ppmindonesia.com. Jakarta — Di berbagai belahan dunia Islam, dari Irak hingga Yaman, dari Suriah hingga Pakistan, ketegangan antara dua kutub besar—Sunni dan Syiah—terus menjadi bara yang tak padam. Apa yang berakar sebagai perdebatan teologis kini telah bermetamorfosis menjadi perang identitas, perebutan legitimasi agama, hingga konflik politik yang menelan ribuan nyawa.
Namun di balik kerumitan geopolitik tersebut, ada satu pertanyaan fundamental yang jarang disentuh: bagaimana teologi berubah menjadi politik, dan mengapa Al-Qur’an—kitab yang seharusnya menjadi rujukan utama—sering terabaikan dalam proses itu?
Akar Konflik: Dua “Wasiat” Nabi, Dua Klaim Kebenaran
Pertentangan Sunni–Syiah mengerucut pada satu hadis monumental yang diklaim diucapkan Rasulullah SAW pada Haji Wada’.
Versi Sunni mengatakan Nabi berwasiat:
“Berpeganglah pada Al-Qur’an dan Sunnahku.”
Versi Syiah menyebut:
“Berpeganglah pada Al-Qur’an dan Ahlul Baitku.”
Dua redaksi ini melahirkan dua dunia: satu menjadikan sunnah sebagai sumber hukum kedua, satu menjadikan keturunan Nabi sebagai pewaris otoritas.
Namun pertanyaan besar muncul:
Mungkinkah Rasul menyampaikan dua pesan yang berbeda dalam satu momen suci?
Di sinilah teologi mulai menjelma menjadi politik—ketika kata-kata Nabi ditafsirkan ulang demi kepentingan kelompok, bukan demi keutuhan umat.
Qur’an bil Qur’an: Apa Sebenarnya Otoritas yang Diberikan kepada Rasul?
Metode Syahida Qur’an bil Qur’an mengembalikan persoalan pada Al-Qur’an sendiri.
Dan Al-Qur’an memberi jawaban yang jauh dari klaim dua mazhab tersebut.
1. Rasul memberi peringatan hanya dengan Al-Qur’an
Tidak ada ayat yang menunjukkan Rasul membawa dua kitab atau dua sumber ajaran.
﴿ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ ﴾
“Dan Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi peringatan dengannya…” (QS. Al-An’ām 6:19)
Ayat ini membantah legitimasi teologis klaim “sunnahku” maupun “keturunanku” sebagai sumber ajaran.
2. Al-Qur’an tidak membenarkan pewarisan otoritas berbasis nasab
Syiah mengklaim bahwa keturunan Nabi mewarisi kepemimpinan agama.
Namun Al-Qur’an menutup pintu itu dengan sangat jelas:
﴿ مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ﴾
“Muhammad bukanlah bapak seorang laki-laki di antara kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah…”(QS. Al-Ahzāb 33:40)
Rasul bukan raja. Islam bukan kerajaan. Dan kepemimpinan Nabi tidak diwariskan melalui darah.
3. Ahlul Bait menurut Al-Qur’an adalah istri-istri Nabi
Dalam riwayat Syiah, Ahlul Bait didefinisikan sebagai keturunan Nabi dari jalur Fatimah.
Namun Al-Qur’an mengoreksi persepsi ini dengan sangat rinci.
﴿ يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ … إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا ﴾
“Wahai istri-istri Nabi… Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan kotoran dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.”(QS. Al-Ahzāb 33:32–33)
Al-Qur’an menetapkan Ahlul Bait sebagai para istri Nabi, bukan basis politik suatu dinasti.
Ketika Kitab-Kitab Mazhab Menggeser Kitab Allah
Kedua mazhab terperangkap dalam jebakan yang sama: fanatisme terhadap tradisi di luar Al-Qur’an.
- Sunni menempatkan hadis sebagai rujukan agama kedua, padahal disusun 2–3 abad setelah Nabi.
- Syiah menjadikan garis keturunan Nabi sebagai sumber otoritas religius, padahal Al-Qur’an menolaknya.
Sama-sama menjadikan sumber selain Al-Qur’an sebagai identitas politik.
Sama-sama membangun teologi berdasarkan narasi historis yang kabur.
Al-Qur’an menggambarkan fenomena ini dengan presisi:
﴿ وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ﴾
“Ketika Allah disebut satu-satunya (yang diikuti), hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat menjadi kesal.
Namun ketika selain Dia disebut, mereka bergembira.”
(QS. Az-Zumar 39:45)
Ayat ini terasa amat relevan:
ketika pembahasan kembali kepada Allah dan Al-Qur’an, umat merasa sempit.
Namun ketika tokoh mazhab disebut, mereka bersemangat.
Perang Identitas: Ketika Teologi Disulap Menjadi Alat Politik
Di Timur Tengah, perselisihan teologis ini bukan lagi sekadar wacana.
Ia menjadi alat perebutan pengaruh:
- Syiah Iran menjadikan doktrin wilayat al-faqih sebagai legitimasi politik.
- Sunni Saudi mengekspor paham Wahabisme sebagai soft power ke dunia Islam.
- Konflik di Irak pasca 2003 memperjelas bagaimana faksi-faksi Sunni dan Syiah memperjuangkan kekuasaan atas nama agama.
- Di Yaman, pertentangan Zaidiyah dan Sunni menjadi basis perang saudara.
- Politik identitas sektarian menjadi alat negosiasi kekuasaan di Suriah dan Lebanon.
Teologi telah menjadi politik.
Ritual menjadi bendera.
Nasab dan riwayat menjadi legitimasi kekuasaan.
Sementara itu, Al-Qur’an memanggil kepada satu pegangan:
﴿ وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴾
“Siapa yang berpegang teguh kepada Allah, sungguh ia telah ditunjukkan ke jalan yang lurus.”(QS. Āli ‘Imrān 3:101)
dan:
﴿ وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ … لَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ ﴾
“Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab serta mendirikan shalat… Kami tidak menyia-nyiakan pahala para pembuat kebaikan.”
(QS. Al-A‘rāf 7:170)
Tidak disebutkan satu pun: sunnahku, keturunanku, imamku, atau mazhabku.
Karena Al-Qur’an berdiri sendiri sebagai sumber petunjuk.
Keluar dari Perang Identitas
Konflik Sunni–Syiah tidak akan berakhir selama teologi terus dipolitisasi dan teks sekunder menggeser wahyu utama.
Kajian Qur’an bil Qur’an memberi jalan keluar yang jernih:
- Kembalikan agama pada Al-Qur’an.
- Jadikan Allah, bukan tokoh mazhab, sebagai rujukan.
- Hentikan klaim kebenaran yang bersumber dari riwayat-rekaan.
- Lepaskan agama dari kepentingan politik, dinasti, dan kekuasaan.
Selama umat Islam terus menggantungkan diri pada teologi yang dibangun oleh manusia,
perang identitas akan terus mewarnai dunia Islam.
Namun ketika mereka kembali pada Kitab yang satu—
politik sektarian kehilangan pijakan, dan persatuan menjadi mungkin.



























