Scroll untuk baca artikel
ArtikelHikmah

Antara Cahaya Petunjuk dan Kesesatan: Pilihan Manusia dalam Al-Qur’an

188
×

Antara Cahaya Petunjuk dan Kesesatan: Pilihan Manusia dalam Al-Qur’an

Share this article

ppmindonesia.com. Jakarta – Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada dua jalan: jalan cahaya petunjuk yang membawa kepada kebenaran dan keselamatan, serta jalan kesesatan yang menjerumuskan ke dalam kehancuran.

Al-Qur’an memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana manusia, dengan akal dan indra yang telah Allah anugerahkan, memiliki pilihan untuk mengikuti petunjuk-Nya atau justru berpaling darinya.

Allah telah membekali manusia dengan mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, telinga untuk mendengar kebenaran, serta hati dan akal untuk memahami serta merenungkan petunjuk yang telah diturunkan.

Namun, Qur’an 7:179 mengingatkan bahwa ada golongan manusia yang tidak menggunakan nikmat tersebut untuk mengenali kebenaran. Mereka memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, memiliki telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar peringatan, serta memiliki hati tetapi tidak digunakan untuk memahami dan merenungkan ayat-ayat-Nya.

Akibatnya, mereka tidak hanya kehilangan arah, tetapi juga lebih tersesat daripada binatang, karena binatang tidak memiliki tanggung jawab moral sebagaimana manusia.

Lebih jauh, Qur’an 7:175-176 menggambarkan keadaan orang-orang yang telah menerima ayat-ayat Allah tetapi kemudian berlepas diri darinya.

Mereka tidak hanya menolak petunjuk yang telah datang kepada mereka, tetapi juga membiarkan hawa nafsu dan godaan duniawi menyesatkan mereka. Keadaan mereka diibaratkan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, baik ketika dihalau maupun dibiarkan.

Gambaran ini menunjukkan betapa manusia bisa kehilangan fitrahnya ketika mereka memilih untuk berpaling dari kebenaran.

Selain itu, Qur’an 58:19 menegaskan bahwa orang-orang yang melupakan peringatan Allah akan tergolong sebagai pengikut setan (hizbus syaithan).

Dengan mengabaikan petunjuk Ilahi, mereka secara tidak sadar membiarkan diri mereka dikuasai oleh setan, yang pada akhirnya menjauhkan mereka dari rahmat dan bimbingan Allah.

Sikap berpaling dari ayat-ayat Allah juga ditegaskan dalam Qur’an 7:146, yang menyebutkan bahwa mereka yang dengan sengaja menolak kebenaran akan dipalingkan dari ayat-ayat Allah.

Hal ini bukan sekadar bentuk hukuman, tetapi juga konsekuensi alami dari keengganan mereka untuk percaya. Mereka yang memilih kesesatan akan semakin jauh dari cahaya petunjuk, karena hati mereka telah tertutup oleh kesombongan dan kedengkian terhadap kebenaran.

Namun, Al-Qur’an juga memberikan harapan bagi mereka yang bersungguh-sungguh mencari petunjuk. Qur’an 2:121 menjelaskan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang menelaah kitab Allah dengan pemahaman yang logis dan mendalam.

Mereka tidak sekadar membaca ayat-ayat-Nya, tetapi juga merenungkan maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara inilah mereka berpeluang meraih iman yang sejati dan hidup dalam cahaya petunjuk-Nya.

Pada akhirnya, setiap manusia memiliki pilihan: apakah mereka akan menggunakan akal, hati, dan indra mereka untuk mencari dan mengikuti kebenaran, ataukah mereka akan mengabaikan petunjuk-Nya dan tersesat dalam kegelapan?

Al-Qur’an telah memberikan peringatan yang jelas, sekaligus menawarkan jalan keselamatan bagi siapa saja yang mau berpegang teguh pada ajaran-Nya. Jalan mana yang akan kita pilih? (husni fahro)

Example 120x600