ppmindonesia.com, Jakarta Ayat “wama tasyāūna illā ayyā syā’a Allāh” (mereka tidak memiliki keinginan kecuali apa yang Allah kehendaki) Q.S Al Ihsan:30, mengandung pesan yang mendalam tentang hubungan antara kehendak manusia dan kehendak Allah. Siapakah yang dimaksud dengan “mereka” dalam ayat ini? Mereka adalah orang-orang Abrar, hamba-hamba Allah yang berhasil mencapai derajat al-Birr—sebuah puncak pengabdian yang mencerminkan keselarasan total antara kehendak diri dan kehendak Ilahi.
Para Abrar dan Kehendak Mereka yang Selaras dengan Allah
Al-Qur’an mengajarkan bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Ketika seseorang hanya menginginkan apa yang Allah kehendaki, maka setiap keinginannya akan terpenuhi karena tidak ada keinginan tersebut yang keluar dari batas kehendak Allah. Ini adalah pencapaian spiritual tertinggi: kehendak hamba dan kehendak Tuhan menjadi selaras sempurna. Para Abrar adalah mereka yang telah mencapai keadaan ini.
Al-Birr dan Pengorbanan: Jalan Menuju Taqwa
Dalam Q.S. Ali Imran [3:92], Allah menyatakan bahwa al-Birr (kebaikan sejati) hanya dapat dicapai oleh mereka yang sanggup mengorbankan sesuatu yang mereka cintai:
“Kalian tidak akan mencapai al-Birr hingga kalian menginfakkan apa yang kalian cintai.”
Pengorbanan ini adalah langkah esensial menuju kesempurnaan taqwa, karena mereka yang berhasil melepaskan kecintaan pada dunia dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah telah menundukkan ego mereka. Mereka tidak lagi terikat oleh keinginan pribadi, melainkan seluruh kehendak mereka telah sepenuhnya berpihak kepada Allah.
Taqwa yang Logis dan Konsisten
Al-Qur’an menjelaskan lebih lanjut dalam Q.S. Al-Baqarah [2:177] bahwa al-Birr adalah gambaran rinci tentang sifat-sifat orang bertaqwa: keyakinan yang kokoh, amal kebajikan, keteguhan hati, dan konsistensi dalam menjalankan perintah Allah. Orang-orang taqwa ini adalah mereka yang benar-benar hidup berdasarkan kriteria Qur’an, bukan sekadar menjalankan ritual tanpa makna. Mereka bertaqwa dengan kesungguhan yang logis dan konsisten, yakni taqwa yang mengikuti prinsip-prinsip Al-Qur’an secara utuh dan mendalam.
Dalam Q.S. Az-Zumar [39:33-34], Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan apa saja yang mereka inginkan di sisi Tuhan mereka. Hal ini sangat selaras dengan konsep kehendak para Abrar: mereka tidak memiliki keinginan kecuali apa yang Allah kehendaki, sehingga segala keinginan mereka pasti terpenuhi karena tidak bertentangan dengan kehendak-Nya.
Siapakah Para Abrar? Penjelasan dalam Q.S. Al-Insan [76:5-31]
Untuk memahami lebih dalam siapa para Abrar ini, kita perlu menelaah Q.S. Al-Insan [76:5-31]. Dalam ayat-ayat tersebut, digambarkan kehidupan para Abrar di dunia dan di akhirat:
- Mereka beramal dengan ikhlas, memberi makan kepada yang membutuhkan walaupun mereka sendiri mungkin dalam keadaan sulit.
- Mereka melakukan segala kebaikan hanya demi wajah Allah, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia.
- Di akhirat, mereka diberi ganjaran besar: surga dan segala kenikmatan yang abadi, karena mereka telah menundukkan seluruh keinginan duniawi demi Allah.
Kehidupan para Abrar adalah manifestasi tertinggi dari pengabdian kepada Allah. Mereka hidup dengan kehendak yang selaras dengan kehendak Ilahi, sehingga seluruh perjalanan hidup mereka menjadi bagian dari orbit yang diridai Allah.
Doa untuk Bergabung dengan Para Abrar
Oleh karena itu, banyak orang memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk mencapai martabat Abrar, seperti dalam doa:
“Rabbana faghfirlana dzunubana wa kaffir ‘anna sayyiatina wa tawaffana ma’al abrar.”
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuslah kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang Abrar.”
Doa ini mencerminkan harapan dan kerinduan untuk mencapai derajat kehidupan para Abrar. Mereka adalah manusia pilihan yang berhasil hidup dalam keharmonisan dengan kehendak Ilahi, dan setiap Muslim berharap dapat bergabung dengan mereka di akhirat.
Kesungguhan yang Logis dalam Mencapai Martabat Abrar
Namun, mencapai martabat Abrar bukanlah perkara mudah. Itu membutuhkan kesungguhan yang tidak asal-asalan, melainkan kesungguhan yang logis dan berlandaskan pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an. Telaah terhadap kitab suci harus dilakukan dengan serius dan konsisten, karena tanpa pemahaman yang logis, kesungguhan beragama bisa menjadi sia-sia.
Para Abrar adalah mereka yang bertakwa dengan haqqa tuqatihi—taqwa yang sesungguhnya dan berdasarkan kriteria yang jelas dari Al-Qur’an. Mereka tidak sekadar menjalankan agama secara formalistik, melainkan dengan kesadaran penuh dan ketaatan mutlak kepada Allah.
Kesimpulan: Mengikuti Jejak Para Abrar
Kehidupan para Abrar adalah contoh tertinggi dari keharmonisan antara kehendak manusia dan kehendak Allah. Mereka tidak lagi memiliki keinginan selain apa yang Allah kehendaki, sehingga seluruh keinginan mereka terpenuhi. Untuk mencapai derajat ini, seseorang harus berkorban atas apa yang dicintainya, hidup dengan taqwa yang logis, dan mendasarkan setiap gerakannya pada petunjuk Al-Qur’an.
Dengan demikian, doa dan usaha untuk mencapai martabat Abrar harus terus diiringi dengan pengabdian yang tulus dan telaah Al-Qur’an yang mendalam. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mencapai derajat kehidupan para Abrar dan dapat bergabung dengan mereka di dunia maupun di akhirat. Amin. (husni fahro)