Scroll untuk baca artikel
BeritaHikmah

Kematian dan Kausalitas: Hikmah di Balik Misteri Ajal Menurut Al-Qur’an

367
×

Kematian dan Kausalitas: Hikmah di Balik Misteri Ajal Menurut Al-Qur’an

Share this article

ppmindonesia.com, JakartaKematian adalah kenyataan hidup yang tidak terhindarkan, namun dalam Al-Qur’an, konsep kematian memiliki keterkaitan mendalam dengan kausalitas atau sebab. Istilah “wukkila bikum”, yang bermakna “dikausalitakan dengan kamu,” menunjukkan bahwa kematian seseorang tidak berdiri sendiri, melainkan terjadi karena sebab-sebab tertentu yang melekat pada orang tersebut. Ini berarti bahwa manusia memiliki andil dalam menentukan kapan kematian akan datang melalui tindakan yang mereka lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam Surah As-Sajdah ayat 11, Allah menyebutkan bahwa Malakul Maut, malaikat yang ditugaskan mengurus kematian, mengambil nyawa berdasarkan sebab yang ada pada diri seseorang. Kematian, dalam hal ini, adalah hasil dari serangkaian sebab yang terjadi pada tubuh manusia.

Misalnya, ketika seseorang mengalami kecelakaan atau cedera fatal, seperti leher yang terputus, penyebab utama kematiannya adalah kondisi fisik yang fatal tersebut. Wukkila bikum memberikan pemahaman bahwa kematian sangat terikat dengan sebab-sebab yang menjadikannya terjadi, bukan hanya peristiwa yang terjadi begitu saja.

Lebih jauh lagi, dalam Surah Az-Zumar ayat 42, Allah menjelaskan bahwa Dia mewafatkan jiwa seseorang saat kematian tiba, sementara jiwa yang belum tiba waktunya akan dikembalikan ketika orang itu bangun dari tidurnya.

Ayat ini mengisyaratkan bahwa proses tidur adalah peristiwa yang menyerupai kematian sementara, di mana jiwa kembali kepada Allah. Allah menahan jiwa orang yang ditetapkan untuk mati, sedangkan jiwa mereka yang belum tiba ajalnya diutus kembali. Dengan kata lain, jiwa seseorang berada dalam “tahanan” Allah setelah kematian, yang menghilangkan kemungkinan adanya arwah gentayangan seperti yang diyakini sebagian orang.

Selain itu, Surah An-Nahl ayat 61 menyatakan bahwa manusia diberikan kesempatan hingga waktu yang ditetapkan (“yuakhiruhum ilaa ajalin musamma”). Ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki waktu hidup yang ditentukan oleh Allah dan adanya keterkaitan erat antara kesempatan hidup dan tindakan manusia.

Walaupun dalam ayat lain, seperti QS 7:34 dan QS 10:49, ditegaskan bahwa waktu kematian tidak bisa dipercepat atau ditunda walau sesaat, ada hikmah besar di balik rahasia kapan seseorang akan mati.

Misteri di balik waktu kematian ini mengandung hikmah mendalam. Ketidaktahuan mengenai kapan ajal akan datang membuat manusia senantiasa mempersiapkan diri, baik melalui amal baik, ketakwaan, maupun perbaikan diri. Ketidaktahuan ini menjaga manusia untuk selalu bersiap menghadapi kematian yang dapat datang kapan saja, sehingga mengisi hidup dengan makna dan perbuatan yang baik.

Dengan demikian, kematian dan kausalitas dalam Al-Qur’an memberi pemahaman bahwa hidup adalah kesempatan untuk senantiasa memperbaiki diri. Ketetapan ajal yang tersembunyi mengingatkan kita untuk tidak bersikap ceroboh terhadap kehidupan dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Allah menetapkan kausalitas kematian sebagai bagian dari sunnatullah, sehingga setiap manusia memiliki peran dalam menentukan bagaimana dan kapan ajal akan menjemputnya.(husni fahro)

Example 120x600