(ppm)