Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Apakah Kata ‘Ummi’ dalam Al-Qur’an Berarti Buta Huruf?

429
×

Apakah Kata ‘Ummi’ dalam Al-Qur’an Berarti Buta Huruf?

Share this article
Kata "ummi" merupakan salah satu istilah penting dalam Al-Qur’an yang kerap disalahartikan (dog.ppm)

ppmindonesia.com.Jakarta – Kata “ummi” merupakan salah satu istilah penting dalam Al-Qur’an yang kerap disalahartikan. Banyak terjemahan dan tafsir populer yang menerjemahkan “ummi” sebagai “buta huruf”, yakni tidak bisa membaca dan menulis. Namun, jika kita telusuri penggunaan kata ini dalam konteks ayat-ayat Al-Qur’an, akan tampak bahwa makna tersebut tidaklah tepat.

Salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan adalah:

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ…۝١٥٧.

“Orang-orang yang mengikuti utusan, nabi yang ummi, yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka.” (QS Al-A’raf 7:157)

Banyak yang mengartikan “nabi yang ummi” sebagai “nabi yang tidak bisa membaca dan menulis”. Namun, jika kita tinjau lebih dalam, kata “ummi” memiliki makna yang lebih tepat sebagai “seorang yang tidak berasal dari kalangan Ahlul Kitab”, atau “mereka yang belum menerima Kitab Suci sebelumnya”.

Mari kita perhatikan ayat berikut:

…….وَقُلْ لِّلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْاُمِّيّٖنَ ءَاَسْلَمْتُمْۗ …..۝٢٠

 “Katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab Suci dan kepada orang-orang ummi: ‘Apakah kamu telah berserah diri?’” (QS Ali Imran 3:20)

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyeru dua kelompok:

  1. Mereka yang telah menerima Kitab Suci (Yahudi dan Nasrani), dan
  2. Orang-orang ummi (jamak dari ummi), yaitu mereka yang belum menerima wahyu sebelumnya.

Jika kata “ummi” diartikan sebagai “buta huruf”, maka makna ayat ini akan menjadi tidak logis, seakan-akan Allah hanya menyeru orang-orang yang menerima kitab dan orang-orang yang tidak bisa membaca atau menulis. Padahal konteksnya jelas: yang satu telah menerima Kitab Suci, sementara yang lain belum.

Logikanya, lawan dari “ahlul kitab” (mereka yang diberi kitab) bukanlah “orang yang tidak bisa membaca”, melainkan mereka yang tidak menerima kitab — yakni umat yang belum pernah menerima seorang rasul dan wahyu ilahi.

Penjelasan ini semakin ditegaskan dalam ayat:

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ…. ۝٢

 “Dialah yang telah mengutus kepada kaum ummiyyin seorang rasul dari kalangan mereka sendiri…” (QS Al-Jumu’ah 62:2)

Jika kata “ummi” dimaknai sebagai “buta huruf”, maka ayat ini akan terkesan membatasi kerasulan Nabi hanya untuk mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, yang jelas tidak masuk akal. Sebaliknya, Allah mengutus Rasul kepada kaum yang belum pernah menerima wahyu sebelumnya (ummi), sebagaimana dijelaskan dalam:

………لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اَتٰىهُمْ مِّنْ نَّذِيْرٍ مِّنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ ۝٣

 “…supaya kamu memberi peringatan kepada suatu kaum yang belum pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka mendapat petunjuk” (QS As-Sajdah 32:3)

Ayat ini menyiratkan bahwa kaum Nabi Muhammad adalah kaum ummi — yakni belum tersentuh oleh wahyu sebelumnya.

Lebih jauh lagi, QS Al-Baqarah 2:78-79 memberikan penegasan yang kuat terhadap makna “ummi”:

وَمِنْهُمْ اُمِّيُّوْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ الْكِتٰبَ اِلَّآ اَمَانِيَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ۝٧٨فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتٰبَ بِاَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هٰذَا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ لِيَشْتَرُوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًاۗ….. ۝٧٩

“Dan di antara mereka ada orang-orang ummi yang tidak mengetahui Kitab Suci kecuali hanya angan-angan belaka, dan mereka hanya menduga-duga.”

“Maka celakalah mereka yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu berkata: ‘Ini dari Allah’, untuk memperoleh keuntungan yang sedikit…”

Perhatikan bahwa dalam ayat 78, “ummiyoon” dijelaskan sebagai mereka yang tidak mengetahui isi Kitab, bukan sebagai orang yang tidak bisa membaca. Ini menunjukkan bahwa “ummi” berarti mereka yang tidak memiliki akses terhadap Kitab Suci, bukan tidak mampu membaca tulisan.

Lalu pada ayat 79, Allah mengecam mereka yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri — artinya mereka mampu menulis. Jika mereka benar-benar buta huruf, tentu aktivitas tersebut tidak mungkin terjadi.

Berdasarkan analisis terhadap penggunaan kata “ummi” dalam berbagai ayat Al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa:

“Ummi” tidak berarti “buta huruf”.

Makna yang lebih tepat adalah “seseorang yang belum menerima Kitab Suci” atau “kaum non-Ahlul Kitab”.

Interpretasi populer yang menyamakan “ummi” dengan “tidak bisa membaca dan menulis” tidak sesuai dengan konteks ayat-ayat Al-Qur’an dan justru menimbulkan makna yang bertentangan dengan logika dakwah universal Islam.

Dengan demikian, pemahaman yang lebih kontekstual dan tekstual terhadap istilah “ummi” sangat penting untuk menghindari kekeliruan tafsir dan menjaga integritas pesan Al-Qur’an.(emha)

Referensi

  1. Asad, Muhammad. The Message of the Qur’an. Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980.
  2. Izutsu, Toshihiko. God and Man in the Qur’an. Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, 2002.
  3. Rahman, Fazlur. Major Themes of the Qur’an. Chicago: University of Chicago Press, 1980.
  4. Wright, William. A Grammar of the Arabic Language, Vol. 1. Cambridge: Cambridge University Press, 1967.
  5. https://quran.kemenag.go.id/

 

Example 120x600