ppmindonesia.com. Jakarta — Pusat Peranserta Masyarakat (PPM) sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat yang telah berkiprah sejak era 1980-an, menilai banyak kepala daerah dan pejabat di tingkat pemerintah kabupaten/kota masih terjebak dalam pola pikir lama, yakni ingin dilayani masyarakat, bukan sebaliknya.
Hal ini dinilai menjadi akar persoalan buruknya pelayanan publik dan rendahnya partisipasi warga dalam pembangunan.
Ketua Presidium PPM Nasional, Eko Suryono, menyatakan, mentalitas ini terlihat dari sejumlah kebijakan yang cenderung memindahkan beban kepada warga, seperti kenaikan drastis Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tanpa diimbangi peningkatan kualitas layanan.
“Banyak pejabat daerah yang memandang warga semata sebagai objek penerimaan pajak, bukan mitra pembangunan. Mereka lupa bahwa mandat pemerintahan adalah melayani,” ujar Eko Suryono dalam wawancara dengan ppmindonesia di Solo , Jumat (15/8/2025).
Menurut PPM, pola kepemimpinan yang masih berorientasi pada seremonial dan pencitraan kerap mengabaikan persoalan riil di lapangan. Masyarakat, kata Eko Suryono membutuhkan solusi konkret, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan lapangan kerja.
PPM juga menyoroti minimnya forum tatap muka langsung antara pejabat daerah dengan warga. “Banyak kepala daerah lebih sering menghadiri acara formal di hotel atau kantor pemerintahan, ketimbang turun langsung mendengar aspirasi di kampung dan pasar,” imbuh Eko Suryono.
Lembaga itu mendesak Kementerian Dalam Negeri memperkuat sistem evaluasi kinerja kepala daerah yang berbasis pada kepuasan publik, bukan sekadar capaian target administratif atau pendapatan asli daerah (PAD).
“Orientasi harus diubah. Ukuran keberhasilan bukan hanya besarnya PAD, tapi seberapa banyak masalah warga yang terselesaikan,” tegas Eko Suryono
PPM menegaskan, perubahan mentalitas pejabat daerah menjadi prasyarat agar pelayanan publik benar-benar dirasakan masyarakat. Tanpa itu, kebijakan pemerintah daerah akan terus dipersepsikan sebagai beban, bukan manfaat. (acank)